Setelah beberapa saat, akhirnya taksi yang Rara tumpangi berhenti di depan Gedung perusahaan yang dia tuju, bagi Rara itu Gedung kantor yang sangat besar melebihi kantor perusahaan ayahnya.
Melihat gedungnya saja membuat Rara jadi minder, karena pasti yang melamar pekerjaan di prusahaan ini pasti banyak, dan lebih baik dari dirinya tentu banyak.
"Rara lo gak boleh minder gitu aja." Ucapnya menyemangati dirinya sendiri. Rara mulai berjalan menyebrang dan memasuki Gedung itu dan benar sekali dugaan Rara.
"Maaf mbak, ada keperluan apa?" Ucap satpam yang membukakan pintu utama kantor.
"Saya mau melamar pekerjaan pak."
"Mbak silahkan ambil nomor antrian di meja itu dan silahkan duduk di tempat duduk yang sudah sediakan." Ucap pak satpam sambil memberi arahan letak meja dan tempat duduk untuk menunggu giliran.
"Baik, pak terima kasih." Rara langsung berjalan menuju meja dan mengambil nomor antrian.
'What the !! 257? Gila ni perusahaan sumpah.' Batin Rara tidak percaya, hanya telat satu jam saja sudah 257 pelamar. Di tengah kebingungannya Rara dikejutkan dengan orang dibelakangnya, ternyata mereka ingin mengambil nomor antrian juga.
Menunggu...
Menunggu...
1 detik..
2 detik...
30 detik...
1 menit...
Rara melihat orang yang keluar dari ruangan setelah wawancara mereka terlihat punya beban. Ada yang menangis, ada yang melamun, ada yang marah-marah hingga di bawa oleh pihak keamanan.
BAMM~
Suara pintu terbuka dengan kencang, membuat para pelamar fokus kea rah pintu ruang wawancara, kemudian seorang wanita muncul dengan menangis histeris.
"Dasar gak punya perasaan." Maki wanita itu sambil menunjuk - nunjuk orang yang didalam wawancara.
'Kok gitu semua si, terus gue ntar gimana?' pikir Rara galau.
Tiba-tiba
Bruk
"Astagfirullah, mbak mbak"
"pak ini tolongin pak." Terdengar suara gaduh yang semula situasinya tenang.
Mulut Rara ternganga melihat seorang wanita lagi pingsan setelah keluar dari wawancara. Dengan cepat wanita itu dikerumuni dan akhirnya dibawa ke ruang kesehatan yang ada di kantor.
"Mbak boleh pegang tangannya gak?" ucap suara disebelahnya. Rara sontak menoleh.
"Kenapa mbak?" Rara jadi bingung.
"Saya takut mbak, habis ini giliran saya." Ucap wanita di sebelahnya dengan nada gemetar yang terlihat jelas.
"Oh iya tidak apa apa silahkan." Kemudian wanita itu mulai menggenggam tangan Rara, sebenarnya Rara agak risih, tapi menolong orang itu mendapat pahala.
Karena sepertinya sangat lama, Rara menyumpal telinganya menggunakan earphone, untuk mencegah kejenuhan dan membuatnya lebih rileks.
Panic at the disco! - High Hopes played
1 jam ....
2 jam...
Rara tertidur, hingga seseorang membangunkannya karena gilirannya telah tiba.
"Selamat siang."
"Siang pak." Rara menyerahkan CV nya pada HRD yang tengah mewawancarainya.
"Rara Tyas Virana, 24 tahun, S1 manajemen, hmm tidak punya pengalaman bekerja." Ucap bapak-bapak yang memegang CV nya.
Sebenarnya Rara sedikit kesal ketika bapak - bapak itu memberi penekanan pada kata 'tidak punya pengalaman bekerja' , apa salahnya seorang mencoba, di persyaratan tidak tuliskan harus memiliki pengalaman bekerja.
'Tenang Rara, ini hanya ujian.' Ucapnya dalam hati menenangkan dirinya.
"Baik, bisa dimulai wawancaranya?" Tanya ibu-ibu disebelah bapak-bapak julit yang tadi.
"Bisa, bu" Ucap Rara dengan sopan.
---
Rara keluar dari ruangan wawancara dengan perasaan campur aduk, baru kali ini dirinya merasakan beratnya dihina orang lain. Dia terus berjalan dengan pandangan kosong, hingga pada akhirnya dia tersandung kursi dan jatuh di depan banyak orang. Setelah itu Rara sadar semua orang menertawakannya, dengan segera dia pergi keluar dari kantor yang menurutnya jahat ini.
Rara berjalan menunduk dengan cepat tanpa melihat sekitar kantor tersebut.
"Ra.." Seseorang menepuk pundaknya sontak Rara menoleh.
"Rosii? Ngapain lo disini?"
"Gue sengaja nungguin lo. Gimana wawancaranya?"
"Udah nanti gue ceritain, gue ikut ke apart lo ya."
"kata lo gak mau gara-gara ada mbak kunti."
"Bodo amatlah, mau kunti, mau gendruwo terserahlah." Ucap Rara sambil menutup wajahnya.
"Oh yaudah ayo, ke mobil gue." Rosi sendiri bingung melihat gerak-gerik Rara.
Sesampainya di apartemen Rosi, Rara menceritakan tentang wawancaranya tadi, dan dia juga menceritakan kejadian memalukan dia alami setelah wawancara.
"Kayaknya gue gak bakal diterima kerja disana deh."
"Kenapa gak? Siapa tau lo masuk kategori orang bejo." Rosi masih mau memberikan semangat untuk sahabatnya. Kalau dipikir-pikir memang benar juga. Tapi Rara tetap tidak yakin.
"Tau ah gelap." Rara bangkit dari duduknya lalu mengambil air minum di dapur apartemen Rosi dan duduk kembali di sofa.
"Lo gak mau mandi dulu gitu?" Tanya Rosi.
"Lo aja duluan, gue lagi males, ntaran aja lah." Rara menyalakan TV sambil meminum air minum yang dia ambil tadi.
Malamnya, Rara menginap di apartemen Rosi, walaupun Rosi sudah mengingatkan kalo ada penghuni lain di apartemennya, tapi mau bagaimana lagi Rara malas pulang ke rumah, dia belum siap ketemu mamanya dan bilang 'habis wawancara kerja' pasti mamanya akan berharap tinggi Rara diterima,padahal menurutnya dia tidak akan diterima di perusahaan itu.
------
Pic calon boss Rara nihh ..
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Weird Boss?
Romance#21 - in wattys 28-12-2018 ON GOING Penasaran? baca aja :)