Dengan terpaksa Rara mengikuti Adrian memasuki apartemennya. Adrian meletakkan barang-barangnya di kamar, entah ini kamar siapa tapi terlihat sangat rapi seperti tidak berpenghuni.
"Ini kamar siapa pak?"
"Gak usah banyak tanya, kamu boleh tidur disini se men ta ra! ingat itu!"
"Saya juga tidak mau tidur disini selamanya." Adrian mengabaikan ucapan Rara lalu pergi begitu saja. Rara mengambil beberapa pakaian dari tas besarnya, badannya terasa lengket dia harus mandi secepatnya.
Selama mandi Rara memikirkan sesuatu, kenapa di apartemen boss nya ada dua kamar? Tentu saja itu kamar tamu. Tapi kalau tamunya perempuan? Jangan-jangan boss nya tipikal-tipikal suka nyewa perempuan untuk semalam? Rara menggeleng-nggeleng di bawah guyuran shower.
'Gak mungkin. Gak mungkin'
Selesai mandi Rara, berganti setelan piyama pendek. Rara keluar dari kamarnya celingukan. Sepertinya Adrian berada di kamarnya.
Rara haus ingin rasanya minum, dibukanya pintu kulkas diambilnya air putih dingin.
"Ian.."
"Ian.."
"IAN!"
Suara panggilan yang awalnya biasa saja menjadi tambah keras, membuat Rara terlonjak dan segera sembuyi. Siapa tau itu ibunya Adrian? Tapi kenapa suaranya tidak terdengar tua? Peduli amat, yang Rara pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya bersembunyi dari perempuan itu dia tidak mau ke gab di apartemen bossnya, karena akan menimbulkan perspektif atau pandangan buruk rentangnya dan berujung pada dicapnya dia sebagai asisten yang iya iya.
"Kamu ngapain dibawah situ?" Rara menjatuhkan botolnya seketika, baru dua detik sudah ketahuan.
"Eh bapak, saya-"
"Oh jadi kamu nyolong minuman saya, trus biar gak ketahuan kamu minum di situ?"
"Bukan beg-"
"Percuma saya sudah tahu, lagian kamu pikir saya ini pelit? Sampai air minum aja gak saya kasih gitu? Pemikiran kamu ini memang selalu jelek terhadap saya. Ckck." Adrian berucap tanpa jeda, menyela kalimat Rara.
"Bukan pak. Itu.." Rara menujuk nunjuk kearah ruang tamu.
"Apa? Keluar kamu! Jangan kayak orang main petak umpet."
Rara tidak tahan lagi, akhirnya keluar dari lersembunyiaannya."Bapak itu gak denger apa?"
"Dengar apa? Saya dengar kamu buka pintu kulkas saya kok."
Tuh kan julid! Katanya tidak pelit, Rara jadi kesal sendiri."Ian! Aku cariin jadi dari tadi kamu dis--sini." Ucap seorang perempuan yang teriakannya terdengar oleh Rara tadi. Perempuan itu melihat Rara dengan pandangan menyelidik. Melihat Rara dari bawah hingga atas.
"Ngapain lo disini?" Adrian mengubah fokusnya pada Stela.
"Lo siapa? Ngapain disini?" Stela berjalan cepat mendekati mereka berdua lalu berdiri diantara Adrian dan Rara.
"Saya bukan siapa-siapa. Silahkan lanjutkan pembicaraannya." Rara hebdak pergi, namun ditahan oleh Stela.
"Lo siapa? Ngapain di apartemennya Ian?"
"Udah gue bilang kan dari dulu gue gak mau dan gak sudi dipanggil Ian sama lo!" Ian kesal sendiri ditengah percekcokan Rara dan Stela
"Ian.. kamu diem dulu dong, kamu gak lihat aku lagi cemburu kayak gini, rayu kek biar gak marah."
Emang dasar mulut buaya janda, udah tau kelihatan banget Adrian gak suka tapi masih aja sok sokan akrab, pake minta di rayu lagi. Stela kembali menoleh pada Rara.
"Saya hanya asistennya pak Adrian mbak, tidak lebih." Jelas Rara dengan ramah.
"Gue gak peduli, yang jelaa lo disini berduaan dengan Ian, pake piyama seksi kayak gini? Lo mau godain Ian biar dia suka sama lo? Percuma kali."
Seksi? Dari mana coba, setelan piyama Rara memang pendek tapi tidak terlalu pendek. Lagian pakaian Stela lebih menggoda dari pada Rara, memakai dress ketat diatas lutut memperlihatkan kakinya yang jenjang, dan belahan dada yang rendah. Seharusnya Stela berkaca sebelum mengatai Rara, siapa yang lebih terlihat menggoda sekarang.
"Sudah saya bilang kan mbak saya ini hany--"
"Gue gak percaya. Pokoknya lo harus keluar dari sini sekarang juga!"
Rara melongo ditempatnya, yang punya apartemen kan boss nya kenapa Stela yang mengusirnya.'Modus modusin aja kali, gak usah pake ngusir gue segala.' Batin Rara kesal.
Tiba-tiba Rara ditarik paksa oleh Stela membuatnya terkejut. Tapi yang membuatnya lebih terkejut adalah Adrian, bossnya hanya melihat drama diantara dia dan Stela.
"Keluar sana!"
"Maaf mbak, saya tidak bisa keluar saya harus melaksanakan tugas saya sebagai asisten pak Adrian." Rara berpegangan pada meja kuat kuat menahan badannya agar tidak tertarik oleh Stela.
"CUKUP!"
God! Akhirnya bossnya bersuara, dari mana saja tadi pikirannya.
"Keluar!"
'Ha? Dia nyuruh keluar siapa?' Rara celingukan bingung.
"Iya lo keluar!" Timpal Stela padanya.
"Kalian berdua keluar!" Dengan wajah lesu Stela keluar membuka pintu apartemen Adrian, diikuti Rara yang memasang wajah tidak terimanya.
'Yang salah dia, kenapa gue ikut kena.' Rara membatin sambil bersidekap di samping pintu.
"Ian!"
"Ian bukain pintunya dong, aku kan gak salah yang salah kan pembantu kamu ini." Stela menggedor pintu sambil memandang Rara remeh.
Tililit.
Pintu terbuka.
Senyum cerah muncul di wajah Stela.
"Kamu masuk, cepat!" Ucap Ian kepada Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Weird Boss?
Romance#21 - in wattys 28-12-2018 ON GOING Penasaran? baca aja :)