14

973 25 3
                                    

Now playing :
Sorry - Justin Bieber

Now playing :Sorry - Justin Bieber

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💔

(Hari yang sama pada part ke6)

Setelah Audy pergi dari belakang sekolah, diikuti oleh dirinya, Niko tidak langsung ke kelas. Ia tidak habis pikir oleh apa yang dikatakannya tadi. Itu diluar nalar seorang Niko. Bahkan, ia berjanji tadi, dan janji harus ditepati.

Pemuda itu mengusak-usakkan rambutnya dengan kasar. Langkahnya terus menaiki tangga lantai tiga, tepat ke koridor khusus kelas dua belas. Tanpa menghiraukan tatapan kakak kelas yang sedang berdiri di koridor, Niko tetap berjalan tegak walaupun wajahnya tengah gundah.

Katakan kalau Niko memang berengsek, karena tujuannya ke lantai tiga adalah menemui calon pacarnya. Yang pasti bukan Audy. Ada gadis lain yang sudah menjadi incaran Niko sejak kelas sepuluh. Ia dekat dengan Audy, karena Audy menjadi tempat pelampiasan. Katakan saja Niko pemuda bedebah yang masuk ke dalam zona hidup Audy. Niko tak tahu kalau Audy mempunyai perasaan lebih dari sekedar teman.

Dan ketika Audy bertanya hubungannya dengan Niko, jujur, Niko ingin sekali memeluk Audy dan berkata maaf. Ia sama sekali tak tega melihat gadis itu menangis karenanya. Dan, Niko tak mau di salahkan.

Tujuan Niko menemui Audy tadi di belakang sekolah, sebenarnya adalah memutuskan jalinan antara mereka sebagai Teman Tapi Mesra. Niko tak sepenuhnya mempunyai perasaan pada Audy, ia mempunyai perasaan pada gadis yang sedang ia temui saat ini.

Wajahnya masih gusar saat ia menatap calon kekasihnya itu. Dengan hembusan napas panjang, ia tersenyum pilu.

"Hai. Maaf aku lama."

💔

(Hari yang sama pada part ke7)

Ia tak tahu apa yang sekarang di lakukannya. Hanya duduk, sambil menatap layar ponsel di atas meja. Tak ada satupun notifikasi dari gadis itu. Ia kembali mengangkatkan ponselnya, dan masih saja belum ada apa-apa. Niko menggeram lalu meletakkan ponselnya kembali ke atas meja dengan kasar.

Frustasi memang bagi Niko yang sudah membohongi Audy. Pengaruhnya juga berdampak buruk. Ia sama sekali tak menyentuh makanan, tak bisa tidur, bahkan tak bisa beranjak dari meja belajarnya. Yang ia hanya bisa lakukan adalah menatap gusar handphonenya tanpa melakukan apapun.

Yang biasanya sudah menjadi rutinitas biasa bagi Niko maupun Audy bertukar pesan, sekarang, ketika tak ada satupun yang mampu menggoyahkan rasa takut mereka, tak terjadi apa-apa malam ini. Rasa hampa yang ada pada Niko. Seharusnya, ia tak melakukan ini. Menjadikan Audy pelampiasan sementara. Niko benar-benar salah.

Ia menjambak rambutnya karena frustasi. Ponselnya mungkin sejak tadi berbunyi. Namun, bukan nama Audy yang tertera dalam layar sana. Bukan mereka yang sekarang Niko butuhkan. Yang Niko butuhkan adalah keberanian. Keberanian berlari dalam kenyataan pahit ini. Ia tak bisa menerima kenyataan yang mungkin pahit baginya, dan mungkin sakit bagi Audy. Dan, mungkin dampaknya terkena pada gadis yang Niko incari sekarang.

ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang