13. Cita-cita dan Cinta

172 18 3
                                    

BIASA, INI PUANJANG😪

“Maaf, gue gabisa nerima lo.”

Swara menundukan kepalanya ketika mengingat kata-kata yang sangat menyakitkan untuk hatinya. Bagaikan dicabik-cabik hati Swara sekarang, lebih tepatnya lagi sedang hancur dan sedang tidak baik.

Dia sekarang sedang ada di taksi. Duduk dengan perasaan yang patah hati, sementara hari mulai gelap, entahlah Yuda akan marah padanya atau tidak nanti.

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Swara lebih memilih pergi. Tapi bukan sebagai gadis yang lemah dan menyerah, dia hanya bersikap sedih dan mengucapkan selamat tinggal kepada Sanskar. Dia tahu sekarang Sanskar belum bisa mencintainya. Kali ini gagal, dan di suatu saat nanti Sanskar akan mencintainya melebihi dirinya.

Alasan Sanskar hanyalah satu. Dia mempunyai banyak mimpi dan cita-cita, apakah kalian tahu apa cita-cita terbesarnya? Menjadi dokter, Sanskar menginginkan itu! Mungkin setelah lulus kuliah, dia akan melanjutkan pendidikannya di amerika.

Kenapa?”

“Gue banyak mimpi. Gue banyak keinginan. Gue lagi merjuangin itu sekarang, lo gabisa gue perjuangin.”

“Kampret! Aku yang bakal berjuang buat mas, emang mimpinya apa sih? Mau nikah muda? Ayok nikah sekarang! Selesai kan?”

“Jangan bodoh.”

“Cowok yang harusnya merjuangin cewek, bukan sebaliknya. Gue urusan nikah belakangan, ada lo kan? Lo pasti cinta gue sampe kapan pun kan? Tenang, gue bakal nikahin lo nanti.”

“Gak!”

“Gue pengen jadi dokter dulu. Kalo lo bener-bener sayang sama gue, mau gak nungguin gue?”

“Nungguin? Emang mas mau kemana?”

“Nungguin sampe cita-cita gue tercapai.”

Swara tersadar dari lamunannya ketika dirinya sudah sampai rumah. Dengan langkah cepat, dia keluar, kemudian membayar ongkosnya segera.

“Biii? aku pulaaang!” Teriak Swara dengan keras. Terlihat keluarga kecilnya itu sedang berbaring di karpet lesehan sembari menonton televisi.

“Udah kelompoknya? Sini ayo sini,” perintah Daniel. Swara menuruti.

“Ko sampe sore banget?” Tanya Fani khawatir ketika melihat wajah Swara yang lemas dan tidak semangat.

“Em-” Swara terdiam. Bingung harus menjawab apa sedangkan dia tidak mau membohongi keluarganya disisi lain dia tidak mau membuat keluarganya kecewa.

Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang