26. Finally.

616 72 32
                                    

Wanna One naik ke atas panggung berbarengan dengan sorakan bahagia para penonton. Banyak yang meneriaki mereka dengan berbagai pujian, juga mengabadikan ciptaan Tuhan dengan kamera ponsel mereka.

Gue sudah lari dari tempat. Menyeruak ke kerumunan demi melihat langsung penampilan mereka. Dobleh dan juga Encum menyusul, jarak kami lumayan jauh karena orang-orang mulai berdesakkan demi mendapat tempat paling depan.

Empat laki-laki yang berdiri di atas sana bak seorang Idol sungguhan sedang mengatur napasnya. Mencoba bersahabat dengan keadaan sekitar terlebih dahulu. Bahkan Guanlin mencoba mendekati penonton, selfie.

Dan akhirnya pun tiba. Lampu mulai dimatikan, dan musik mulai mengalun perlahan. Riuh tepuk tangan terdengar. Bersorak.

Penampilan mereka sangat memukau. Dalam hati gue memuji mereka. Demi Tuhan, keren sekali.

Sampai di pertengahan lagu, Baejin memimpin formasi. Gerakannya lihai, tidak kaku. Penjiwaannya dapat. Ekspresi datarnya berubah menjadi tegas.

"YANG JANGKUNG AYLAFYUU!!!"

"GILA YANG KEPALANYA KECIL MIRIP SEHUN ANJIR ANJIR."

"YANG KECIL JUGA LUCU TUH."

"MANLY BANGET WOY."

"EXO VERSI LOKAL INI MAH."

"AYO NGANGKANG TERUS, NGANGKANG! LEMAH AKU LEMAH."

Teriakan Kaum Hawa terdengar di mana-mana. Tak mau ketinggalan, gue pun mengeluarkan ponsel, dan mem-video penampilan mereka.

Tiga menit terasa lama. Sampai akhirnya selesai. Lagi, tepuk tangan terdengar kencang. Siulan pun ikut serta.

Dua orang MC naik ke atas panggung. Memberi instruksi kepada Wanna One agar tetap di tempat. Bahkan wajah Kak Ong terlihat sangat sumringah. Ia menyalami satu per satu para anggota. Begitu pun dengan Kak Daniel.

"Duh, gila, Niel, keren banget woyyy. Nggak bisa berkata-kata gue." Kak Ong mulai bersuara. Senyumannya belum luntur. Benar-benar menatap Wanna One dengan tatapan kagum.

Kak Daniel berdecak. Menepuk-nepuk pundak Jihoon seolah mereka sudah kenal dekat. "Mereka yang tampil, gue yang bangga. Pecah bangettttttt," katanya dengan intonasi geregetan.

"Gimana penonton, keren nggak penampilan Wanna One?" tanya Kak Ong, memajukan mic-nya ke arah penonton.

"KEREEENNNNNN." para penonton menjawab kompak.

Tanpa sadar, lengkungan tercetak di bibir gue. Ada rasa bangga melihat mereka menyelesaikan tugasnya tanpa halangan apa pun.

Di atas sana, gue melihat Baejin mengedarkan pandangannya, seolah mencari seseorang. Matanya berkaca-kaca. Terharu.

"Gimana kalau kita kenalan dulu, nih. Coba yang paling tinggi perkenalkan dirinya lebih dulu." Daniel memberikan mic kepada Guanlin.

Napas laki-laki bertubuh jangkung itu masih tersengal-sengal. Bahunya naik turun. Setelah itu secercah senyuman tercetak, membuat para penonton berteriak.

"Hallo, malam." Guanlin menyapa para penonton. "Nama saya Lai Guanlin," lanjutnya.

"Umur berapa, Lin?" tanya Kak Daniel.

"Masih 17, Kak."

"Wuih. Masih muda nih. Udah punya cemceman belom?"

Guanlin terkekeh malu. Lalu menggeleng. Penonton langsung bersorak melihat respons anak itu. Mungkin mereka beranggapan masih ada kesempatan.

Kemudian mic mulai beralih ke Baejin. Tak jauh beda dengan perkenalan Guanlin tadi, saat Baejin menyebutkan namanya respons penonton pun tak kalah heboh. Sampai akhirnya selesai.

FANGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang