9. Koma

222 16 2
                                    


Semuanya panik ketika Swara jatuh dari genteng dan kepalanya membentur tanah. Yuda dan semua teman-temannya langsung menghampiri Swara saat itu.

“Raaaaaa!” Yuda berteriak sekencang mungkin sembari mengangkat kepala Swara kemudian meletakan di pahanya dengan pelan.

“Ra lo masih denger gue? Ra lo gapapa kan?” Tanya Yuda panik.

Sanskar terdiam melihat Swara seperti itu. Ini salahnya kan? Kenapa bisa-bisanya dia tidak mengembalikan sepatunya Swara? Tidak. Sanskar tidak menaruh sepatu itu di atas genteng sekolah. Sama sekali tidak. Sekejam-kejamnya Sanskar, pria itu tidak mungkin sampai menyelakakan orang seperti ini, tidak mungkin! Sanskar masih penasaran siapa yang telah melakukan hal tega seperti ini.

Sanskar jongkok disamping Yuda dengan pelan.

“Yud sebaiknya dibawa ke Uks aja.” Saran Sanskar. Yuda menganggukan kepalanya cepat.

“Tapi, Sans em ... Lo ada kuncinya emang? Kan sekolahan udah bubar ini.” Tanya Gautam. Sanskar terdiam, benar juga apa yang dikatakan Gautam.

“Apa susahnya sih! Dobrak aja! Gue ga mau basa basi kaya lo tadi! Gue sekarang mau ponakan gue selamet! Kalian jangan tenang-tenang kaya gini! Cari bantuan!” Tegas Yuda.

Shezan langsung berlari menuju ruang kantor. Dibalik semua temannya yang eror itu, yang tidak mau melakukan apa-apa, Shezan adalah yang pertama. Dia sayang kepada Swara dan akan melakukan apapun demi gadis itu selamat.

“Yud, darahnya ....,” lirih Sanskar. Mendekat ke arah keningnya Swara. Dengan tidak malu-malu ataupun jijik, dia membuka seragamnya dan mengelap-elap kening Swara dengan itu, karena darahnya terus mengalir.

“Onta? Lo masih denger gue? Bangun, Ta. Sabar ya lo pasti selamat. Gue yakin itu. Lo disini dikelilingi orang-orang baik dan peduli sama lo.” Gumam Sanskar tersenyum sayu.

“Raaa lo denger suara gue? Raa? Jangan tinggalin gue, Raa! Siapa yang berani naro itu sepatu di atas genteng kalo udah terbukti orangnya, gue bakalan hajar dia!” Tegas Yuda.

“Gila lo Sans, itu seragam. Kenapa lo permainin kaya gitu, sih?!” Tanya Sidd dengan jijik.

“Gue ga peduli! Yang penting gue bisa hentiin darahnya Swara buat terus mengalir. Seragam ga dimasalahkan, lo tau gak? Sekarang yang di masalahkan cuma keselamatannya Swara. Lo ngerti?” Sinis Sanskar. Sidd langsung terdiam.

******

Yuda dan Sanskar masih menunggu didepan ruang Uks dengan khawatir. Yuda melirik ke arah Sanskar yang sedang melamun tidak jelas. Sepertinya, dia sedang khawatir. Dari sekian banyaknya teman-temannya Yuda, hanya Sanskar yang benar-benar peduli. Memang ada juga Shezan. Namun pria itu tidak diperbolehkan lama-lama disekolah oleh Mamanya. Dengan terpaksa, Shezan pulang dengan perasaan masih khawatir.

Yuda terkekeh namun juga sedih ketika melihat Sanskar yang tidak memakai baju. Badannya tidak terlalu sixpack tapi lumayan besar.

“Apaan sih?” Tanya Sanskar ketus.

“Keren lo kalo buka baju kaya begitu.” Jawab Yuda. Sanskar mengabaikannya.

“Yud bisa gak sih lo ga ngajak gue bercanda semenit ini doang? Gue khawatir sama Swara!” Ketus Sanskar. Yuda terdiam kemudian menundukan kepalanya.

“Lo bener, gue emang bego. Ponakan lagi kena musibah, gue malah bisa sempetin bercanda. Sans? Gue harus bilang apa sama Papa Mama gue kalo Swara kenapa-kenapa?” Tanya Yuda lirih. Sanskar menatap wajahnya dengan datar.

Krek!

Baru saja Sanskar akan menjawab, pintu Uks sudah terbuka. Nampak Bu Geet yang berdiri dengan wajah yang terlihat kecewa. Sanskar dan Yuda langsung berdiri.

Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang