16. Konflik

160 19 4
                                    

Siap untuk membaca? Silahkan.

“Ngapain lo sendirian?” Tanya Shezan seperti sedang menginterogasi. Swara masih menatap wajah pria itu dengan lekat, dia merasa malu karena telah menolaknya demi satu orang.

“Aku ditinggal.” Jawab Swara gagap.

“Naik.” Perintah Shezan lagi. Ini bukanlah Shezan yang dikenal Swara, seorang pria yang baik serta lucu. Tapi sekarang, yang ada di hadapannya ini seorang Shezan yang baru. Dingin dan sangat irit bicara.

Swara menggelengkan kepalanya. Kemudian tersenyum lebar, “Nggak, ka. Terima kasih.” Ucap Swara.

“Naik!” Kini suara Shezan sedikit meninggi membuat Swara terlonjak kaget, ini kah Shezan yang selama ini dia kenal? Seorang pria yang bisa membentaknya? Gadis itu terdiam. Tidak bisa menolak apapun lagi. Dengan terpaksa dia naik ke motor Shezan. “Lo gak baik keluyuran sendirian dijalanan kaya begini. Lo perempuan, bahaya.” Cerca Shezan menyalakan mesin motornya.

“Gue anterin lo pulang.” Ucap Shezan. Swara hanya mengangguk setuju. Tanpa ada percakapan lagi diantara mereka, motor sudah meninggalkan tempat.

“Lo kenapa bisa ada disana?” Tanya Shezan memecah keheningan.

“Aku ditinggal.” Jawab Swara dengan tidak jujur. Shezan tampaknya mulai kesal. Jawaban gadis itu selalu mengulang-ulang yang sudah dia ucapkan, Shezan menunggu jawaban yang lain.

“Ganti jawaban lo!” Ketus Shezan. Swara merenyutkan keningnya tidak mengerti.

“Mak-maksudnya?”

“Gue kata, ganti jawaban lo. Gue gak nunggu jawaban lo, yang udah lo ucapin.” Tegas Shezan. “Terus terang sama gue.” Lanjut nya tanpa basa-basi.

Swara terdiam. Tidak mau menjawab pertanyaan Shezan lagi. Dia ingin kedekatan dirinya dengan Sanskar tidak tersebar, hanya dirinya saja yang tahu.

“Turunin aku, kak.” Ucap Swara.

“Kenapa? Lo gak mau lagi deket sama gue gara-gara gue suka sama lo?” Tanya Shezan tajam. Pria itu menghentikan motornya lalu meminta Swara untuk turun. “Turun.” Ucapnya lagi.

“Makasih banget tumpangannya,” ucap Swara tersenyum terpaksa. Dengan langkah yang cepat, dia meninggalkan Shezan sendirian.

Shezan tidak tinggal diam. Dia masih menyukai Swara, bahkan rasa cintanya semakin besar sekarang. Memang, sikapnya sangat jauh berbeda dengan sebelumnya. Tapi, tujuannya ia hanya ingin memperbaiki diri, agar tidak selalu kekanak-kanakan. Dia hanya ingin bersikap dewasa setelah apa yang sudah dia dapatkan.

“Ra.” Panggil Shezan melirih. Kini suaranya sangat lembut.

Swara yang sedang berjalan menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang.

“Apa lagi, kak?” Tanya Swara merasa terganggu.

“Lo kayaknya risih gue panggil.”

“Kenapa ngomong gitu?”

“Dari nada bicara lo.”

Swara tidak menjawab. Lebih memilih meninggalkan Shezan lagi. Tapi pria itu masih mengejar dengan motornya.

Shezan kesal beberapa ucapan serta pertanyaan darinya tidak di respons Swara. Gadis itu sibuk dengan langkah kakinya. Shezan terpaksa turun dari motor, mencekal lengan Swara bermaksud menghentikan langkah kakinya. Swara meringis, terlihat takut ketika menatap wajah Shezan yang terlihat mengerikan.

“Ada apa sama lo, hah?” Tanya Shezan dengan keras. Swara menggelengkan kepalanya berulang kali. “Lo mau coba jauhin gue? So what? Bukannya lo yang ngomong sama gue, bahkan minta sama gue, kalo gue gak boleh jauhin lo?” Lanjut Shezan masih mencekal lengan Swara dengan keras.

Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang