"Kamu ngapain masih disitu?" Suara laki-laki menyentakkan Rara yang sedang bermain game sambil duduk bersila di depan apartemennya. Rarapun langsung berdiri tegap layaknya tentara siap perang.
"Anu pak itu-" kenapa mulut Rara jadi sulit berkata-kata seperti ini. Karena bicara Rara yang tidak jelas membuat Adrian yang semula berada di depan pintu apartemennya mendekat kearahnya.
"Apa? Kamu bilang apa?"
"Itu pak anu-" ada apa dengan dirinya sekarang, bibir Rara komat kamit tidak jelas semakin gugup.
"Kamu sedang tidak sehat?" Ucap Adrian setelah melihat Rara yang sangat kaku dan dan meneteskan keringat.
"Rileks rileks." Adrian memegang bahu Rara lalu mengelusnya pelan. Rara hanya diam saja dan menahan nafas sejenak.
"Kalau kamu sakit kenapa tidak langsung masuk saja."
"Sayalupabawakuncipak" Rara mengucapkannya dengan sangat cepat tanpa tanda jeda.
"Apa?" Adrian menekan password pada pintu apartemen.
"Saya lupa membawa kunci apartemen yang bapak berikan. Maaf sekali pak. Saya benar benar lupa." Rara mengucapkannya dengan takut.
"Ya sudah kamu tidur diluar. Itu konsekuensinya buat orang teledor seperti kamu."
Tililit. Bunyi pintu apartemen terkunci.
Wtf! Rara ternganga mendengar penyataan boss kejamnya yang pergi begitu saja. Apa harus dirinya tidur diluar? Rara menatap lantai yang dia injak sekarang, memang terlihat bersih tapi kan sebersih-bersihnya lantai tetap ada kuman atau bakteri yang menempel disana.
Buat apa dia memikirkan tidur di lantai selagi masih ada abangnya di seberang sana. Rara ingin kesana, tapi barang bawaannya bagaimana? kalau bawaanya hanya baju saja tidak apa-apa dia tinggalkan begitu saja, tapi dokumen dokumen nya yang penting dan tidak boleh hilang.
'Gue tinggal aja gapapa kali ya? mana ada maling di apartemen mewah kayak gini coba, keamanannya kan ketat banget.' pikir Rara lalu berjalan dengan sedikit ragu menjauh dari sana.
Disisi lain, Adrian ternyata dari tadi mengamati Rara yang terlihat bingung memutari barang-barangnya tapi kemudian dia pergi, dengan segera dibukanya pintu apartemennya lalu "Hei!" teriak Adrian memanggil Rara yang belum jauh berjalan tapi nihil Rara tidak menoleh sama sekali.
"RARA!" Teriakan keras menghantam telinga Rara seperti angin ribut, ya memang setiap Adrian mengeluarkan suaranya terdengar seperti orang yang mengajak ribut.
"YA PAK?" Bukannya mendekat Rara malah balas berteriak pada Adrian, sehingga membuat membuat Adrian mau tidak mau berjalan mendekat pada Rara.
"kamu baru saja berteriak pada saya?"
"Iya pak, biar bapak dengar."
"Seharusnya kamu itu samperin saya, bukan balas berteriak pada saya. perbaiki etika kamu."
"Iya pak, maaf."
"mau kemana kamu?"
"Mau pergi pak, oh iya pak saya titip barang saya ya."
"Kamu pikir saya jasa penitipan barang, cepat masuk!" kata 'masuk' terdengar ambigu di telinga Rara, memangnya dia bisa masuk kemana kan apartemennya tidak bisa dibuka.
"Masuk? masuk kemana pak? pintu saya tidak bisa dibuka."
"Masuk ke apartemen saya lah."
"Enak aja, saya tidak mau pak! emangnya saya perempuan macam apa bapak suruh masuk ke apartemen laki-laki yang bukan muhrim saya!" Rara langsung saja melayangkan protesnya.
"laki-laki itu saya."
"Iya terus?" Masa bodoh dengan kesopanan sekarang, Rara tidak mau tinggal dibawah atap yang sama dengan boss nya yang garang.
"Ini demi memudahkan tugas kamu sebagai asisten saya, saya butuh kamu 24 jam!"
"24 jam maksud bapak apa?"
"Dasar bodoh, cuci otak kamu itu yang hobinya su'udzon sama orang terus!" Ucap Adrian lalu pergi meninggalkannya, dan sebelum masuk Adrian mengangkut barang Rara kedalam apartemennya.
'Salah apa aku? dosa apa aku? sampai harus ketemu boss macam pak Adrian?!' Keluh Rara dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and Weird Boss?
Romansa#21 - in wattys 28-12-2018 ON GOING Penasaran? baca aja :)