Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Xiaojun! Bangun!" Wanita paruh baya itu panik setengah hidup waktu anak laki-laki semata wayangnya tak kunjung buka mata selepas dokter putuskan waktu kematiannya.
"Tidak, tolong, bilang pada Ibu kalau kau masih hidup, Xiaojun." Tangisnya kembali luruh waktu mayat bocah kecil di hadapannya cuma diam membisu.
Wanita itu menatap datar mayat anak kesayangannya. Tidak bisa begini! Anaknya tidak boleh mati sebelum dirinya. Xiaojunnya tidak boleh mati. Maka segera dibopong tubuh bocah itu, dibawanya pulang ke rumah yang tampak luarnya saja sudah kelihatan seram.
Bocah lelaki itu dibaringkan di sebuah peti mati, dengan lilin yang menyala di sekitarnya, sementara lampu ruangan dibiarkan mati. Wanita itu memulai ritual, memanggil sosok yang sudah ia percayai selama ini agar menyelamatkan anaknya.
"Tolong keluarlah, tolong selamatkan anakku." Wanita itu merapal mantera mantera sambil berjalan mengelilingi mayat bocah tadi.
Sepersekian detik kemudian, muncul sosok hitam dari buku yang ia taruh di dekat peti. Sosok itu punya wajah yang sangat menyeramkan. Badan besar dan dikelilingi aura hitam, mata merah, dan gigi taring yang tajam sekali seperti siap mengoyak mangsanya.
Waktu melihat apa yang ia nanti sudah datang, wanita itu segera berlutut. "Tolong selamatkan anakku, Tuan. Tolong beri ia hidup lagi."
Makhluk menyeramkan itu bicara dengan suara beratnya yang menggema ke seluruh ruangan. "Aku akan selamatkan anakmu dengan satu syarat," katanya.
Wanita itu mengangkat wajahnya, menatap sang iblis. "Apa itu?"
"Bawakan aku tumbal sebagai ganti ruh anakmu."
Malam itu, ada perjanjian yang dibuat dengan putus asa oleh seorang ibu buat anak semata wayangnya. Ada pula seorang gadis kecil yang mengintip dari balik pintu---menyaksikan bibi dan kakak sepupu kesayangannya melalui ritual aneh cuma buat mengembalikan nyawa sepupunya. Yoon Harim umur enam tahun cuma bisa melihat, tanpa bisa mencegah kejadian itu.
____
Malam itu aku lihat kalau langit jadi lebih suram dari biasanya. Namun, ada yang lebih suram daripada sekadar langit. Suasana di sekitarku, serta wajah Harim. Aku mematung menatap Harim yang masih stagnan di posisinya semula---berdiri di belakang Xiaojun sambil pasang air muka datar yang sangat bukan Harim sekali. Perasaanku rasanya kacau, seperti dipermainkan habis-habisan. Bagaimana bisa orang yang selama ini paling kupercayai menusukku dari belakang?
"Berikan kristal itu pada kami," Cheonsa angkat suara. Air mukanya ketara sekali kalau ia marah besar. Cheonsa geram waktu tatap Xiaojun dan Harim.
Xiaojun tersenyum miring. "Kau mau mengambil kristal itu? Silahkan, bilang saja pada gadis itu."
Gadis itu, katanya. Xiaojun sunbae sekarang tidak seperti Xiaojun sunbae yang selama ini aku kenal. Ah, benar. Dia 'kan selama ini cuma sedang mempermainkanku, menyembunyikan identitasnya. Xiaojun yang ada di hadapanku sekarang adalah dirinya yang asli. Atau lebih tepatnya, Xiaojun itu tidak pernah ada. Hanya ada sosok iblis yang merasuk ke dalam dirinya.