Kejadiannya terulang lagi.
Aku masih terus bermimpi tentang kejadian mengerikan yang seolah di acak secara sengaja. Lalu terbangun di jam dua belas malam tepat.
"Besok pagi Cheonsa berjanji untuk mengajakku ke suatu tempat," kataku padanya setelah berhasil mengumpulkan kesadaran.
"Kemana?"
"Molla. Dia tidak bilang. Tapi yang jelas dia mau memberikan pentunjuk untuk masalah kita ini."
Hyunjin diam sebentar sebelum kembali menyahut, "Sejujurnya aku merasa bersalah padamu. Padahal sebelumnya kita tidak dekat, tapi tiba tiba kau harus masuk kedalam masalah yang mempertaruhkan nyawa seperti ini."
Aku tersenyum samar, "Anggap saja aku sedang membantu teman sekelas yang kesulitan."
"Tapi tetap saja-taruhannya itu nyawamu."
"Sudahlah. Karena aku tahu nyawaku yang jadi taruhannya, jadi biarkan aku membantumu. Dan mungkin..."
"Mungkin?"
Aku tiba tiba merasa bersalah, entah untuk apa. Tapi tidak mungkin tidak ada penghubung dari segala kejadian ini. Termasuk hubungan apa yang aku dan Hyunjin punya sebelumnya.
Karena mungkin semua masalah ini berasal bukan hanya dari Hyunjin. Tapi juga karena aku.
"Mungkin bukan hanya kau yang salah," lanjut ku pelan.
Sebenarnya aku agak merasa aneh. Ingatan Hyunjin yang berkaitan dengan pemecahan masalah ini secara tiba tiba terhapus. Padahal aku ingat, sebelumnya Alice bilang Hyunjin selalu memperhatikan ku semenjak pertama masuk sekolah.
Jadi berarti, sebelum ini Hyunjin tahu tentang sesuatu? Tentang aku?
"Sebenarnya waktu itu Cheonsa sempat bilang padaku, katanya kalau kita tidak bisa memecahkan masalah ini, satu nyawa bisa di korbankan. Jadi yang satu bisa selamat tapi itu juga tetap beresiko. Kemungkinan berhasil nya kecil," Hyunjin tiba tiba bersuara membuatku mengalihkan atensi sepenuhnya pada lelaki ber bibir tebal itu.
"Apa? Jadi kalau tidak bisa memecahkan teka teki ini, harus ada salah satu yang berkorban?" tanyaku.
"Iya. Tapi tidak menjamin salah satunya akan selamat juga."
Aku mendesah berat merasakan kalau tidak ada jalan keluar dari semua ini. Atau mungkin, belum muncul.
Kenapa IQ ku yang cukup tinggi bahkan tidak bisa ku gunakan untuk memecahkan teka teki ini?
"Sepertinya kita memang di takdir kan untuk terikat seperti ini," kata Hyunjin. Lelaki itu beringsut ke sebelahku, bersandar pada sisi kasur, lantas memejamkan matanya seperti sedang melepas beban yang ada pada dirinya. Walau sebenarnya itu tidak akan berpengaruh apapun pada penyelesaian masalah ini. Tapi aku tahu dengan itu, mungkin ia akan sedikit lebih tenang dan rileks.
"Tapi kenapa kita terikat? Pasti sebelumnya ada sesuatu yang membuat kita jadi terikat seperti ini," aku mulai ber spekulasi.
Sejak awal memang seharusnya aku mencari tahu soal itu. Soal 'apa yang membuat kami terikat seperti ini'.
"Luce, kenapa aku merasa ada yang berbeda denganmu?" Perkataan Hyunjin membuatku tersadar dari lamunan singkatku.
"Apa?"
"Kau seperti... Seperti magnet yang seolah menarik semua atensi ku. Kenapa aku merasa seperti itu?"
Aku terdiam mendengar penuturan nya. Kembali terbesi di ingatanku mengenai apa yang di katakan Alice.
![](https://img.wattpad.com/cover/161310290-288-k641336.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ Awake | H.Hyunjin
Misterio / Suspenso"αωαĸe, αnd мeeт нιм every мιdnιgнт." Di usianya yang baru menginjak delapan belas tahun, Lucy mendadak dapat undangan ke sebuah tempat, sekaligus undangan yang akan merubah hidupnya dan hidup satu orang lagi-teman sekelasnya, Hwang Hyunjin. ©sugarl...