32

976 20 84
                                    

Now playing:
Mine - Bazzi

Now playing: Mine - Bazzi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💔

Tak ada hari yang paling menyenangkan selain hari jumat ini, sebab ada jam olahraga, dan sebuah aksi yang sangat ditunggu-tunggu. Matahari bersinar cerah, membiarkan semua penghuni bumi menikmati cahaya panas matahari pagi. Seorang Arkan keluar dari mobilnya, menatap semangat ke arah sekolahnya yang membuatnya merasa bangga karena telah menemukan sesosok gadis yang berhasil menyentuh hatinya. Karena Audy lah dirinya bersemangat sekolah, apalagi rencana yang akan dilakukannya nanti.

Baju pramukanya tampak rapi, sepatu hitam, dan juga tas hitam biasanya yang selalu ia sandang kemana saja ia pergi, yang pasti isinya hanya satu atau dua buku tulis, satu pulpen, dan seragam olahraganya. Dengan bibir membentuk bulan sabit, Arkan terus tersenyum mantap, karena sebentar lagi dirinya akan melakukan suatu hal yang dapat membuat harinya sempurna. Doakan saja, semoga Arkan beruntung hari ini.

Di gerbang sana, tepat sekali Audy berjalan santai sambil menyandangkan tasnya. Rambut cokelat yang dikucir itu mengiringi setiap gadis itu berjalan. Ke kanan dan ke kiri. Pandangannya tetap ke depan, tanpa mau tahu samping manapun. Apalagi tahu keberadaan Arkan di parkiran yang luas ini.

Maka dari itu, Arkan berjalan cukup jauh dari jarak Audy berjalan, hingga sampai ke dalam kelas. Lalu, kapan Arkan akan mengutarakannya? Bahkan Arkan sampai sekarang masih menyimpannya entah kapan bila saatnya.

Tidak mudah bagi Arkan untuk menjadikan dirinya pemuda nomor satu di hati Audy. Gadis itu terlalu beku bila di cairkan. Tidak suka menjadi pusat perhatian. Arkan benar-benar harus mengambil langkah mantap dahulu sebelum mengatakannya. Ia takut malahan Audy menjadi tambah tak ingin menatap wajahnya. Menjadi musuh sudah pas membuat Arkan kewalahan. Jangan sampai jika Audy tiba-tiba pergi dari hadapan Arkan.

"Heh! Melamun aja. Lagi mikirin apa, sih?" meja tempat Arkan belajar bergetar karena sentakan dari Reyhan yang tiba-tiba mengagetkannya. Memang hobinya jika Reyhan suka mengagetkan temannya, apalagi soal perasaan terhadap Franda yang terlampau tiba-tiba.

Baiklah, itu bukan masalah Arkan saat ini. Nampak sekali dari gurat wajah Arkan yang tertekuk seperti sedang memikirkan sesuatu, Reyhan tahu sekali temannya sedang dalam keadaan susah. Tapi, jelas ia tak bisa membaca pikiran orang.

"Ada manusia nanya loh, Mas Arkan. Benar enggak mau jawab?"

Sekali lagi, Arkan menghela napas. "Gue rencananya mau buat sesuatu," bisik Arkan, karena, yah, memang Audy duduk di belakangnya. "Gue mau nembak Audy. Udah, jangan kaget. Kemarin gue kena hantaman tombak sama temen gue sendiri soal gue enggak ngedeketin gebetannya. Ya udah, gue ngegas aja."

Ia tahu siapa yang disebut 'teman' dalam percakapan Arkan. Itu dirinya sendiri. Dalam hal ini sudah bagus bila Arkan bersungguh-sungguh memantapkan hatinya hanya pada Audy. Toh, Reyhan juga tidak akan menghalanginya lagi.

ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang