Gue bergeming. Ibaratnya tuh sekarang gue lagi jadi Patung Pancoran, atau Malin Kundang yang dikutuk jadi batu. Tapi bedanya bukan karena durhaka sama Emak, melainkan karena terciduk hal yang menjatuhkan harga diri.
Apes banget nasib gue ini, sial.
Malah sekarang orang-orang yang ada di sekitar ngejadiin gue dan Tiga Cecunguk sebagai bahan pertontonan.
Kalo gini ceritanya pindahin aja deh muka gue ke telapak kaki! Biar terinjak-injak sekalian! Gue rela kok!
"Gimana nih, Kom," ujar Encum yang berdiri di samping gue. Mukanya pucat pasi.
Ya mana gue tahu! Tanya aja sana sama rumput yang berjoget!
Kesel Hamba.
"Au ah." Gue menjawab sekenanya. Migrain juga lama-lama.
"Tadi gue udah punya feeling gak enak. Tapi sialan, aura sesat gue lebih kuat daripada iman," celetuk Dobleh.
Gue nggak mengindahkan.
Orang-orang yang lagi mengerumuni kami langsung memberi jarak saat dua Security meniup peluitnya.
"AYO BUBAR-BUBAR!"
Seketika mereka langsung berhamburan saat salah satu Security memberi instruksi lewat pengeras suara.
"Nih Pak, mereka biang keroknya!" tuding salah seorang dari teman si korban.
"Langsung tangkep aja, Pak! Bawa ke penjara!"
"Eh sembarangan aja lo! Kami gak salah, Pak! Ini cuma salah paham," kata gue. Harap-harap cemas.
"Alah! Maling kalo pada ngaku penjara udah jebol kali saking kepenuhan!"
Priiiiittttt.
Security peniup peluitnya lagi. "Udah-udah! Gak usah berisik. Kalian malah mengundang perhatian banyak orang!" ucapnya sembari berkacak pinggang.
Kemudian ia membisikkan sesuatu kepada Security yang satunya. Sehabis melakukan perundingan yang entah berfaedah atau nggak, Security berkumis lebat itu menatap gue dan yang lain secara bergantian, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalian ini masih muda, tapi suram sekali nasibnya. Ayo, ikut kami!"
"Eh mau ke mana, Pak! Kami nggak salah!" Encum berontak saat tangannya ditarik oleh Security.
"Tau nih, bukan mahram juga!" tambah Dobleh.
Gue dan Eli hanya bisa pasrah ketika tangan kami ikut ditarik. Diarak kayak habis terciduk mojok di kontrakan, atau kayak tersangka pelaku prostitusi online.
"Pergi jauh-jauh deh sana! Malu-maluin aja!"
"Tau nih. Jangan sampe deh berita ini nyampe ke telinga Black Pink."
"Gak punya muka kali ya mereka, makanya gak tau malu."
"Amit-amit deh. Paling juga mereka bukan fans Black Pink."
"Sampah masyrakat!"
Mata gue terpejam. Mulut-mulut jahat yang ada di kanan-kiri sangat menyakiti hati gue yang suci ini.
Bayangan jelek mulai terekam jelas di otak gue. Di mana gue bakal dibawa ke kantor polisi sembari diborgol. Atau bahkan ditembak karena berusaha melarikan diri.Tolong ... Masa depan gue pasti cerah, 'kan?
Gue bakal nikah sama Mark Lee, 'kan?
Bukan menghabiskan sisa hidup di dalam jeruji besi.

KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL
Fiksi PenggemarCie, yang tadinya suka Reggae, langsung jadi pencinta Korea. Apakah ini sebuah kurma?