Satu kata yang terlontar dari mulut gue saat masuk ke kamarnya Guanlin. 'Wow'.
Selama Guanlin resmi menjadi keluarga di kost-an ini, gue enggak pernah yang namanya masuk ke kamar dia.
Tapi sekarang, gue masuk ke kamarnya dia dan terperangah karena melihat begitu banyak merchandise Kpop.
Mulai dari dinding yang dipenuhi oleh poster-poster. Lemari yang ditempeli banyak stiker sampai terlihat sangat kotor. Rak buku yang seharusnya diisi oleh banyak buku, tetapi diisi dengan barisan album-album Kpop.
Selain itu, di atas nakas, terdapat banyak senter— Errrr ... Bukan senter namanya, tapi Lightstick dengan bentuk yang berbeda-beda. Sedang lampu tidur yang memang disediakan di kost-an dengan kurang ajarnya ia taruh di samping lemari.
Bisakah gue sebut ini berlebihan?
Atau gue yang iri karena kamar gue kosong melompong?
Si empunya alias Guanlin sedari tadi meraung-raung dengan air mata yang berlinang sembari bergulung di bawah selimut bermotif Girl Group Korea yang satu-satunya gue tahu. SNSD.
Hapenya yang berlogo pisang tegang itu terlempar begitu saja sampai membentur karpet berbulu yang ada di lantai.
"Haechan! Gue sedih banget dong hueeeee." Guanlin jejeritan.
Satu fakta yang harus kalian tahu, di kamar ini bukan hanya ada gue, tetapi seluruh penghuni kost-an. Bahkan, Bu BoA yang tadinya berada di Warung Pecel Lele miliknya terpaksa ke mari dengan membawa sodet setelah dipanggil oleh Jaehwan -penghuni kost.
"Atuh hayuk dibantu itu si bujang! Jangan sampai kost-an ini dapet rumor yang enggak-enggak!" Bu BoA panik sendiri karena melihat Guanlin yang semakin nggak karuan.
"Et dah, mau berak sampe mendem lagi saking takutnya." Jaehwan berujar sembari menitikkan air mata.
"Panggil dukun aja kali ya?" Jihoon memberi usul.
"Kok dukun, sih?" Mbak Wendy bingung.
"Ya biar setannya dimasukin ke dalem botol gitu."
"Panggil si Siwon ajalah. Dia kan kayak Kyai." Daehwi dengan kurang ajarnya menyebut nama Pak Siwon tanpa embel-embel 'Pak'.
"Kalo tuh anak kesurupan, aku nggak mau lagi deh ngekost di sini. Angker." Nancy, cewek dengan pahatan sempurna itu terlihat sangat panik sampai-sampai membawa kipas angin karena udara seketika terasa panas dan mencekam.
"Gue enggak nyangka. Ya Allah tolong Haechan!!!" Guanlin menengadahkan kedua telapak tangannya sembari menatap langit-langit kamar. Ia terus saja merapalkan do'a yang tidak bisa dimengerti oleh penghuni kost yang lain.
"Nyebut, Lin." Baejin akhirnya bersuara. Ia memberanikan dirinya untuk mendekati Guanlin yang semakin sesegukan.
"Kan udah sering gue bilangin, jangan di dalem kamar terus. Gini 'kan akibatnya, jadi kesurupan." Baejin mengelus pundak Guanlin pelan. Alih-alih memberi ketenangan.
"Tapi, Bae ... Haech- gue gak kuat buat nyebut namanya lagi. Srooott." Guanlin membuang ingus di kaus Baejin. Si pemiliknya mengulum senyum.
Kalo udah sadar, gue gorok lu, Lin. -Baejin.
Gue yang dari tadi berdiri di paling depan, mencoba untuk ikut mendekati Guanlin. Tetapi sebelum itu, gue lebih mendahulukan mengambil hapenya yang terjatuh.
Layar hape itu menyala dan menampilkan foto dengan tulisan yang membuat gue seketika sakit mata.
"Bae, lo ngerti ini apaan?" gue memberikan hape itu ke Baejin.

KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL
FanfictionCie, yang tadinya suka Reggae, langsung jadi pencinta Korea. Apakah ini sebuah kurma?