14. Jalan-jalan

190 20 2
                                    

HAPPY READING READONG RIDING😪

“Bejad! UKS ditutup!” Ketus Sanskar ketika melihat pintu UKS sudah tertutup rapat. Bahkan bu Geet juga sudah tidak ada disana.

Sanskar kini masih sedang menggendong tubuh Swara, enggan melepaskannya dan dia tidak menemui teman-temannya ataupun Yuda bahwa dirinya sudah menemukan Swara.

Sanskar terdiam sejenak, mengambil kunci mobilnya di saku celananya kemudian berjalan cepat menuju parkiran.

“Bodo amat gue harus bilang sama Yuda. Nanti bisa makin parah dia,” gerutu Sanskar memasukan Swara ke dalam mobilnya.

Sanskar masuk juga ke dalam mobil. Menyalakan mesin mobilnya lalu tanpa ditunda lagi, mereka pergi meninggalkan sekolahan.

Selama perjalanan di mobil, Swara tidak kunjung sadar membuat Sanskar berkeringat dingin takut jika gadis ini kenapa-kenapa. Wajah Swara pucat, serta badannya kini terasa panas.

“Gue bawa minum gak ya?” Tanya Sanskar kepada dirinya sendiri. Pria itu menghentikan mobilnya sejenak, lalu mencari botol aqua didalam tas ranselnya.

“Yaelah, dikit lagi.” Sanskar mendengus ketika melihat isi airnya sedikit.

“Gapapa, yang penting dia bisa minum! Gue takut tenggorokannya kering.” Lanjut Sanskar membuka tutup botol aqua itu.

Sanskar bernapas lega ketika Swara menerima airnya saat itu. Walaupun sedikit, setidaknya gadis itu bisa membasahi tenggorokannya yang kering, mungkin.

“Kenapa bisa gini sih, Ra? Lo kenapa sampe parah kaya gini.”

Sanskar kembali melajukan mobilnya dengan cepat. Sanskar sangat khawatir kepada gadis itu sekarang, orang mana yang tidak khawatir ketika melihat seseorang yang dia sukai ditemukan di toilet dengan keadaan lemah tidak berdaya. Serta pingsan yang cukup lama.

Mobil berhenti ketika sudah sampai di rumah sakit sejahtera. Sanskar buru-buru keluar dari mobil, kemudian membawa Swara masuk ke dalam. Sorot mata memandangi keduanya dengan tajam.

“Dok! Kemana sih lo!” Teriak Sanskar tidak sabaran. Seorang suster menghampirinya.

“Ada apa dek? Ada yang bisa saya bantu?” Tanya Suster itu dengan lembut.

“Pake nanya lagi! Tolongin pacar gue. Panggilin dokter, sus. Lama amat, keburu parah nanti. Ayo dong!” Desak Sanskar. Sang Suster langsung menuruti.

Beberapa menit kemudian, dokter datang ke hadapan Sanskar dan Swara.

“Dia kenapa, dek?”

“Pingsan, dok. Mau dirawat apa nggak sih? Malah ditanyain mulu dari tadi.”

“Adek harus bayar dulu.”

“Iya nanti gue bayar. Yang penting tolongin pacar gue dulu.” Akhirnya setelah lama berdebat, Swara dimasukan ke dalam ruangan untuk diperiksa keadaan.

Sanskar berdiri di depan pintu ruangan Swara. Pria itu memijat keningnya yang terasa pusing entah penyebabnya apa. Dengan perlahan dia duduk di kursi sembari berusaha menghubungi Rianti.

“Ada apa, Sans?”

“Ma, aku bakal pulang telat. Temen aku ada yang pingsan di toilet ya aku bawa dia ke rumah sakit. Jangan kangen aku ya, Ma. Bentaran doang kok.” Jawab Sanskar.

“Cewek apa cowok? Aduh kasihan. Ga bakalan kangen sih, ngeharep banget kamu. Udah mama izinin kamu buat pulang telat. Salamin sama dia ya?”

“Oke.”

Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang