25. AKHIR [END]

206 7 0
                                    

Suasana di salah satu ruangan Rumah Sakit tepatnya di tempat Renata dirawat sangat ramai. Karena banyak teman-teman Renata yang menjenguk.

"Ren lo kapan bangun. Lo mimpi apaan sih betah banget tidurnya." ucap Vera sambil menahan air matanya supaya tidak jatuh.

"Iya Ren lo harus cepet bangun. Kalo lo marah soal kita yang baru jenguk lo kita minta maaf karena si Dhany ini baru kasih tahu kita tadi malam Ren." timpal Sasa.

"Iya kalo lo marah seharusnya lo marahi mantan tengil lo satu ini. Siapa suruh kasih kabarnya pas udah adem seharusnya kan pas masih anget gitu." Vera memutar bola matanya malas.

"Yaudah kalo yayang Vera mau abang Jino angetin ayo kita pesen kamar hotel aja." Jino menarik tangan Vera.

"Apaan sih. Dasar mesum." Vera melepaskan tangan nya yang dicekal Jino.

"Tapi suka kan aku mesumin." ledek Jino.

"Sekali lagi lo ngomong kita putus." ucap Vera berapi-api.

"Mampus lo." ujar Dito sedangkan Jino hanya mengerucutkan bibirnya.

"Dasar cewek gitu aja manyun." Dhany lebih sedikit bisa tertawa karena ulah teman-teman nya.

Jino tetap diam tidak menjawab. Entah kesambet apa bocah tengil satu ini. Biasanya jika ia di ejek sedikit saja pasti akan mengomel seperti ibu-ibu kost.

"Mending Vera buat gue aja lumayan." ujar Dito seraya melahap pisang.

"Gimana boleh gak?" tanya Vera pada Jino tapi yang ditanya hanya melirik tidak menjawab.

"Ih kalo ditanya itu dijawab bukan diem aja." bentak Vera.

"Tadi katanya disuruh diem sekarang udah diem suruh ngomong serba salah." jawab Jino sambil mendengus.

"Hahaha udah jangan ribut kasian Renata." ucap Dito menengahi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 akhirnya mereka memutuskan untuk pulang dan hanya tersisa Dhany yang menemani Renata.

Dilihatnya wajah Renata yang pucat pasi bibir yang tadinya berwarna pink alami sekarang juga pucat dan tangan yang sekarang genggam sangat dingin. Ingin sekali Dhany berteriak pada Tuhan agar menyembuhkan orang yang dia sayang. Perlahan Dhany menaruh kepalanya pada sisi ranjang Renata dan mulai berada pada alam bawah sadarnya.

****

Seorang yang sedang tidur dengan kepala yang berbantalan dengan tangannya sendiri bangun karena cahaya matahari yang masuk ke retinanya. Dhany mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya.

Saat nyawanya sudah terkumpul penuh rasa sakit pada sekujur tubuhnya mulai terasa mungkin karena posisi tidurnya yang sambil duduk tapi ia sudah biasa akan rasa sakit itu. Karena sudah 1 minggu ia tidur dengan posisi duduk.

"Udah bangun nak." ucap Resyana.

"Hehe iya tante." Dhany mengucek matanya.

"Lebih baik kamu mandi dulu karena habis itu Renata akan segera berangkat." saran Rama.

Tanpa banyak bicara Dhany segera mandi dan tak butuh waktu lama ia sudah berganti baju dan penampilan nya lebih Fresh dari biasa nya.

"Tolong beri waktu saya 10 menit aja Om, Tante saya mau menghabiskan waktu dengan Renata sendiri sebelum dia pergi." ucap Dhany dengan nada memohon. Kedua orang tua Renata langsung keluar.

"Ren cepet sembuh ya kalo lo udah berobat di Singapura, biar gue nggak nahan rindu terlalu lama." Dhany mencium kening Renata lama.

"Dilan bener rindu itu berat jadi gue mohon kalo lo bangun dan yang pertama kali lo lihat bukan gue lo jangan rindunya."

Hilang Karna Dia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang