"Anda dengan Rara?" Damar bergantian menunjuk Rara dan Devan sambil memasang wajah keponya.
Devan terlihat santai saja, sedangkan dalam hati membaca do'a agar abangnya tidak menjawabnya dengan jujur dan tidak menanyakan hal yang menyangkut jabatan pekerjaannya di CAT Inc.
"Anda belum menjawab pertanyaan saya tadi." Devan enggan menjawab.
"Ooo maafkan saya, saya terlalu antusias tentang anda dan Rara sampai lupa memperkenalkan diri.. Saya Damar wakil direktur perusahaan tempat Rara bekerja." Damar mengulurkan tangan dan disambut tangan Devan sehingga mereka saling berjabat tangan sekarang.
"Senang bertemu dengan anda." Ucap Devan hanya di mulut saja, lain dihatinya dia sangat tidak suka hal yang berkaitan dengan perusahaan saingannya.
"Jadi anda dan pegawai saya?" Kata pegawai yang dimaksud adalah Rara. Damar masih penasaran.
"Saya hanya sedikit berbincang dengan pegawai anda." Devan tidak mengatakan yang sebenarnya tentu saja karena melihat wajah Rara yang berekspresi memohon kepadanya untuk merahasiakannya.
Setelah itu, Devan pergi menghampiri rekan kerjanya yang lain. Tersisa Rara dan Damar disana.
"Ra. lo tau gak tadi siapa?"
"Gak tau tuh."
"Bener lo gak tau? dia COO Shaidan Asian Group. pesan gue lo hati-hati sama dia. Takutnya gue dia manfaatin lo buat cari informasi buat ngejatuhin CAT."
"MANA MUNGKIN GITU!" Kalimat Damar memang benar-benar menistakan Devan, sehingga membuat Rara berteriak tidak terima.
Damar melihat aneh pada Rara, "Sorry, kalo gue bikin lo takut, Ra." Damar mengelus bahu Rara pelan menenangkan Rara. tapi kalau dipikir-pikir teriakan Rara tadi bisa membuat Damar curiga.
"Gak, maksud gue mana mungkin lah itu orang cari info di gue, gue kan gak tahu apa-apa soal perusahaan." jelas Rara menghindari kecurigaan Damar padanya.
"Oh iya, gue lupa. sebenernya lo udah ditungguin sama Adrian di bawah."
"Dari kapan?"
"Dari tadi gue nyamperin lo."
"Kenapa lo gak bilang si."
Dengan segera dilepasnya high heels yang dia pakai, lalu di bawanya dan menaikkan dressnya, peduli amat dengan pandangan orang padanya yang tengah berlari menjinjing rok dan sepasang high heelsnya.
Rara menunggu lift, tapi karena tidak nyaman dengan pandangan orang-orang padanya, dan lift nya juga tidak kunjung terbuka, maka telah dia putuskan menggunakan tangga.
Rara membuka pintu menuju tangga, Rara tersenyum miris begitu melihat banyaknya jumlah anak tangga yang harus dia lalui, demi Adrian akan dia lakukan, ralat demi kelangsungan hidupnya akan dia lakukan.
anak tangga terakhir, Rara berlari keluar dari lobi tanpa memperhatikan apapun disana, yang terpenting adalah menghampiri Adrian karena semakin lama dia akan terkena marah.
Baru melewati pintu, Rara tidak sengaja menabrak orang lain, membuat Rara tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya sehingga terhuyung ke belakang.
"Aaaaaaa!" Teriak Rara sambil menutup mata, namun setelah beberapa detik, dia tidak merasakan kerasnya lantai yang menghantam tubuhnya.
"Kamu ini memang hobi nabrak orang ya." Suara yang tak asing di telinga Rara.
Rara membuka mata perlahan, "Pak." Ucap singkat Rara ketika melihat wajah Adrian berada tidak jauh darinya.
"Kamu tidak merasakan sakit apa? bisa-bisanya lari seperti itu."
Posisi yang semula Adrian menahannya agar tidak terjatuh, sekarang menjadi Adrian membopongnya. Rara terkesima, bagaimana bisa orang seperti Adrian yang memiliki ego tinggi memperlakukannya seperti ini.
Singkatnya Rara sedikit merasa baper.
"Pak turunkan saya, saya bisa jalan sendiri kok."
Tak ada respon dari Adrian, Rara menundukkan kepala sambil mengerucutkan bibirnya sebal. memang sepertinya karma tidak suka makan sayur sudah datang semenjak dia bekerja pada Adrian, karena itu bossnya ini selalu memberinya sayur kacang yang tak kasat mata namun menyebalkan jika dirasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Weird Boss?
Romance#21 - in wattys 28-12-2018 ON GOING Penasaran? baca aja :)