OSIS

4 0 0
                                    

Happy reading!!!



Ini udah seminggu dari kejadian waktu itu. Dan sampai sekarang gue belum tau apa yabg sebenarnya terjadi. Mereka masih sembunyiin semuanya dari gue. Dan sekarang gue makin yakin kalau mereka nggak bakal jelasin apapun ke gue.

Tunggu waktu yang tepat? Telat buat apa? Tepat buat hancurin. Kalai gitu sekalian sekarang aja, toh sekarang gue juga udah hancur.

Sejak hari itu, banyak yang bilang kalau gue makin cuek, jutek. Acuh, dan nggak peduli sama lingkungan sekitar.

Bahkan urusan temen dekat gue, ucil, gue sama sekali nggak tau. Mungkin gue emang egois, gue cuma mikirin diri gue sendiri.

Tapi ada waktunya seseorang egois disaat dia juga egois sama dirinya sendiri. Disaat dunia udah nggak ada artinya. Dan itu emang keadaan gue sekarang.

Semenjak hari itu gue nggak pernah ngobrol bareng kak Daniel. Kak Jihoon juga udah nggak pernah main ke rumah. Terserah mereka berdua aja sih, bukan urusan gue juga.

"Ngantin yuk Li." ajak sena yang sampai sekarang masih setia baik sama gue, walaupun gue berubah jadi super cuek kayak gini.

"Gue nitip aja deh Sen, nggak mud ke kantin."

"Oke, lulo mau makan apa?"

"Samain aja sama lo."

"Oke. Bentar ya, btw tadi Jinyoung bilang kalau dia mau ke perpustakaan bentar."

"Oke."

Sekarang kerjaan gue di kelas. Ya cuma tiduran, nggak ada kerjaan lain ang lebih penting. Ya karena gue emang nggak penting juga, gue udah nggak peduli sama orang lain dan mereka juga nggak ada yang peduli sama gue. Udah kan.

"Li, sembuh dong. Lo udah kayak mayat hidup tau nggak. Lihat deh, sekarang lo kurus banget. Kayak nggak nggak keurus tau nggak?!" kata ucil sambil duduk di bangku depan gue.

"Ya biarin aja kali, kan emang nggak keurus."

"Yaelah elu, tadi udah nitip makan belum?"

"Udah tadi sama sena." yap bener banget. Ucil aja sampai hafal kalau gue nggak bakal ke kantin, karena gue nggak suka ramai* dan bikin gue bakal ketemu sama banyak orang.

"Oh iya Li, lo tadi dicariin sama Samuel."

"Sapa tuh orang, nggak kenal gue."

"Dia, anak osis yang bule. Lo kan dicariin sama anak osis."

"Ngapain pada nyariin gue?"

"Nggak tau juga sih. Tapi katanya dia disuruh sama kak Somi."

"Kak Somi? Sapa lagi tuh."

"Kak Somi. Ketos!"

"Oh."

Iya, sekarang ketosnya kak Somi. Usaha kak Jihoon buat jadi ketos gagal lagi. Yaudah sih, bukan urusan gue juga.

"Yaudah entar lo ke ruang osis aja deh."

"Enggak ah, apaan sih. Kalau ntar mereka nggak jadi nyariin gue gimana? Nggak ah, males."

"Elah bener.... Masak gue bohongin elo sih."

"Pemisi."

Ada tamu kayaknya.

"Disini ada yang namanya Kang Livia?"

Kok gue ngerasa nama gue disebut.

"Eh. Woong, ini orangnya disini." teriak si ucil.

Yang dipanggil datang dong ya.

"Jadi kamu yang namanya Kang Livia?" tanya tuh cowok.

"Iya. Kenapa?"

"Kenalin gue Euiwoong."

"Nggak nanya."

"Eh, Woong, maafin dia ya. Dia emang gitu."

"Tenang aja Young. Gue juga udah ngira bakal kayak gini."

"Ngapain lo nyariin gue."

"Eh, sorry ya. Tadi gue disuruh sama kak Somi buat manggil lo. Lo mau kan ikut ke ruang Osis bareng gue. Kak Somi mau ngomong sama lo."

"Mau ngomong aoa sih, sampai ngirim pengawal kesini?"

"Eh sorry juga, gue bukan pengawal. Gue anggota Osis."

"Nggak nanya juga gue."

"Jadi gini, kak Somi ngajakin elo ke ruang Osis buat ngomongin hal penting. Jadi itu nggak bisa dibicariin disembarang temoat gitu. Soalnya ini penting banget."

"Tauk ah, pusing gue ngomong sama lo. Mending lo sekarang pergi dari kelas gue. Gangguin gue aja."

"Eh Woong, sorry ya. Tenang aja entar gue yang ngatur. Dia pasti kesana kok. Tapi nggak sekarang, nanti aja sepulang sekolah ya."

"Oke, makasih Young. Gue orangnya sabar kok."

Tuh orang buluk pergi dari kelas gue. Dan sekarang gue pelototin tuh si ucil, biang masalah.

"Li, nih pesenan lo." si sena udah balik.

Yaudah sih gue makan aja. Laper gue habis ngomong banyak.

"Li, plis ya. Entar lo ke ruang Osis. Pasti ad yang penting, sampe dicariin ke kelas gitu."

"Anak Osis nyariin Livia?"

"Iya Sen. Tadi si Euiwoong kesini nyariin Livia."

"Oh. Mungkin kak Somi mau minta Livia buat jadi sekretaris Osis yang baru. Soalnya kata kak Woojin, sekretaris Osis yang lama baru aja pindah sekolah karena ayahnya maksa buat pindah."

"Oh gitu ya. Untung punya temen yang pacarnya anak osis kayak elo Sen."

"Apaan sih kalian berdua. Gue nggak mau jadi anak osis."

"Dicoba dulu aja kali Li, lagian kan akhir* ini lo kayak kehilann hidup lo gitu. Kali aja lo bisa dapetin hidup lo kembali setalah lo gabung osis. Btw anak Osis ganteng* lo Li."

"Yeuu elo Sen. Udah punya kak Woojin masih aja gitu. Jaga hati Sen."

Kok gue kayak familiar ya sama kata terakhirnya ucil.

"Gpp kali, kan cuma muji kagak gue pacarin. Dan lo nggak perlu khawatir sama kak Jihoon Li. Lo tau kan anak Osis dilarang pacaran. Kalau kalian sama* osis, kak Jihoon nggak bakal berani gangguin elo Li."

"Kan dia emang udah nggak peduli sama gue."

Setelah gue ngomong gitu, mereka berdua pada kicep. Dan gue ngelanjutin acara makan gue yang sempet keganggu sama kericuhan mereka.

Masih saja mereka ngebahas kak Jihoon. Padahal mereka tau sendiri kalau gue paling sensitif kalau bahas tuh orang.

Btw soal Ultahnya Hana (adiknya kak Jihoon), gue ngak jadi kesana. Kadonya gue titipin ke Sena. Kalian tau sendiri kan, kalau hari tu gue udah marahan eh ralat jauh-jauhan sama kak Jihoon bangsat. Ya gue nggak mungkinlah datang ke  rumahnya yekan.
















TBC...


Yeee.. Gue kok rajin banget ya update!! Lagi Semangat nulis nih. Hehe. Ya mumpung lagi liburan gitu.

Eh btw ada yang baca nggak sih. Cerita nya ngebosenin ya? Kok sepi gini.

Tapi nggak papa deh. Nggak ada yang bisa bikin gue berhenti nulis, apalagi Sider.

Gwanenchanha!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang