11. Ungkapan

223 18 2
                                    

INI PANJANG😪

Keesokan harinya ...

Swara dan Roshni datang lebih awal dari sebelumnya. Mereka lupa bahwa sekarang akan ada pelajaran Fisika. Swara sangat suka Fisika dan dia sering kali membaca bukunya sebelum pelajaran itu dimulai. Begitupun Roshni.

Kelas menjadi hening saat itu. Tiba-tiba Sofi datang sembari berteriak-teriak tidak jelas sampai membuat telinga Swara panas seketika.

“Rosh! Roshni gendut! Hellow eperibadehhh Roshniiii” Teriak Sofi. Roshni menatap gadis itu dengan tajam.

“Apa!” Ketusnya.

“Liat deh! Ada tanda tangan siapa disini, hm?” Sofi membalikan badannya dengan cepat. Swara menatap gadis itu dengan tatapan yang bingung.

“Yu-yuda?” Jawab Swara gagap. Sofi menganggukan kepalanya.

“Hah? Ko bisa sih! Ngga ngga bisa! Gue juga mau tanda tangannya bang Yuda! Awas lo! Gue juga mau minta!” Teriak Roshni tidak terima. Gadis itu segera keluar dari kelas.

Sofi menatap kepergian Roshni dengan tidak peduli. Kemudian duduk disamping Swara yang sibuk dengan bukunya.

“Ra tahu gak sih?” Tanya Sofi mengeluarkan ponselnya dari saku. Swara menatap Sofi sekilas kemudian kembali terfokus kepada buku yang sedang dia pegang.

“Apa? Ga tau,” jawab Swara.

“Ka Sanskar temennya Bang Yuda. Lo tahu gak? Dia digosipin loh di sosmed,” jelas Sofi. Mata Swara membulat seketika.

“Kenapa ada apa sama Mas Kambing?” Tanya Swara khawatir.

“Dia katanya ketua gak tahu malu. Kemarin dia nampar ka Kavita temen sekelasnya di kantin.” Ucap Sofi.

“Karena masalah apa?”

“Lo.” Jawab Sofi singkat. Swara kaget. Kenapa mesti dirinya yang menjadi penyebabnya? Swara tidak melakukan apapun bahkan tidak tahu apa-apa tentang ini. Dia bahkan tidak melihat berita itu di ponselnya. Apa karena Swara kudet?

“Ko aku sih?” Ucap Swara. Sofi menatap Swara lekat-lekat.

“Karena waktu lo koma, kata ka Sanskar ka Kavita yang naro sepatu lo di atas genteng. Ya ka Sanskar ga nerima terus ka Kavita ditampar deh.”

“Ka Sanskar gaada hubungan apa-apa kan sama lo? Ko dia kayaknya lebih milih lo daripada ka Kavita? Padahal dia udah beberapa kali ditolak ka Sanskar.” Jelas Sofi panjang lebar. Swara masih terdiam saat itu.

“Ko gue ngaco ya? Kek orang sinting? Gaada hubungannya kan sama lo? Yaudah sih Ra jangan dengerin ocehan receh gue.” Cibir Sofi. Swara mengangguk dengan pelan.

“Ocehan Sofi mahal kok. Ga receh,” ucap Swara dengan pelan. Sofi kemudian terbahak. Swara memang selalu saja berbicara yang aneh-aneh ketika sedang bersama dirinya.

“Udah bacot sih, ayo dah baca lagi bukunya.” Perintah Sofi.

Ini ya ketua basket SMA nusantara? Ciih ko nampar wanita kek begitu?

Kasar!

Gila! Ketua gaada nyontohin yg bener!

Didepan umum lagi!

Recehh! Sungguh pria recehh!

Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang