10. Suka

198 16 2
                                    

HAPPY REDING
INI PANJANG AWAS LAPER😪

“Iya! Gue yang lakuin. Lo setuju kan sama apa yang gue lakuin sama anak gadis gak tahu diri itu?” Tanya Kavita menjelaskan bahwa dirinya yang telah menaruh sepatu Swara di atas genteng.

Sanskar berusaha menahan emosinya. Kavita memang benar-benar tidak berperikesiswaan! Kenapa dia sampai tega membuat seseorang sampai terluka karena ulahnya? Kini Sanskar dan Kavita sedang berada di kantin. Sanskar sengaja mengajak Kavita untuk makan bareng. Agar, dia bisa menyelidiki apakah benar gadis menor ini yang telah melakukan semuanya apakah tidak. Dan semuanya sudah terbukti.

“Dengan alasan apa lo ngelakuin itu?” Tanya Sanskar santai. Kavita tertawa pelan.

“Gue tahu, kok lo itu gak suka dideketin sama dia kan? Gue udah liat sewaktu lo dikasih minum sama dia.” Jawab Kavita.

“Lo tahu apa dampak dari perilaku lo itu, Kav?” Tanya Sanskar lagi.

“Tahu. Si gadis menyebalkan sok cantik itu ga sekolah dua hari! Dia absen terus dikelasnya. Mungkin dia lagi sesegukan karena sepatunya gue taro di genteng sekolah.” Ucap Kavita. Sanskar menatap gadis itu dengan tajam. Enteng sekali dia bicara? Absen katanya? Dasar kurang apdet.

“Lo salah,” gumam Sanskar sembari menyeruput minuman didepannya. Kavita menaikan sebelah alisnya.

“Apa yang salah?”

“Dia koma! Lo tau gak nyet!” Teriak Sanskar menaikan suaranya. Kavita terkejut, seketika dia memegang dadanya saat mendengar suara kencang Sanskar. Baru kali ini dia mendapat sentakan dari Sanskar. Biasanya pria itu selalu saja mengabaikannya dan tidak mau membalas percakapannya.

“Lo be-ercanda kan, Sans?”

“Gakk! Mana ada gue bercanda. Gue ga suka senyum!” Bentak Sanskar lagi.
“Kenapa lo marah sih? Seharusnya lo berterima kasih sama gue! Karena gue udah bikin gadis pengganggu lo itu koma. Biarin aja dia sakit terus yang penting dia ga campurin urusan hidup lo lagi. Liat kebelakang Sanskar! Gue selalu ada buat elo! Jangan mau kepancing cinta sama cewek sok kecantikan itu!”

Plakkk

Sanskar menampar keras pipi Kavita. Gadis itu terdiam memegang pipinya yang kian memerah. Sanskar bangkit dari kursinya, dia tidak mempedulikan ketika beberapa siswa ataupun siswi tengah menatapnya seolah-olah tidak percaya. Seorang ketua basket bisa menyakiti seorang wanita seperti itu. Bahkan menamparnya dengan keras.

“Dasar mulut cabe! Jaga omongan lo!” Ketus Sanskar lalu pergi meninggalkan Kavita dengan perasaan marah.

Oh ya, Swara kini sudah pulih. Gadis itu sudah terbangun dari koma-nya. Beberapa hari terakhir dia memilih untuk berdiam diri di rumahnya hanya untuk mengurus kesehatannya. Swara tidak memiliki kendala apapun setelah dirinya kecelakaan waktu itu. Bahkan dia tidak kehilangan ingatannya seperti yang ada di sinetron-sinetron.

Swara kini menyukai Sanskar. Ketika dirinya menyadari bahwa pria itu ternyata peduli dengannya. Selama dia koma, Sanskar dan Yuda lah yang selalu merawatnya serta selalu menginap di rumah sakit. Swara bisa tersadar karena Sanskar. Pria itu mengoceh terus di telinga Swara sembari mengejeknya dengan kata-kata yang pedas. Bahkan Sanskar mencubit pipi Swara dengan keras, memainkan kedua telinganya dengan keras, dan menekan-nekan perutnya, serta mengelitikinya. Sanskar ini gila kan?

Entah darimana perasaan suka ini datang. Apakah dari selokan? Ah mana mungkin, nanti lovenya berwarna hitam bukan merah.

Sedangkan masalah Yuda dengan teman-temannya yang sempat bertengkar karena mereka tidak menolong Swara ketika jatuh dari genteng, tidak berlangsung cukup lama. Kemarin mereka kembali berbaikan.

Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang