(14)

1.5K 114 2
                                    

Ku mohon, berhentilah wahai waktu, biarkan aku lebih lama menatap indah tawanya.

-Alvaro.

-----------------------------------------------------------

"Aku beneran gak bisa terima perasaan kamu Al," ucap Aileen dengan nada lembut.

Jujur ia sangat takut jika perkataannya akan menyakiti hati Alvaro.

"Maksud kamu?" tanya Alvaro.

"Ini orang beneran ngga paham apa ngga peka sih? Eh bukannya sama aja ya?" gumam Aileen.

"Maksudnya aku gak bisa jadi pacar kamu," ucap Aileen cepat kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena malu. "Ya Allah, kamu ngomong apa sih Ai?" rutuk Aileen dalam hati dengan keadaan wajahnya yang masih ia tutupi.

"Pffttt.. Hahahahhaha apaan sih Ai, sumpah kamu lucu banget," tawa Alvaro seketika pecah, ia pun memeluk perutnya sendiri, dia rasa Aileen benar-benar tidak paham maksudnya, dan itu membuat keadaan ini sangatlah lucu bagi Alvaro.

"Kayanya Alvaro bukan cuma ngga paham deh, dia agak gila juga," batin Aileen sambil menatap Alvaro dengan memiringkan sedikit kepalanya penanda bahwa dia benar-benar heran pada tingkah Alvaro.

"Jadi gini Ai, emang kapan aku minta kamu jadi pacar aku sih? Aku kan cuma ngakuin perasaan aku ke kamu. Pede banget sih kamu jadi orang," jelas Alvaro sambil menahan tawanya.

"Ma-maksud ka-kamu?! DANISH ALVARO SYAFIQ! Dasar kamu ya!" teriak Aileen sambil memukul lengan Alvaro dengan botol air mineral kosong miliknya.

"Udah ah, aku mau pulang!" ucap Aileen kemudian berbalik dan berniat meninggalkan Alvaro sendirian di lapangan basket.

Dengan cepat Alvaro mencegahnya pergi dengan berdiri di depan Aileen dan menghalangi setiap langkahnya.

"Minggir! Aku mau pulang."

"Nggak sebelum kamu bilang kalo kamu juga suka sama aku," goda Alvaro.

"Hihhh dasar pede kamu. Udah ah aku bilang minggir!"

Bukannya menyingkir, Alvaro malah mendekatkan dirinya pada Aileen. Dia sedikit membungkuk guna menyamakan tinggi badannya dengan tinggi badan Aileen yang hanya setinggi pundak Alvaro. Kini wajah Alvaro dan Aileen hanya berjarak beberapa sentimeter.

"Ka-kamu mau nga-ngapain? A-aku pukul ya ka-kalo ngga ma-mau minggir," kata Aileen gugup sambil menunduk tepat di depan wajah Alvaro. Jantungnya benar-benar tak terkendali saat ini.

"Ternyata kamu pendek ya," kata Alvaro tanpa dosa.

"Alvarooo!!" teriak Aileen sambil mendorong dada bidang milik Alvaro dan hanya disusul oleh tawa Alvaro. Mungkin setelah ini hobi Alvaro akan bertambah selain bermain basket, musik dan bermain game online, yaitu mengganggu Aileen.

Aileen kembali berniat meninggalkan Alvaro, namun baru saja beberapa langkah, ia terpaksa kembali berhenti karena tangan Alvaro yang menarik tangannya.

"Apa lagi ini? Udah dong, lama-lama aku beneran ngga bisa nafas Al," batin Aileen.

"Apa lagi sih Al? Udah sore ini, aku belum sholat Ashar," keluh Aileen pada Alvaro.

"Aku pinjem HP kamu sebentar," kata Alvaro dengan senyum manisnya.

"I-ini," ucap Aileen sambil memberikan ponselnya. Entah ada sihir apa pada senyuman Alvaro sehingga dengan mudahnya Aileen menuruti perkataan Alvaro tanpa berfikir panjang.

Ponsel Aileen sangat mudah untuk diakses, karena ia tak pernah memberi pin, sandi, pola, sidik jari dan lain sebagainya. Tentu saja hal itu membuat Alvaro dengan mudah mengutak-atik ponsel tersebut tanpa ada halangan apapun.

Setelah beberapa saat mengutak-atik ponsel bercasing gold milik Aileen, Alvaro pun mengembalikannya.

"Nih aku balikin. Tadi aku buka kontak WA kamu, ternyata banyak ya kontak cowoknya, tapi tenang aja udah aku hapus semua, kecuali Papa, Mas, Om sama Pakdhe kamu. Dan aku udah simpen nomer aku disitu," kata Alvaro tanpa dosa, padahal dia baru saja melakukan sesuatu yang bukan haknya.

"Haaa?! Kamu hapus semua? Gimana dong kalo aku mau tanya tugas sekolah?" lirih Aileen.

"Kan ada temen cewek kamu, ada grup chat kelas juga kan?"

"Hmm iya juga sih, tapi kan..." gumam Aileen pelan.

"Terus kalo ada urusan penting gitu? Urusan sama temen cowok aku gitu?"

"Mulai sekarang gak ada urusan penting sama temen cowok kamu. Kecuali aku," tegas Alvaro.

"Ishh apaan sih," batin Aileen sambil memasang wajah cemberutnya.

"Oiyaa sepupu-sepupu aku gimana?"

"Masih kok, kan ada tulisan Mas sama Deknya."

"Alvaro kok jadi possesive gini sih?! Mas aku aja ngga sampe segitunya," rutuk Aileen dalam hati.

"Tapi kenapa sih, kok kamu hapusin semua gitu?! Kan sayang, udah banyak, ada temen pas aku masih di Semarang juga," keluh Aileen sambil menahan marah.

"Udahlah jangan marah gitu. Aku cuma mau ngelindungin hati calon istri aku biar gak jatuh ke hati cowok lain," ucap Alvaro sambil mengusap lembut pucuk kepala Aileen lengkap dengan cengiran khasnya.

Blusshhh!!

"Aku mau pulang," kata Aileen sambil meninggalkan lapangan basket dengan wajah memerah karena malu.

"Ciyeeee malu-malu kucing," teriak Alvaro sambil mengejar Aileen.

❤❤❤

Karena terlalu larut dalam tawa bahagia mereka, Aileen dan Alvaro tak sadar bahwa ada dua orang sedang bersembunyi di balik sebuah pohon yang tak jauh dari lapangan basket dimana mereka berada.

Sedari tadi dua orang misterius tersebut mendengarkan perbincangan antara Aileen dan Alvaro. Masing-masing dari mereka rahang dan kepalan tangannya mulai mengeras tanda bahwa mereka tengah menahan amarah.

"Kita gak boleh biarin ini semua!" ucap salah satu dari mereka. Kemudian salah satunya mengangguk menyetujui.

-----------------------------------------------------------

Assalamu'alaikum shalih, shalihah

Ahhh akhirnya up jugaaa
Maaf ya kalo telat, biasalah fullday nya anak SMA gitu emang beda kan ya?
Kelas 11 banyak acara pula 😰
*stop curhatnya

Apa kabar hari ini? Udah bersyukur?
Jangan lupa bersyukur 😃

Oiyaa buat kalian yang selama ini cuma jadi Silent Reader  author mohon, tinggalkanlah jejak kalian🙏
Itu bisa jadi acuan dan semangat author buat ngembangin cerita ini
Sekaligus dengan begitu, kalian bisa bantu author mewujudkan mimpi pertama author 😊

Udah gitu aja
Salam hangat, Rinay-chan

Wassalamu'alaikum

Namamu di sepertiga Malamku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang