7

1.9K 38 5
                                    

Now playing :
Let Me - ZAYN

Now playing :Let Me - ZAYN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💔

Audy berjalan lesu dari gerbang sekolah dan baru saja ingin menuju ke kelas. Ia sama sekali tidak bersemangat untuk bersekolah hari ini. Kemarin sejak Niko mengatakan hal itu, Niko tak menghubungi Audy sama sekali. Audy mulai curiga, apa benar Niko hanya memainkan hatinya?

Audy naik ke tangga ingin ke rooftop sekolah. Tak ada niatan ia masuk ke kelas dulu. Melihat ke sekeliling halaman depan sekolah tak membuat Audy bosan. Ia terus menatap orang-orang yang sedang berkegiatan di bawah sana tanpa menghiraukan notif dari ponselnya. Rasanya Audy ingin bolos kelas jika begini.

"Ekhem," suara deheman itu membuat Audy terkaget.

"Lo?!" seru Audy. "Bikin gue kaget aja, njir."

Arkan yang disamping Audy hanya tersenyum. Sejak dua menit lalu, Arkan menguntit Audy. Bukan karena apa, Arkan melihat raut wajah Audy dari tadi terlihat berbeda dari biasanya.

"Halo. Ngapain disini sendirian? Diganggu penghuni sini nanti," ucap Arkan sambil mencubit pipi Audy.

"Ih, lepasin! Orang cuma liat pemandangan."

"Oh," Arkan menjawab sambil membuka kaleng soda yang ia bawa.

Arkan kali ini juga melihat pemandangan dari sini juga. Yah, lumayan indah. Di tambah angin sepoi-sepoi, dedaunan yang jatuh di hadapan mereka berduan. Ah, momen yang pas di saat mereka berdua berdiri disini.

Arkan menoleh ke arah Audy kembali. Dari samping, wajahnya sudah membuat Arkan tertarik. Audy adalah satu-satunya perempuan pertama kali yang membuat Arkan bertekuk lutut. Audy benar-benar perempuan berbeda dari perempuan lainnya, yang suka bergosip, pamer ini itu. Namun, Audy adalah Audy. Gadis biasa yang sangat memikat hatinya. Walaupun sekaras apa pun dia, Arkan mencoba meluluhkannya. Ia bagaikan matahari, dan Audy adalah es batu. Tapi, Audy adalah es batu yang sulit meleleh. Ya, bisa dibilang seperti itu mereka.

Arkan menyadari raut wajah Audy mulai berubah. Satu butir air mata jatuh begitu saja dari mata Audy. Audy menangis? Kenapa?

"Dy. Kenapa nangis, Dy?" tanya Arkan.

Audy menangis dengan air mata deras sekarang. Apa karena Arkan? Arkan menghadapkan tubuhnya dan tubuh Audy sudah berada di hadapan Arkan.Wajah Audy di tutup dengan tangannya. Ingin sekali Arkan memeluk Audy, namun ia sadar Audy adalah wanita yang benci dengan Arkan.

"Dy? Jawab Dy, jangan bikin gue panik," Arkan terus memegang bahu Audy, sesekali menggoyangkannya.

"Audy! Jawab gue!" Arkan sekarang naik pitam. Audy terkejut lantas diam dari tangisannya dan menatap Arkan dengan mata berlinang air. "Sorry, gue enggak maksud buat bentak lo, Dy. Gua cuma nanya, kenapa lo nangis?"

ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang