(22)

1.4K 106 1
                                    

Abu-abu. Aku tak tau, apa warna perasaanku padamu.
-Aileen.

-----------------------------------------------------------

ALVARO masih mematung di tempat dimana dia berbicara dengan Aileen beberapa saat yang lalu. Sama sekali tak bergeming. Sedangkan Aileen sudah pergi meninggalkannya.

Getaran di saku celana membuat lamunannya pecah seketika. Dengan malas dia mengambil ponsel yang berdering dan melihat siapa yang menghubunginya di waktu yang kurang tepat saat ini.

"Assalamu'alaikum Yah."

"..."

"Iya iya, Alvaro berangkat sekarang."

Alvaro berjalan lunglai menuju parkiran dan dengan cepat menyalakan mesin motor besarnya itu, kemudian melajukannya dengan kecepatan khas Alvaro.

Sesampainya di kantor, Syafiq merasa ada hal aneh yang terjadi pada putranya saat ini. Alvaro sama sekali tak berbicara, dia hanya fokus pada buku dan laptopnya. Matanya sayu dan wajahnya sama sekali tak bercahaya.

"Kamu sakit?" tanya Syafiq memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Kalo sakit pulang aja, jangan dipaksa, toh ini juga bukan tugas kamu," lanjut Syafiq karena merasa pertanyaannya tadi tak dihiraukan oleh si bungsu.

Syafiq berfikir Alvaro akan menolak dan tetap mempelajari sistem kerja kantor milik keluarganya itu karena ia tau bahwa Alvaro adalah orang yang cukup keras kepala. Tapi tidak kali ini, tanpa menjawab Alvaro membereskan semua barangnya dan beranjak pergi.

"Kamu mau kemana? Pulangkan?" tanya Syafiq memastikan, dia tak tau apa yang akan dilakukan putranya dengan wajah frustasi seperti itu.

"Iya," jawab Alvaro jujur.

"Yaudah hati-hati. Jangan ngebut."

Alvaro tak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya, kemudian menghilang dari pandangan Ayahnya.

"Halo. Assalamu'alaikum, Bun."

"..."

"Alvaro pulang, nanti kalo udah sampe rumah perhatiin bener-bener ya, kayanya ada yang aneh sama dia hari ini. Kalo bisa coba Bunda tanyain ada masalah apa, siapa tau mau cerita kalo sama Bunda. Ayah khawatir."

"..."

"Hehe iya iya. Wa'alaikumussalam."

❤❤❤

Aileen sedikit berlari saat memasuki rumah menuju kamarnya sambil menahan tangis.

Beruntung di rumah sedang tidak ada orang, jadi dia tidak perlu repot-repot berbohong jika ada yang bertanya mengenai mata sembabnya.

Aileen menjatuhkan tubuhnya di atas kasur yang tak terlalu luas karena tumpukan boneka yang ikut ambil bagian di atas ranjang tempatnya bermimpi indah itu.

Gadis manis itu menangis sejadi-jadinya, tak paham apa yang dia rasakan saat ini. Aileen tau apa yang dilakukannya pada Alvaro hari ini memanglah jahat, dia pun tak tau apakah Alvaro bersalah karena sakit hati yang ia rasakan. Tapi semua dilampiaskan pada Alvaro. Biarkan hari ini saja Aileen menganggap bahwa Alvarolah yang bertanggungjawab atas air matanya. Lelah juga jika harus berperan menjadi yang bersalah karena penderitaannya sendiri.

Namamu di sepertiga Malamku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang