10

149 12 0
                                    

Rara mulai memahami tugasnya, mulai sekarang ketika jam makan siang tiba Rara harus membersihkan alat makan Adrian terlebih dahulu, setelah itu.. Rara lupa. Adrian meyodorkan tangan kanannya pada Rara. Karena tidak dengan segera Rara bereaksi, Adrian bersuara.

"Tunggu apa lagi, bersihkan tangan saya!" Ucapnya sambil memandang Rara tajam. Rara sontak mengambil tisu basah yang ada di meja dan mengelap telapak tangan Adrian hingga bersih.

Kini satu hal yang dia ingat, Adrian ingin semuanya serba bersih dan steril. No kuman no bakteri.

Dan Adrian memang boss yang kejam, karena membiarkan asistennya berdiri disebelahnya memandangnya sedang makan. Setelah makanpun sama, kembali Rara mengelap telapak tangan Adrian setelah itu dia boleh pergi untuk makan siang.

----

Rara berada di kafetaria kantor, seperti orang yang hilang. Kemana dia akan mengambil makanan? Ingin bertanya? Tapi dia tidak mengenal orang yang ada disini. Mereka juga kelihatan sibuk.

"Hei." Seseorang memagang bahu Rara.

Ganteng itulah kata yang pertama kali muncul dalam otaknya ketika melihat pria yang ada didepannya.

"Kamu anak baru ya?"

"Iya pak." Jawab Rara kikuk, ketika melihat orang yang menepuk bahunya.

"Mau makan siang?"

"Iya pak, tapi saya belum tahu tempat ngambil makanannya." Sebenarnya Rara merasa aneh memanggil orang yang bersamanya ini dengan sebutan 'pak' karena wajahnya sangat tampan dan muda.

"Yaudah ikut saya."

Rara mengikuti pria yang menyapanya tadi, lalu dia ditunjukkan temoat mengambil makanan dan minuman di kafetaria kantor. Pada akhirnya mereka makan siang Bersama.

"Gue, Damar. Panggil saja Damar. Gak usah formal kalo sama gue." Ucap Damar membius mata Rara sesaat. Menurut Rara Damar adalah cowok tampan dan berkarisma ketiga yang pernah dia temui. Karena yang pertama tentu saja Bang Devan, dan dengan berat hati Adrian adalah yang kedua, tetapi sifat Adrian tidak menunjukkan karisma pria sejati seperti Bang Devan dan Damar.

"Gue, Rara." Rara menjabat tangan Damar. Entah kenapa Rara merasa dirinya tertarik pada Damar, tetapi tentu saja dia tidak akan menjatuhkan dirinya pada orang yang baru ditemuinya.

"Lo, di divisi apa?" Tanya Damar membuyarkan lamunan Rara.

'aneh gak sih, kalau gue jawab gue asistennya pak Adrian?' tanya Rara pada diri sendiri.

"Gue asistennya pak Adrian." Akhirnya Rara tetap mengucapkannya.

"Oh, berarti lo gantinya Adi ya?"

"Iya, mungkin." Ucap Rara tidak yakin, karena dia tidak tahu siapa Adi. Disamping itu sebenarnya Rara risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya, memangnya apa yang salah dengannya. kenapa juga banyak pegawai wanita yang memandangnya tidak suka, bahkan ada juga yang bisik-bisik sambil melihatnya.

"Eh Damar, gue duluan. Takut pak Adrian nyariin." Rara berdiri dari duduknya hendak berjalan, namun pergelangannya ditahan oleh Damar.

"Bareng aja, gue mau ketemu sama Pak Adrian." Ucap Damar masih dalam posisi duduknya.

"Oh yaudah ayo." Ucap Rara santai, tetapi sepertinya orang-orang semakin membicarakannya. Rara mengikuti pandangan orang desekitarnya, dan Rara paham sekarang. Dirinya akan menjadi bahan gossip karena tangan Damar yang memegangnya.

'emang Damar siapa si?' batin Rara bingung,

"Dam, bisa gak tangan gue..." Ucapan Rara menggantung, karena Damar telah menyadarinya namun bukannya melepaskan tangannya tapi malah menyeretnya pergi dari kafetaria.

Me and Weird Boss?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang