(10)

1.8K 112 0
                                    

Boleh aku merasa sedih saat tau aku tak akan bisa menggapaimu?

-Aileen

-----------------------------------------------------------

"Assalamu'alaikum. Mamaaaa.." panggil Kenzie sambil mengetuk pintu rumahnya. Sementara Aileen dan Alvaro masih terjebak dalam awkward moment. Mereka berdiri di belakang Kenzie yang masih sibuk memencet bel rumahnya, dan menunggu seseorang yang akan membuka pintu rumahnya.

"Astaghfirullah, ya Allah, hamba tidak pernah sedekat ini dengan Alvaro, detak jantung hamba jadi tak karuan." ucap Aileen dalam hati.

"Ya Allah, Aileen bisa denger suara detak jantungku apa engga ya? Kenceng banget ini." kini gantian Alvaro yang menggerutu dalam hatinya.

Kenzie yang merasakan aura aneh di belakangnya mencoba mengajak bicara pada dua orang yang sedang terjebak pada zona canggung tersebut. Namun apalah daya, mereka berdua terlalu sibuk menetralisir detak jantung masing-masing hingga sama sekali tak menanggapi panggilan dari Kenzie, sampai akhirnya Kenzie kehilangan kesabarannya dan memanggil mereka dengan suara yang cukup keras.

"Aileen, Varo!!" teriak Kenzie.

"Eh iya Kak,"

"Eh iya Mas," ucap Alvaro dan Aileen secara bersamaan.

"Astaghfirullah, kalian pada ngapain sih, kakak ajak ngomong dari tadi ngga ada yang jawab," keluh Kenzie.

Tak ada yang menjawab, suasana pun canggung kembali. Kenzie tak habis fikir pada dua bocah SMA di belakangnya ini, jika dilihat dari bedge sekolah yang ada pada lengan seragam mereka, mereka berasal dari sekolah yang sama, mereka pun satu angkatan, sudah pasti mereka saling kenal walaupun tidak begitu akrab kan?

Karena suara Kenzie yang begitu keras, itu membuatnya berhasil membuka pintu,. Tentu saja bukan secara ajaib, tapi Mamanya yang berada di dapur belakang bisa mendengar jelas keributan yang terjadi di depan rumahnya.

"Ya Allah Mas! Apasih ribut-ribut?! Ngga enak kan kalo didenger tetangga?!" bentak Aisyah setelah membuka pintu.

"Hehe ngga papa kok Ma," cengir Kenzie kemudian mencium tangan keriput wanita yang paling ia sayangi itu.

"Ini siapa, nak?" tanya Aisyah saat melihat Alvaro.

"Ini Varo Ma, anaknya om Syafiq yang kecil itu," jelas Kenzie.

"Oh iya iya Mama inget. Ayo masuk! Silakan duduk nak Varo," ajak Aisyah.

"Iya tante, terimakasih."

"Ih ngapain manggil tante sih, dulu aja manggilnya Mama kan? Panggil Mama aja lagi," titah Aisyah.

"Eh.. I-iya m-ma.." ucap Alvaro terbata-bata.

"Masa iya dulu aku manggilnya Mama sih? Aku kok lupa ya? Tapi gapapa lah, toh bentar lagi aku beneran manggil Mama juga kan? Hehe," batin Alvaro sambil melirik ke arah Aileen.

❤❤❤

"Kamu udah gede ya sekarang? Udah lama lo Papa pengen ketemu Ayah kamu, tapi jadwal kami tabrakan terus," kata Herman.

"Hehe iya Pa. Ayah emang agak sibuk sih belakangan ini," ujar Alvaro.

 Mereka bertiga, Alvaro, Herman dan Kenzie sedang berbincang di ruang keluarga, sedangkan Aileen dan Mamanya sedang membuat teh dan menyiapkan roti kering untuk camilan.

"Varo mau tanya Pa, Varo kok bisa inget kak Kenzie tapi engga sama Aileen ya? Bahkan Varo baru tau kalo kak Kenzie itu punya adik," tanya Alvaro penuh rasa penasaran.

"Dulu, waktu Papa sama Ayah kamu ada kerjasama kami pernah tinggal disini selama 1 bulan kan? Kamu inget?" tanya Kenzie.

"Iya, Varo inget," jawab Alvaro. Ya, Alvaro memang ingat, walaupun tidak penuh. Buktinya dia ingat pada Kenzie bukan?

"Dari dulu Aileen emang jarang keluar rumah, dia sering sakit, dulu kalo kami ketemu sama keluarga kalian, Aileen kami tinggal sama pengasuhnya, Aileen ngga kuat lama di bawah sinar matahari, kecapekan dikit, atau kebanyakan fikiran. Itu alasannya kamu ngga pernah inget sama Aileen," lanjut Kenzie

"Tapi, Alhamdulillah sekarang dia udah lumayan membaik keadaannya," kalimat itu mengakhiri penjelasan panjang Kenzie saat itu.

"Oh itu alasannya." batin Alvaro sambil mengangguk mengerti.

"Oh iyaa, kemarin Papa chattingan sama Ayah kamu katanya kamu udah dijodohin ya? Wah hebat, emang sih ya kamu ganteng, calon penerus perusahaan, baik pula, pastinya orang yang mau dijodohin sama kamu mah iya aja."

Duarrr!!!

Kabar itu meluncur lancar tanpa hambatan dari mulut Papa Herman tepat saat Aileen sedang meletakkan minuman dan makanan di depannya, Alvaro memandang Aileen sendu, ia ingin meluruskan kabar itu namun sayangnya nasib sedang tak berpihak padanya.

"Oh pantes tadi pas di masjid dia bengong sambil senyum-senyum sendiri, terus pas Mas tanya lagi mikirin ceweknya ya? Dia bilang iya. Oh ini to alasannya, ciyee Varo," timpal Kenzie yang malah memperkeruh keadaan yang ada.

"Mati aku. Kenapa sih jadi gini, ini mulut juga sama aja, asal ngomong iya tadi ngapain coba?" rutuk Alvaro dalam hati. Aileen yang mendengar hal itu langsung berdiri dan menjauh. Alvaro terus melihat punggung gadis itu yang menggunakan gamis pink dengan khimar yang senada dengan tatapan yang sulit diterjemahkan.

-----------------------------------------------------------

Assalamu'alaikum shalih, shalihah.
Jangan lupa bersyukur hari ini 😚

Namamu di sepertiga Malamku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang