"Kepalaku pusing." Cheonsa menyandarkan kepalanya pada setir sambil memejam, sesaat setelah mobil yang kami tumpangi berhenti di depan pagar rumah ku.
Aku tahu dia pasti kelelahan karena membawaku jauh jauh mendatangi gereja itu. Kabar buruknya, kami bahkan tidak mendapat informasi yang cukup.
Si pendeta terlalu kukuh untuk tidak membagi info penting yang kami butuhkan. Jadi aku hanya tahu kalau hyunjin, dan kakak nya itu dulu pernah tinggal di sana.
Sudah, hanya itu saja. Padahal Cheonsa sudah membujuk bujuk pak pendeta untuk mengatakan lebih, tapi si pendeta itu tetap keras kepala.
"Eumm, Cheonsa. Kau ingin mampir ke dalam dulu?" tawarku sambil melepas safety belt .
"Piryeo eobseo. Masuklah. Aku pulang saja, aku butuh istirahat."
Aku mengangguk, tersenyum sekilas dan mengucapkan terimakasih sebelum benar benar keluar dari mobilnya. Sedangkan mobil itu langsung melaju meninggalkan rumahku.
Ku lihat jam di pergelangan tanganku, jam sebelas malam.
Wow, selama itukah perjalanan dari gereja di pelosok itu sampai ke rumah ku?
Bahkan lampu rumah ku juga sudah ada beberapa yang keliatan mati. Lampu kamar Renjun dan Justin juga sudah mati. Ku jamin eomma dan appa juga sudah tidur.
Aku masuk pelan pelan ke dalam rumah, tidak ingin membangunkan penghuni lain yang sepertinya memang sudah tertidur. Untung saja aku bawa kunci cadangan, jadi bisa langsung masuk ke dalam rumah.
Begitu juga saat menaiki tangga. Sebisa mungkin aku tidak membuat suara dan berjalan pelan pelan sekali. Sampai pintu kamarku juga ku tutup perlahan.
"Baru pulang?"
Aku terlonjak kaget saat sebuah suara tiba tiba memasuki indra pendengaran ku.
Di kamar ini seharusnya tidak ada orang lain bukan?
Tapi yang lebih mengejutkan adalah saat aku berbalik dan melihat siapa yang barusan bicara padaku. Hwang Hyunjin.
"Hyunjin? Kau..." kalimat ku terputus.
Aku melirik ke jam yang tertempel di dinding kamarku. Lalu jam yang ada di pergelangan tanganku, bahkan sampai jam yang ada di ponselku. Tidak ada yang salah, semua menunjukkan kalau ini masih pukul sebelas lewat lima menit.
Tapi kenapa Hyunjin bisa ada di sini? Kenapa aku bisa melihat Hyunjin? Kenapa?
"Kenapa? Ada yang salah?" tanya lelaki itu.
Aku mengangguk lalu mendekatinya, mulai menyentuh nyentuh setiap jengkal tubuhnya.
"Heol, kenapa aku bisa melihat dan menyentuh mu?"
Hyunjin menatapku bingung, "Mwo? Bukankah kalau sudah jam 12 memang seperti itu?"
"Apa?! Ini belum jam 12 hyunjin."
Hyunjin sepertinya juga terkejut, kemudian buru buru melirik ke jam di kamarku dan memasang ekspresi kaget sama sepertiku.
"Aku kira sudah jam 12? Kenapa kita bisa berkomunikasi?"
Aku menggeleng dengan tatapan kosong, sementara otakku masih memikirkan alasan dari kejadian ini. Semoga ini bukan pertanda buruk, semoga saja.
—
"Ewh, temanku menjelma menjadi zombie lagi."
Aku melengos, mempoutkan bibir kesal saat Harim lagi lagi mengejekku. Ya tuhan, aku tahu penampilanku seburuk itu, tapi bisakah manusia satu ini tidak mengungkitnya?
Demi neptunus, aku rasa sebentar lagi aku akan menjadi zombie sungguhan dan memakan otak sahabat ku yang satu ini.
"Ey, kau marah?" tanyanya setelah duduk di sebelahku.
Aku mendengus kesal, "Menurut mu saja bagaimana?!"
Harim lalu terkekeh lalu mencolek bahuku, "Kau tambah jelek kalau marah. Senyum dong!"
Dengan sangat terpaksa, aku akhirnya menunjukkan senyum palsu. Well, tidak yakin juga apakah ini bisa di sebut senyum atau tidak. Karena bibirku hanya membentuk garis lurus, bukan melengkung.
"Sebenarnya aku masih penasaran, kau itu ada masalah apa sih?"
Lagi lagi perasaan bersalah menjalar di hatiku. Bagaimanapun, Harim itu sahabatku. Tapi aku malah merahasiakan masalah sebesar ini darinya.
Oke, memang ada beberapa hal yang bersifat sangat privasi dan tidak seharusnya di umbar ke orang lain, sekalipun itu keluarga ataupun sahabat.
Tapi tetap saja aku merasa tidak enak padanya. Apalagi feeling ku kurang bagus soal ini, entah kenapa.
"Eumm, yah... tidak usah di pikirkan. Ini masalah pribadiku," jawabku final.
Kudengar helaan nafas kecewa keluar dari bibir tipis gadis di samping ku ini. "Terserah lah, kalau memang kau tidak mau cerita. Aku hanya mencoba perduli pada sahabatku," katanya lalu pergi meninggalkanku.
Aku ikut menghela nafas berat. Aku tahu Harim kecewa, tapi apa setidaknya dia bisa menghargai privasiku? Lagipula aku tidak ingin hal buruk terjadi karena sembarangan membocorkan masalah ini pada orang lain.
Jangan sampai Hyunjin dan aku sendiri dalam bahaya lagi.
"Oi Luce! Di cari si anak pindahan tuh!" Suara Jaemin terdengar dari ambang pintu.
Anak pindahan? Sudah pasti itu Cheonsa 'kan?
Aku membuat simbol 'ok' dengan jariku lalu berjalan ke luar kelas, berniat menemui Cheonsa yang mungkin saja ada di sana.
"Hei." Cheonsa tersenyum miring begitu aku sampai di hadapannya.
Tidak tahu juga apa maksud anak itu, tapi aku merasa ada hal penting yang akan di sampaikan Cheonsa.
"Kita ke tempat biasa," katanya lalu berjalan mendahului ku, mungkin ke rooftop. Karena sejauh ini, hanya di sana tempat paling aman bagi kami untuk membicarakan masalah ini. Jarang anak yang datang ke rooftop, karena sebenarnya siswa di larang ke sana. Well, kecuali siswa siswa nakal yang suka membolos.
Setelah berjalan cukup jauh dan menitih satu persatu anak tangga menuju rooftop, aku dan Cheonsa akhirnya sampai.
"Ada apa?" tanyaku mengawali percakapan.
Raut wajah Cheonsa berubah serius. Senyuman miring yang biasanya terpatri di wajahnya juga berganti dengan raut panik.
Jangan bilang kalau ada masalah lagi.
"Kau, kapan terakhir kali kau mengecek waktu kalian? Aku rasa kau tidak punya rasa waspada yang cukup ya? Bahkan sampai sekarang kau juga belum banyak menemukan petunjuk yang berguna 'kan?"
Aku panik mendengar kata Cheonsa. Kulihat pasir penanda waktu kami sudah separuhnya berkurang.
"Kau tidak merasa ada hal yang janggal?" tanya Cheonsa.
Tunggu, kalau memutar waktu ke kejadian semalam, tentu saja itu termasuk hal yang aneh bukan?
"Itu—Hyunjin. Semalam belum jam dua belas tapi aku sudah bisa berkomunikasi dengan Hyunjin," jawabku sedikit gelagapan.
Cheonsa mengusap wajahnya, "Lucy, kalian harus lebih cepat lagi. Itu tandanya waktu kalian semakin banyak berkurang."
[]
Akhirnya apdet lagi -,-
![](https://img.wattpad.com/cover/161310290-288-k641336.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ Awake | H.Hyunjin
Mystery / Thriller"αωαĸe, αnd мeeт нιм every мιdnιgнт." Di usianya yang baru menginjak delapan belas tahun, Lucy mendadak dapat undangan ke sebuah tempat, sekaligus undangan yang akan merubah hidupnya dan hidup satu orang lagi-teman sekelasnya, Hwang Hyunjin. ©sugarl...