21. Kamu siapa?

116 10 1
                                    

SWARA bangkit dari sofa saat seseorang mengetuk pintu rumahnya. Saat membuka pintu, tampak seorang tukang pos yang sedang berdiri sambil tersenyum ramah. Swara hanya bersikap datar, bahkan raut wajahnya sama sekali tidak mencerminkan persahabatan.

"Betul ini rumah Nona Swara Bose?"

Swara hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ada paketan buat Nona, silahkan dibuka ya. Terima kasih,"

Setelah kepergian tukang pos itu membuat kepala Swara rasanya berputar. Sebuah kotak berwarna hijau muda dengan dihiasi sebuah surat diatasnya? Ia berjalan, menaruh kotak itu di sofa, enggan sekali untuk membukanya. Barangkali itu paketan Papanya sejenis kaos, celana, atau pun yang lainnya.

Swara merasa ponselnya bergetar, cewek itu segera melihatnya, hanya sebuah promo iklan supaya bisa menjadi orang yang cantik dari sebelumnya. Swara penasaran, membaca promo itu dengan saksama, dimulai dari rambut, pakaian, bahkan sampai sepatu juga dijelaskan dengan lengkap disana.

Sudah beberapa hari Swara menjadi seperti seorang mumi. Tidak pernah berpoles diri, bahkan mengurus diri pun menjadi semakin jarang. Lebih parahnya lagi dirinya menjadi sosok yang pendiam, sering melamun dan mengurung diri didalam kamar. Kenapa, kenapa rasanya duniaku mendadak abu-abu?

Apakah aku harus merubah diriku menjadi diri yang baru?
Yang lebih memuaskan daripada diriku yang lalu?
Apakah aku harus mengganti kisah hidupku dengan yang baru?
Lebih menjadi seorang yang dewasa dan akan lebih irit bicara?
Apakah aku harus menghapus kenanganku dengan dirinya yang benar-benar pergi dan tidak akan kembali?

Ini lelucon, diriku akan tetap menjadi diriku.
Diriku yang telah berubah seratus delapan puluh derajat dari diriku yang dulu selalu gembira, lebih suka memberikan senyuman sebagai sedekah, sering mengumpat bahkan mencibir karena kesal.
Lalu?
Apa kabar diriku yang dulu?
Tenggelam, semuanya bagaikan sebuah kapal yang diterjang ombak lalu tenggelam.
Aku sekarang menjadi aku yang abu-abu.
Kurasa didunia ini tidak ada lagi yang indah, yang penting, yang membahagiakan. Semuanya hanya menyakitkan.

Tidak. Aku tidak akan membuat duniaku lebih abu-abu lagi.
Mungkin ini ending dari semuanya yang telah Tuhan tulis untukku.
Dimana kamu, aku, dan kenangan akan lenyap seiring berjalannya waktu.
Aku butuh asupan! Aku butuh sesuatu yang dapat menghiburku supaya bisa bangkit, membuka mata, sampai akhirnya aku bisa kembali menjadi dulu lagi.
Aku dan kamu sudah bagaikan nasi yang menjadi sebuah bubur.
Tidak akan pernah kembali, apalagi bersatu.
Maafkan aku yang selalu memikirkanmu untuk kembali, maafkan aku yang telah menyakiti perasaanmu, maafkan aku yang telah masuk ke dalam hidupmu,
Setidaknya aku sadar, bahwa kamu datang hanya untuk pergi.

Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang