17

881 18 23
                                    

Now playing :
I Like Me Better-Lauv

Now playing :I Like Me Better-Lauv

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💔

"Tugas untuk kalian semua adalah buatlah teks anekdot di kertas HVS. Tanpa melihat internet. Karya kalian sendiri. Jika karya kalian bagus, akan saya masukkan ke blog SMA kita. Yang tidak lolos, saya akan pajang di mading sekolah. Mengerti?" ujar Bu Elvi.

"Mengerti, Bu!" teriak semua murid di dalam kelas.

Bel berbunyi bersamaan sorakan dari anak kelas sebelas IPS lima. Audy merapikan segala macam benda-benda di atas meja lalu ia masukkan ke dalam tas, dan dikeluarkannya sekotak tempat bekal serta sebotol susu coklat. Ia melihat Franda yang berdiri dari kursi tempat duduknya sambil merenggangkan otot tubuhnya.

"Pelajaran Bahasa Indonesia itu melelahkan. Padahal cuma duduk sambil nulis beberapa cerita atau dialog. Besok kalau kuliah, aku enggak bakal ambil jurusan Sastra Indonesia. Lebih enak hukum kali, ya?" cicit Franda. Audy hanya tersenyum sebagai balasan. Setelah menguap, Franda mengambil earphone di dalam tas dan juga ponsel. Audy masih duduk tanpa bergerak berdiri.

"Ke kantin, yuk?" ajak Franda.

Audy menggeleng pelan. "Kali ini enggak, deh. Gue bawa bekal dari rumah. Mau?" jawab Audy sambil menyodorkan sekotak tempat bekal itu yang berisi beberapa sayuran segar tanpa nasi.

Franda bergidik ngeri. "Aku mau muntah lihatnya. Kamu kenapa, sih, suka banget sayuran? Dasar vegetarian," cibir Franda. Gadis itu berlalu pergi. Audy tersenyum lagi. Hari ini, mungkin Audy sedang bahagia. Ia tersenyum terus-terusan.

Iya. Audy memang sedang bahagia. Bahkan ia hampir lupa bahwa saat ini ia sudah memiliki kekasih. Pemuda yang saat ini sedang duduk dibelakangnya sambil melihat interaksi Audy. Audy tak bisa menyembunyikan setiap lekukan pada bibirnya untuk tertarik ke atas. Mengingat tentang kejadian kemarin. Bahkan masuk ke dalam mimpinya. Rasanya, kejadian kemarin pagi seperti mimpi. Namun, saat pagi tadi sebuah pesan masuk menandakan bahwa pemuda pemikat hatinya sekarang, kejadian semalam bukan mimpi.

Kejadian tentang berpegangan tangan, semu merah pipi yang merekah, dan kata-kata gombalan, benar bukan mimpi. Itu nyata!

Dipikir-pikir lagi, ternyata itu sangat manis.

Melamun itu tak baik. Bahkan dapat menguras waktu. Ruang kelas kosong melompong menyisakkan dirinya yang masih menatap lurus sambil meremas kotak bekalnya. Ia tersenyum saat sadar akan lamunannya. Ternyata, ia tinggal sendiri. Audy membuka tiap-tiap penutup bekal sebelum gadis itu terkejut akan suara ketukan di belakangnya.

Sejak kapan Audy di kelas bersama Reyhan?

Saking keasikan melamun atau bagaimana? Reyhan tersenyum, sambil memainkan pena di atas meja. Dagunya bertopang pada telapak tangan kanannya. Matanya masih tetap pada penglihat awal. Gadisnya dengan pipi merah menggoda itu.

ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang