Ready untuk membaca? Silahkan:)
“Duduk.”
Sanskar perlahan duduk di kursi yang sudah Bu Geet sediakan. Pria itu masih terlihat tenang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Matanya melotot ketika melihat seseorang yang kini sangat ia benci. Yang sangat ia tidak mau ditemui, apalagi di anggap menjadi seorang teman lagi.
“Ibu bisa percepat bicaranya?!” Tanya Sanskar dengan suara sedikit membentak sampai membuat Bu Geet terkejut.
“Kenapa, Sanskar? Kamu bentak ibu?”
“Nggak begitu.”Shezan dengan tampang pura-pura lugunya duduk disamping Bu Geet, tepatnya dihadapan Sanskar. Tatapan mereka bertemu saling mengisyaratkan bahwa mereka sedang saling membenci. Tidak lama kantor hening, seorang wanita tinggi, rambut diurai, serta pakaiannya yang seperti orang kantoran datang.
“Duduk Bu. Oke, kita masuk ke dalam pembahasan. Ibu tanya Sanskar, kamu yang udah ngehajar Shezan?” Tanya Bu Geet. Dia kali ini cukup dikejutkan oleh salah satu siswa yang terkenal tidak pernah membuat onar apalagi sampai ke guru Bk. Entah siapa yang menghasut Sanskar sampai membuat sesuatu diluar dugaannya.
Sanskar tertawa sejenak. Sementara Shezan menatap pria itu dengan tatapan yang ngeri. Sungguh semuanya telah berubah.
“Iya, Bu.” Jawab Sanskar.
“Kamu tahu anak saya sampai kaya gimana, Sanskar?” Tanya Bu Ani. Ibunya Shezan bertanya dengan kesal. Tidak menyangka bahwa anaknya bisa babak belur seperti ini karena ulah Sanskar yang selaku teman baiknya Shezan.
“Atas dasar apa kamu melakukan ini?!” Tanya Bu Geet lagi.
“Saya gak bakal kaya gini kalo Shezan gak mulai duluan. Dia yang udah pancing emosi saya,” jelas Sanskar sambil menunjuk ke arah Shezan.
“Bicara yang sopan, Sanskar. Ini bukan Sanskar yang ibu kenal sebelumnya. Anak didik ibu yang pintar, serta tidak pernah membuat ulah. Lalu, sekarang? Siapa yang udah ngehasut kamu sampai kaya begini?” Ucap Bu Geet gemas.
“Kamu teman baiknya Shezan kan? Kenapa kamu ngehajar dia?!” Tanya Bu Ani merangkul bahu Shezan.
Sanskar masih terdiam. Menatap ke arah luar, melihat beberapa siswa-siswi tengah melihat dirinya dengan penasaran. Pria itu kembali mengalihkan pandangannya kepada Shezan.
“Shezan udah macem-macem sama Swara,” jelas Sanskar mampu membuat Bu Ani dan Bu Geet terdiam. Saling berpandangan tidak menyangka. Mereka berfikir perkelahian ini terjadi karena perebutan seorang geng atau yang lain. Ternyata seorang gadis?
“Apaan lo! Nuduh aja bangga!” Ketus Shezan angkat bicara.
“Gue gak nuduh, emang bener lo udah macem-macem sama cewek gue!” Tegas Sanskar emosi.
“Cukup!” Bu Ani berteriak. Membuat kedua anak itu kembali terdiam. “Tidak usah ditindak lanjuti, Bu. Mereka sama saja bersalah.” Kemudian wanita itu bangkit dari kursi.
“Ma! Mau kemana? Ini belum selesai!” Tanya Shezan.
“Mama mau ke kantor lagi. Gak guna kesini yang tau nya kalian berantem gara-gara gadis. Kalian sama-sama salah. Permisi,” Bu Ani tersenyum singkat ke arah Bu Geet kemudian segera pergi meninggalkan kantor.
Shezan menggerutu kesal. Menatap Sanskar yang sedang menatapnya penuh kemenangan. Kini dia adalah musuhnya, atau musuh terbesarnya. Seorang teman yang bisa mengubah dirinya sendiri menjadi seorang penghianat.
“Kalian balik ke kelas.” Tegas Bu Geet saat merasa kejadian ini tidak layak untuk diperbesarkan. Wanita cantik berpostur tubuh tinggi itu bangkit dari kursi, berjalan menuju tempat mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine!
Teen Fiction#Pengumuman Maaf, ini bukan cerita tentang kesedihan, tentang perjodohan, tentang kekerasan, yang bertema belakang india. Tapi ini cerita tentang remaja, lebih termasuk ke istilah masa putih abu-abu. Bertema belakang indonesia lebih tepatnya jakarta...