21. Hanya Terobsesi

72 4 0
                                    

~Cinta Sama Hanya Terobsesi Itu Beda~

                        ****

Antara percaya atau tidak dengan hal yang baru saja di sampaikan oleh orang yang pernah menjadi kekasih nya dulu. Jika memang benar harapan nya untuk memiliki Renata musnah seketika. Tapi bukan hal yang tidak mungkin untuk memiliki Renata selagi janur kuning belum melengkung.

"Are you kidding me?" tanya Dhany sekali lagi untuk memastikan.

"Terserah deh kalo gak percaya." Sarah hendak melangkah meninggalkan Dhany tapi tangannya di pegang oleh Dhany.

"Tunggu. Pokoknya lo harus bantuin gue buat dapetin Renata lagi." ucap Dhany seraya tersenyum miring.

"Sekarang gue bisa nyimpulin kalo lo itu sebenernya hanya terobsesi sama Renata bukan cinta."

"Apa maksud lo." tanya Dhany sedikit ketus.

"Ya kalo cinta itu bahagia mana membuat orang yang kita cintai bahagia walaupun gak sama kita contohnya gue ngikhlasin lo buat Renata karena gue tahu lo gak bakal bahagia sama gue." jelas Sarah yang sedikit membuat Dhany terkejut.

"Gue itu lagi berjuang buat dapetin cinta gue apa salah?" elak Dhany.

"Terserah deh gue pusing. Intinya lo HANYA TEROBSESI sama Renata." setelah mengatakan itu Sarah meninggalkan Dhany tanpa menunggu balasan Dhany.

                        ****

Sekarang suasana kantin sangat ramai membuat siapa pun yang berada disitu pasti mengeluh kepanasan apalagi Renata mendengar cibiran dari para mulut cewek yang tukang gosib.

"Emang sih cantik tapi sayangnya kelakuannya bitch."

"Iya habis Dhany langsung Rafa korban selanjutnya siapa tuh."

"korbannya pasti must wanted lagi ya walaupun must wanted nomor 1 itu Arkan tapi tetep aja Dhany sama Rafa itu termasuk must wanted fans nya juga lumayan banyak."

"Mungkin Renata pake guna-guna biar para must wanted kecantol sama dia."

Renata berusaha menahan emosinya mendengar anak kelas 12 yang mengosibkannya. Apalagi mereka itu cabe-cabean jadi Renata juga memaklumi tapi ia juga punya batas kesabaran.

"Udah jangan di dengerin." Rafa mengusap pundak Renata.

"Enggak kok lagian juga nggak penting." Renata kembali melahap baksonya.

"Cie yang lagi kasmaran." goda Sasa.

"Maklum masih anget baru jadian." goda David sahabat Rafa.

"Apaan sih." jawab Rafa dan Renata bersamaan.

"Itu kan jodoh." ledek Vera dengan terkekeh.

"Bodo." Renata bangkit dari duduknya lalu merogoh sakunya dan meletakkan uang berwarna biru. "Bayarin punya gue Sa gue mau nyalin PR dulu lupa ngerjain."

"Mau di anter." tawar Rafa sambil bangkit dari duduknya.

"Nggak usah lebay amat lanjutin aja makannya." lalu Renata pergi sendiri.

Renata memilih lewat belakang kelas dari pada koridor karena membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada belakang kelas. Tiba-tiba saat Renata melewati depan gudang ada yang mencekal tangan Renata.

"Mmmpp."

Yang Renata liat setelah memasuki gudang yaitu hanya kegelapan tidak ada lampu. Renata mulai takut jika ia di apa-apakan apalagi jarang ada siswa yang lewat belakang Kelas kecuali anak yang suka bolos pasti akan lewat sini. Renata mengigit tangan orang yang membawanya kesini.

"Sakit." dari suaranya Renata bisa tahu jika itu suara cowok apalagi suara itu tidak asing lagi baginya.

"Dhany." ucap Renata seperti bisikan.

"Iya gue."

"Ngapain lo bawa gue kesini urusan kita udah selesai." menurut Renata sudah tidak ada yang perlu di bicarakan lagi karena semua masalahnya dan Dhany sudah selesai.

"Urusan kita belum selesai Ren gue karena gue cinta sama lo." Dhany berbicara lembut agar Renata tidak takut padanya.

"Lo nggak cinta sama gue. GUE ITU BUKAN MAINAN LO KALO LO BUTUH LO AMBIL KALO NGGAK BUTUH LO BUANG GUE ITU MANUSIA GUE ITU PUNYA HATI." bentak Renata seakan mengutarakan apa yang ia rasakan.

"Iya maaf gue ngaku gue salah udah nglakuin kesalahan yang sama dua kali tapi gue mohon kasih gue satu kali lagi kesempatan." tangan Dhany mengenggam tangan mungil Renata.

"Gue nggak bisa gue udah jadi milik orang lain." entah sejak kapan air mata Renata menetes begitu saja tanpa ijin sang pemilik.

Dhany bisa merasakan jika Renata menangis walau pun ia tidak bisa melihatnya karena di dalam gudang sangat minim cahaya.

"Lo bisa putusin Rafa dan mulai semuanya dari awal." Dhany membawa Renata dalam pelukannya.

"Gue nggak se-egois lo bisa nyakitin perasaan orang lain demi kepentingan diri sendiri." Renata melepaskan pelukan Dhany.

"Tapi kita saling sayang Renata, aku sayang kamu dan kamu sayang aku." Dhany mendekatkan wajahnya pada Renata.

Renata merasa gugup karena ia bisa merasakan napas Dhany di wajahnya sehingga ia tahu jika sekarang ia sangat dekat dengn Dhany. Jantungnya pun berdetak dua kali lebih cepat dari bisanya.

"Lo mau ngapain." tanya Renata mulai waspada.

Dhany tersenyum jahil ia mendekatkan wajahnya lebih dekat dengan Renata hingga hidungnya dan hidung Renata saling menempel. Renata tidak bisa apa-apa karena ia sudah terkunci oleh tangan Dhany dan belakangnya pun sudah dinding.

"Lo mau ngapain gue bisa teriak kalo lo berani macem-macem sama gue." Renata mengancam Dhany tapi bukannya takut Dhany malah ketawa sehingga jarak yang tadinya sangat dekat sekarang berjarak beberapa cm.

"Lo pikir pasti gue mau nyium lo nya atau jangan-jangan itu kode lagi biar gue nyium lo beneran." Dhany meletakkan jari telunjuknya pada bibir pink alami Renata.

"Apaan sih ngga nggak kok." elak Renata sambil mengigit bibir bawahnya untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Ok terserah. Kita lanjutin topik yang tadi gue nggak bakal paksa lo buat milih gue, gue akan kasih kesempatan lo selama dua hari buat nentuin antara gue atau Rafa kalo lo pilih Rafa gue janji nggak akan nganggu hubungan kalian."

                     ****

Renata sudah berada di depan kelas tapi ia takut untuk masuk karena sekarang pelajaran Matematika. Renata takut jika disuruh mengerjakan didepan kelas apalagi otaknya tidak bisa di ajak bekerja sama jika tentang matematika. Sebenarnya Renata tidak bodoh dan tidak terlalu pintar.

Clek

Semua penghuni kelas menoleh ke arah pintu membuat Renata semakin gugup.

"Ngapain kamu masih di situ cepat masuk. Jangan sampai saya berubah pikiran." ucap Bu Rini.

"Eh iya Bu." Renata berjalan kearah bangkunya dengan menunduk.

"Lo tadi bukannya ke kelas duluan kok bisa telat." tanya Vera sedikit berbisik.

"Gue tadi ke toilet dulu." Renata membuka tasnya dan mengeluarkan buku Matematika nya.

"Oh." Vera hanya beroh ria saja tanpa merasa curiga.

Biarlah kali ini Renata menentukan pilihan nya tanpa campur tangan siapa pun. Ia yakin jika keputusan nya nanti adalah yang terbaik untuknya.

Maaf kalo ceritanya makin abstrak😆

Cerita ini akan segera Ending jadi di tunggu aja kelanjutan nya😘

Hilang Karna Dia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang