20

945 22 22
                                    

Now playing :
Still Feel Like Your Man-John Mayer

Now playing :Still Feel Like Your Man-John Mayer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💔

Sebuah tas kecil sudah bertengger sejak tadi di lengan Reyhan. Ia sedang mengantre untuk membeli pizza di sebuah pusat perbelanjaan dekat rumah nya. Rencananya, ia akan mengajak Audy menonton film kaset yang Reyhan bawa sekarang di rumah Audy. Memang, Audy belum tahu apa-apa, sebab Reyhan belum mengabari. Ia akan membuat surprise saja. Untuk menonton film di bioskop, tidak memungkinkan, karena jadwal film hari ini di penuhi oleh film anak-anak. Kalau saja ada, uang Reyhan yang tidak cukup.

Sudah cukup lama Reyhan menunggu pesanan pizzanya, sudah sekitar dua puluh satu menit dan entah sampai kapan lagi ia akan menunggu. Yang pastinya, menunggu itu membosankan.

Bukan hanya toko pizza yang berjejer di residental khusus toko-toko makanan di sini. Ada cafe, toko kue bernuansa manis, warung makan, ataupun restoran Jepang yang terlihat mahal dari luar.

Kalau pesanannya masih lama, ia ingin sekali duduk menunggu di suatu cafe di seberang toko pizza itu. Cafe yang nampaknya sudah terkenal sejak dulu, sebab bangku-bangku penuh oleh deretan orang-orang yang bersantai ataupun sedang berdiskusi.

Salah satu objek yang membuat mata Reyhan tak beralih dari cafe itu adalah, seorang pemuda tengah menyatat pesanan yang di pesan oleh si pelanggan. Sesekali, ia kembali dari tempat kasir karena panggilan pelanggan yang lain. Juga, menaruh beberapa gelas dan piring di meja pelanggan.

Reyhan terkejut. Pemuda itu mirip sekali dengan Arkan. Benar-benar mirip. Yang membedakan adalah, baju waitress yang di kenakannya sekarang. Apa yang dilihatnya benar Arkan? Apa sekarang Reyhan tengah berhalusinasi saja? Karena, akhir-akhir ini ia sedang memikirkan Arkan. Maka, tak salah juga ia memperkirakan bahwa itu Arkan asli. Tapi, benarkah itu dia?

Mata Reyhan masih mengikuti pemuda yang di akuinya Arkan. Ketika pemuda itu berbalik, beradu lah keempat mata mereka hingga seketika ingin rasanya Reyhan mengumpat. Apa yang di lihatnya bukan sekedar halusinasi saja. Tapi, dia yang sedang bekerja di sana memanglah Arkan.

Sejak kapan Arkan bekerja paruh baya? Kenapa pula Reyhan tidak tahu kalau Arkan bisa bekerja di sini? Mulut Reyhan membuka sempurna. Apa ini kehidupan asli dari seorang Arkan Rivai? Merasa bahwa dirinya terlalu banyak memikirkan pemuda itu, seketika Reyhan menampar wajahnya sendiri. Lagi-lagi, ia tatap tempat cafe itu dan berhasil. Arkan tidak ada di sana. Entah sosok pemuda itu yang pergi karena kepergok, atau memang Reyhan yang hanya berhalusinasi. Yang pasti, rasa penasaran Reyhan belum tuntas.

Lain halnya, Arkan juga benar-benar terkejut. Reyhan sudah tau sisi gelap kehidupan Arkan sepenuhnya. Bagaimana ini? Apa Reyhan akan menjauh? Padahal, ia sudah menutupi kegiatannya dari semua orang yang ia kenal.

Ia tak ingin di benci oleh temannya sekalipun, karena selama ini Arkan menutupi segalanya oleh Reyhan. Tak ada lagi yang bisa Arkan andalkan selain Reyhan. Satu-satunya orang yang masih terus merangkul pundak Arkan ketika dirinya terjatuh. Setelah ini, apa Reyhan akan ilfeel? Yang pasti, Arkan tak tahu jawabannya.

ArkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang