INI PANJAAANG😪 GABISA BIKIN ORANG BAPER;"( YANG ADA SELALU AJA BISA DIBIKIN BAPER SMA ORNG LAIN. EAAK😑
“Ujan makin deras, ayo ke dalem,” ajak Sanskar. Sejak gadis itu menyatakan cintanya beberapa menit yang lalu, dia menjadi bisu, bahkan tidak bisa mengatakan apapun. Swara masih terdiam sembari memandang Sanskar penuh senyuman. Bagaimana jika gadis ini sakit? Lalu Yuda akan memarahinya? Bisa hancur nanti. Tapi tidak masalah itu juga, Sanskar tidak takut akan halnya Yuda. Tapi dia kasihan melihat gadis itu yang pasti sedang menunggu ucapannya.
“Gamau.” Tolak Swara cepat.
“Lo nanti sakit!” Sanskar sedikit berteriak ketika suara hujan lebih bergemuruh saat itu.
Swara masih terdiam. Merentangkan kedua tangannya. Menerima setiap tetesan hujan yang menimpa wajah, dan masuk ke dalam hatinya. Bukankah ini pernah dilakukan didalam adegan film bollywood Rab ne bana di jodi? Sepertinya memang asik ketika meniru adegan tersebut.
Dia terpaksa mengucapkan rasa suka kepada Sanskar sekarang. Apakah harus dia tunda lebih dalam? Jika terus dipendam, maka pria itu akan menganggap Swara sama sekali tidak mempunyai rasa apapun kepadanya. Mungkin, jika dia mengatakannya terus terang, bisa membuat pria itu sedikit membuka hatinya dan perlahan walaupun pelan mencintainya balik. Swara mendapat ancaman dari Kavita tadi. Bahwa dia harus menjauhi Sanskar sekarang. Bahkan harus mendekatkan Kavita dan Sanskar agar menjalin hubungan, jika tidak mau sampai berita itu Viral ke media sosial.
“Lo jangan ngeyel Swara pendek!” Teriak Sanskar kesal.
“Lo mau apa sekarang? Mau sakit?” Tanya Sanskar. Swara menatap sekilas mata Sanskar yang mulai memerah akibat kehujanan.
“Mau.”
“Sayangnya gue ga bakal ngebiarin itu!” Ketus Sanskar menarik tangan Swara dengan paksa untuk berteduh di emper toko miliknya.
“Mas marah sama aku?” Tanya Swara dengan pelan. Sanskar tidak menjawab dia sibuk sedang mengeringkan rambutnya yang basah.
“Gak,”
“Aku emang murahan ya? Hehe, pasti aku ada dibarisan perempuan murahan tingkat hati. Aku suka sama mas terus ngucapinnya tanpa malu.” Ucap Swara tertawa pedih.
“Kata orang-orang kalo perempuan yang nembak pria duluan, namanya receh! Ga tau kan apa jawaban pria itu? Barangkali ditolak kan?”
Swara terus mengoceh. Walaupun hatinya teriris cepat dan sangat pedih.
“Ayo masuk,” ajak Sanskar. Dasar sialan! Swara sedang curhat sekarang. Apakah dia bisa peka sedikit? Bahwa gadis ini benar-benar menyukainya? Kenapa tampaknya dia tenang-tenang saja? Bahkan ucapan yang Swara ucapkan tadi, sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan ucapan Sanskar saat ini. Seolah-olah pria itu mengalihkan pembicaraannya ke topik yang tidak begitu penting.
“Mas dengerin aku gak sih!” Tanya Swara kesal.
“Denger, terus?”
“Jangan ngalihin bicara! Sakit tau mas, kambing dasar!” Gerutu Swara memanyunkan bibirnya ke depan beberapa senti.
“Udah mau sore, lo gamau balik? Lo suka sama gue kan? Lo sayang sama gue kan? Lo mau gue diapa-apain sama si Yuda kalo nganterin lo sampe sore begini?” Tanya Sanskar tanpa jeda sedikitpun. Swara terdiam, merasakan jantungnya yang berdegup lebih kencang dari sebelumnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mine!
Teen Fiction#Pengumuman Maaf, ini bukan cerita tentang kesedihan, tentang perjodohan, tentang kekerasan, yang bertema belakang india. Tapi ini cerita tentang remaja, lebih termasuk ke istilah masa putih abu-abu. Bertema belakang indonesia lebih tepatnya jakarta...