Tangerang, 07 Januari 2019.
Awal tahun disambut dengan musim panas yang terus menetap di kota Tangerang. Sejak tanggal satu Januari, cuaca di siang hari teramat terik sampai menusuk kulit. Sore hari pun sama, terasa gersang walaupun matahari sudah mulai tertutup awan. Hujan tak mengguyur kota ini.
Hal itu tentu saja menimbulkan kesan baik dan buruk bagi setiap orang. Untuk Ibu rumah tangga, tentulah cuaca terik seperti ini sangat menguntungkan, dengan begitu mereka bisa mengeringkan pakaiannya dengan cepat, atau bahkan memanfaatkannya untuk menjemur ikan asin. Kesan buruknya menimpa kepada para pelajar yang sudah memulai aktivitasnya kembali ke sekolah, khususnya bagi mereka yang masuk siang.
Cuaca terik untuk anak sekolah merupakan hal yang kurang baik, karena itu bisa menimbulkan ketidaknyamanan seperti kegerahan, otak yang mengepul sebelum tempur, atau dehidrasi karena tak sanggup membeli minum.
Oleh karenanya, di salah satu sekolah swasta telah diterapkan sistem antar-jemput menggunakan bus. Bukan usul dari Pemerintah, melainkan dari yayasan masing-masing.
Itulah informasi yang baru gue baca dari salah satu koran yang tergeletak di rumah Encum.
Hari ini adalah hari pertama gue masuk kembali ke sekolah tercinta. Tentu saja gue menyambut baik hari ini. Bukan karena rindu dengan sekolahnya, melainkan dengan makanan yang ada di kantin.
Mulai hari ini dan seterusnya, gue mengadakan kesepakatan sama Encum, yaitu berangkat dan pulang sekolah bareng, dengan menggunakan angkutan umum.
Sudah hampir 10 menit gue berdiri di depan rumah Encum, sedang sang empunya belum muncul dari balik pintu yang tertutup setengah.
Encum merupakan tipe cewek yang agak ngaret. Terkadang itu cukup membuat gue kesal, tapi walau bagaimana juga gue lebih memilih nunggu daripada nggak ada teman bareng.
Seperti yang tertera pada berita di koran tadi, sejak awal bulan cuaca memang sangat terik, tak ada hujan walau sekadar gerimis. Tetapi yang gue suka dari musim panas adalah ketika sore hari, saat senja menampilkan jingganya di atas sana. Elok sekali, memanjakan mata. Hadirnya memang sementara, tetapi memberikan kesan baik bagi yang menyukainya.
Senja bukan tentang hadirnya yang sementara, melainkan tentang bagaimana kita menghargai akan kedatangannya. Bukan mengeluh dengan kepergiannya, melainkan menunggunya kembali di hari esok.
Senja bukan laki-laki, yang memberi kenyamanan, lalu pergi. Senja masih tahu diri, setelah pergi ia akan datang lagi.
Sebenarnya gue bukan pengagum senja, tetapi gue pengagum Oppa-Oppa Korea, yang wajahnya selalu membuat hati berdebar tak terkira. Yang jauh dari pandangan mata, tetapi selalu berhasil membuat orang jatuh cinta.
Suara pintu yang tertutup mengalihkan lamunan gue. Encum keluar dari rumahnya dengan menenteng sepatu, lantas memakainya. Gue melirik arloji, masih ada waktu dua puluh menit.
"Yuk."
--
Kegiatan belajar mengajar di hari pertama belum aktif. Guru-guru membiarkan anak muridnya untuk bebas terlebih dahulu, sebelum esok mulai kembali normal.
Tentu saja itu merupakan berita yang paling menyenangkan, semenyenangkan saat melihat ABS Oppa.
Kali ini gue, Encum dan Dobleh sedang berada di kantin lantai 3 untuk nongkrong sambil menikmati satu cup Kpop Mie. Sehubungan dengan ramainya kantin di lantai 2, akhirnya kami terpaksa beralih ke kantin ini untuk membicarakan sesuatu yang penting, katanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL
FanfictionCie, yang tadinya suka Reggae, langsung jadi pencinta Korea. Apakah ini sebuah kurma?