Bagi para pelajar, mungkin tidak ada yang lebih indah daripada hari libur, jam pelajaran kosong, atau pulang awal. Bukan juga pengecualian untuk si gadis pintar Lucy Huang yang kini tengah asyik menghabiskan waktu mengisi jam pelajaran kosongnya dengan menikmati salah satu fasilitas wajib sekolah-wifi.
Lucy Huang ini adik kandung dari Huang Renjun yang melompat satu kelas saat SMP. Jadi sekarang ia satu tingkat, bahkan satu kelas dengan sang kakak. Jadi otomatis Renjun juga mengikuti sang adik mengisi waktu luang di jam kosongnya.
"Heh, geser sedikit kakimu!" Lucy menghempaskan kaki Renjun yang sejak tadi sedikit menumpang di kakinya. Sementara Renjun hanya mendengus sebal tanpa mengalihkan atensi dari layar ponselnya, tengah sibuk bermain games.
Beda lagi dengan Lucy yang menikmati keindahan rupa para biasnya di boy group BTS. Sesekali mulutnya sedikit terbuka, masih berusaha menjaga image nya agar tidak terlihat seperti kucing hampir tenggelam.
"Lucy?" Si empunya nama langsung mengangkat pandangannya begitu namanya di panggil.
"Ada titipan untukmu," kata siswa yang tadi memanggilnya, sambil menyerahkan sebuah amplop biru padanya.
"Eoh, dari siapa?"
Si siswa menggeleng, "Tidak tahu. Tidak kenal. Sepertinya murid baru? Seorang perempuan dengan kacamata dan rambut pirang."
Lucy hanya mengangguk sebelum menebar seutas senyuman manis, "Geureom, gomawo."
Setelah di rasa cukup aman, Lucy mulai merobek pelan bagian atas amplop, berusaha tidak merusak isi di dalamnya. Begitu di buka, matanya langsung mendapati sebuah kertas tebal seperti undangan? Atau karena bentuknya lebih kecil, jadi mirip seperti kartu nama. Tapi isinya adalah agar Lucy datang ke sebuah tempat.
'The Shelter', begitu yang tertulis di sana. Menurut petunjuk, tempat itu berada di sekitar jalanan Hongdae. Dan Lucy berencana datang ke sana sepulang sekolah. Meski nyatanya anak itu tidak tahu tempat macam apa itu. Tapi bukan Lucy namanya kalau takut dengan hal kecil. Bukan Lucy namanya kalau tidak serba ingin tahu. Dan yang jelas, menurutnya Renjun belum boleh tahu soal ini. Jadi sebelum kakaknya itu melihat isi amplop tadi, ia buru buru memasukkannya ke dalam saku seragam.
Lucy hanya berharap jam pulang sekolah yang tinggal sebentar lagi itu cepat tiba. Jadi ia bisa segera menebus rasa penasaran nya pada tempat di undangan tadi. Dan doa nya terkabul saat tiba tiba saja speaker sekolah mengeluarkan bunyi bel pulang sekolah yang ia tunggu tunggu sejak tadi.
"Hei, aku pulang duluan ya. Ada urusan. Bye!" kata gadis itu sebelum mengacir cepat keluar sekolah. Meninggalkan Renjun yang bingung lantaran gadis itu mau pulang cepat. Padahal biasanya ia akan menghabiskan waktu berjam jam untuk bergelut dengan wifi dan youtube.
Langkah gadis itu cepat dan teratur menuju luar sekolah, memilih menyetop taksi karena uangnya masih sisa cukup banyak. Juga agar lebih cepat sampai sebelum sang kakak memergokinya.
Sekitar dua puluh menit kemudian, ia sampai ke kawasan Hongdae. Agak lama, padahal biasanya hanya butuh sepuluh menit kalau dari sekolahnya. Salahkan saja jalan yang mendadak macet karena ada kecelakaan.
Tapi gadis itu memilih masa bodoh dan melanjutkan ekspedisi mencari tempat yang ia tuju. Tidak terhitung berapa kali gadis itu berputar wilayah hanya untuk mencari tempat itu. Matanya belum juga menemukan presensi bangunan dengan tulisan 'The Shelter' dan sebagainya.
"Lucy Huang?"
Lucy refleks mencari si sumber suara yang tadi memanggil namanya. Gadis dengan postur tubuh sedang, kacamata yang bertengger di hidungnya tanpa mengurangi kecantikannya, rambut agak pirang yang di gerai, dan dress lavender yang menambah kesan manisnya
"Ya? Aku Lucy Huang," respon Lucy pada si gadis tadi.
"Mencari sesuatu?"
Agak heran, tapi Lucy hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan.
Gadis itu tersenyum lantas meraih satu tangan Lucy untuk di genggam, "Nan ttarawa."
Meski otaknya menginstruksikan agar tak terlalu percaya pada gadis yang kini tengah bersamanya, tapi badannya seakan tergerak sendiri, seperti dapat pengaruh kekuatan sihir. Lucy tetap mengikuti langkah demi langkah yang di ciptakan oleh gadis tadi. Sampai kaki mereka terhenti di sebuah bangunan seperti cafe dengan kesan cukup antik yang berdiri kokoh. Tak lupa tulisan 'Rubby Cafe' di pamflet yang tertempel.
Gadis itu seolah belum membiarkan Lucy menikmati struktur luar bangunan itu. Memilih mengajaknya masuk ke dalam dan mempersilahkan Lucy duduk di salah satu bangku di sana.
"Mau pesan sesuatu? Kopi atau cake? Atau-" gadis itu menjeda ucapannya sebentar, memakai apron yang terlipat rapi di salah satu laci meja, lalu mengeluarkan beberapa cake buatan cafe itu.
Ia melangkah ke meja tempat Lucy berada, menyajikan dengan baik cake tadi di atasnya. Memberi tatapan misterius dan seringai pada si gadis Huang sebelum melanjutkan kalimatnya, "-Atau mau menanyakan sesuatu?"
Lucy sedikit ngeri dengan gadis di hadapannya. Tampilan luarnya memang terkesan manis. Pipi chubby, mata bulat, dan bibir tipis yang cantik. Dandanan yang memberi kesan manis pula. Hanya saja tatapan dan caranya bicara yang membuat gadis Huang itu mau tidak mau merasa sedikit terintimidasi.
Tapi sebisa mungkin ia mengontrol ekspresinya, mengingatkan pada dirinya sendiri apa tujuan sebenarnya datang kemari. Tapi lagi lagi, sebelum Lucy mengatakan maksudnya, si gadis misterius sudah mendahuluinya, "Kau dapat undangan ya?" katanya setelah menaruh dua cangkir kopi di meja dan duduk di hadapan Lucy.
"Nde? Ah, iya."
Gadis itu tersenyum manis, tapi agak terkesan menakutkan-menurut Lucy. "Aku yang mengirimnya padamu," katanya, semakin membuat Lucy bertanya tanya apa maksud dari semua ini.
"Berapa usia mu? Delapan belas? Ah, sembilan belas tahun kalau di sini ya?"
Lucy mengangguk ragu, masih sedikit was was pada gadis di hadapannya ini. Detik selanjutnya, telinganya lagi lagi mendengar kekehan kecil dari gadis aneh di depannya. "Kau sudah masuk waktunya," katanya.
Lucy yang masih tidak paham hanya diam. Bingung juga mau bertanya apa kalau misal di beri kesempatan. Terlalu banyak pertanyaan yang berlalu lalang di otaknya.
Gadis itu merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan gelang dengan jam pasir kecil sebagai aksesorisnya, memberikannya pada si gadis Huang.
"Pakai gelang itu. Jangan sampai hilang. Usiamu sudah masuk masa bahaya," katanya, kali ini tanpa senyum. Air mukanya jelas tampak serius.
"Dan juga-awake every midnight and meet him."
[]
![](https://img.wattpad.com/cover/161310290-288-k641336.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ Awake | H.Hyunjin
Misteri / Thriller"αωαĸe, αnd мeeт нιм every мιdnιgнт." Di usianya yang baru menginjak delapan belas tahun, Lucy mendadak dapat undangan ke sebuah tempat, sekaligus undangan yang akan merubah hidupnya dan hidup satu orang lagi-teman sekelasnya, Hwang Hyunjin. ©sugarl...