19

892 24 8
                                    

Now playing :
You Are The Reason - Calum Scoot

Now playing : You Are The Reason - Calum Scoot

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💔

Bosan menunggu sejak tadi di teras rumahnya, Audy melirik terus-terusan ke arah ponsel. Belum ada satu pun notifikasi dari sang kekasih. Katanya, Reyhan akan menjemput jam setengah tujuh, pas. Tidak kurang ataupun lebih. Tapi, melihat sudah jam 06:45, keraguan akan perkataan Reyhan semalam memuncak. Apa jangan-jangan Reyhan masih sakit? Yang benar saja! Sudah dua hari Reyhan terkurai lemas dikasur rumahnya, tapi hari ini masih saja lemas. Dasar lemah, dasar payah!

Baru saja ingin menelepon Reyhan, namun suara klakson yang familiar terdengar diluar pagar rumah Audy. Sebuah motor sport hitam sudah terparkir bersama sang pemiliknya. Reyhan membuka helm, lalu masuk ke dalam teras rumah Audy.

"Maaf, ya, Dy. Kamu tahu, kan, kalau Jakarta itu macet parah? Nah, aku udah hampir lima belas menit di jalan Soekarno Hatta. Kamu nunggu lama banget, ya? Maaf, deh. Besok-besok aku jemput kamu jam lima pagi."

Audy mencurutkan bibirnya. Menambah kesan imut dimata Reyhan. Dan saat itu pula ia menahan hastranya untuk tidak menjepit bibir merah pulm itu dengan jarinya.

"Makanya. Kalau tahu rumah jauh bangun pagi-pagi. Niat, kan, jemput? Kalau telat gimana? Ini lima belas menit lagi udah mau masuk," ujar Audy sambil memperlihatkan jam tangannya pada Reyhan. Reyhan hanya menunjukkan deretan giginya yang rapi.

"Ya, kalau gitu, ayo! Nanti telat lagi. Aku enggak mau nanti kamu kena marah sama Ibu kamu."

Tangan Reyhan menarik lengan Audy. Ada satu helm khusus sekali dibawakan untuk Audy demi keselamatan mereka. Motor sport itu berjalan membelah kawanan kendaraan lain yang sama-sama sedang melaju seakan sebentar lagi hidup mereka akan habis. Yang artinya, jam tujuh sebentar lagi akan menunjuk.

Tepat 07.00 WIB, Reyhan telah mendaratkan diri Audy dengan selamat sentosa ke dalam pekarangan sekolah. Parkiran masih terlihat ramai, walaupun sejak tadi bel masuk sudah meneriaki para penghuni sekolah untuk masuk ke dalam kelas. Audy berjalan duluan tanpa menunggu Reyhan. Bukan karena Audy malas atau bagaimana, tapi di sini ia seperti tak mempunyai pasangan. Walaupun, Reyhan bersikeras untuk mengumumkannya kepada anak-anak sekolahan, setelah laporan dari Audy kalau dua hari yang lalu Audy hampir saja digoda cowok tidak jelas.

Kendati, Reyhan sadar. Jika ia publikasikan, Reyhan dalam ambang kematian. Satu-satunya Malaikat Kegelapan yang harus ia sembunyikan keberadaanya, Arkan. Maka itu, sampai sekarang mungkin hanya beberapa yang tahu, sebab mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri. Tanpa tahu kejelasan.

"Reyhan. Itu Pak Botak bentar lagi masuk. Ayo!"

Audy berlari ke lantai dua gedung. Berbeda dengan biasanya, Audy memang tak pernah se-takut itu pada guru yang lain. Beda dengan ini, guru PPKN yang sering disebut Pak Botak—karena rambutnya hanya tumbuh dibagian belakang kepala saja—sangat-sangat menyeramkan.

ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang