26

785 21 37
                                    

Now Playing :
Puisi Alam - Fourtwnty

Now Playing :Puisi Alam - Fourtwnty

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💔

Coba sebutkan kantin sekolah mana yang tidak pernah ramai pada jam istirahat? Pasti tidak ada. Kantin SMA Nusa Jaya entah mengapa jadi membeludak memenuhi tiap-tiap bangku, bahkan sudut ruangan kantin. Ukuran kantin saja tidak sepadan dengan banyaknya siswa dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas. Banyaknya stand juga membuat area kantin mengecil. Harusnya, sekolah ini membuat satu kantin lagi agar tidak terjadinya pembludakan yang brutal di tempat ini.

Arkan tidak selera lagi untuk menyantap nasi kuningnya, melihat banyaknya siswa yang keluar masuk kantin. Reyhan yang di depannya merasa tidak terganggu sama sekali, karena dirinya juga tengah makan. Memang benar pemuda yang rakus.

Bahkan, Arkan harus berbagi tempat duduk dengan siswi lain, yang ia ketahui adalah adik kelasnya. Yang namanya perempuan kalau bukan hobinya yang merumpi itu belum lengkap. Faktor itu juga yang membuat Arkan menjauhkan piringnya dari hadapannya.

Reyhan melihat piring yang masih setengah berisi, lalu melirik ke Arkan. "Kenapa lo? Diet?"

"Enggak selera lihat cewek sebelah lo," ucap Arkan yang sama sekali tidak melirik ke Reyhan ataupun perempuan yang ditunjuknya.

Reyhan lantas melirik ke arah samping kanannya, yang tepat dimana seorang gadis tertawa terbahak-bahak, sambil memukul meja. Reyhan meringis melihat kelakukan ajaib sang adik kelas. Benar-benar gadis yang tidak sopan. Masa, di tempat umum seperti ini ia menampakkan sisi jeleknya. Ia rasa gadis itu tak punya urat malu.

Piring yang sudah kosong dari Reyhan, ia tumpuk bersama dengan piring milik Arkan. Ia menyeruput air mineralnya, dan melirik ke samping, mengikuti gaya Arkan.

"Bener enggak ada tempat lain?" ujar Reyhan.

"Kan, udah gue bilang, kita kenapa enggak ke markas aja. Lo, kan, tahu kalau gue enggak suka suasana kantin pada jam istirahat kedua. Lo sok-sok an laper, padahal cuma pesan mie goreng. Apa kenyang?" cerocos Arkan sambil menggerutu.

Arkan maupun Reyhan tidak berbicara lagi setelah itu. Mereka hanya menyaksikan beberapa orang yang berlalu-lalang sambil membawa nampan makanan mereka dan beberapa orang yang tertawa. Reyhan agak kesakitan karena terus-terusan kepalanya melirik ke samping tanpa mau menatap lurus. Ia benarkan posisi duduknya seperti awal tadi dan ketika dirinya melirik ke samping kanannya, betapa terkejutnya ia ketika sudah ada satu perempuan yang sedang melahap makanannya. Perempuan ini bukan perempuan yang tadi.

"Astagfirullah! Kaget aku, Ya Allah!" kejut Reyhan sambil memegang dadanya yang bergemuruh hebat.

Audy, perempuan yang duduk di samping Reyhan itu, melirik ke Reyhan dan kembali menyantap makanannya. Tak peduli akan jerit Reyhan yang hampir memekikkan telinganya, Audy mengambil sambal hijau di dalam mangkuk kecil khusus sambal.

ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang