31. Freebies Membawa Malapetaka.

506 55 11
                                    

Capek. Itulah yang gue rasakan.

Bolak-balik Timur-Barat-Timur-Barat, cuma buat mencari freebies. Kalau gue jadi vokalis Band Wali, mungkin gue sudah nyanyi.

Mereka sih, senang-senang aja dapat satu atau dua lembar foto. Lah gue? Gak bisa ikutan minta karena enggak punya kuota. Kebanyakan, kan, syaratnya harus mem-follow akun Instagram dulu.

"Di Hall-5 ada lagi." Eli menatap intens ponselnya. Memberi instruksi supaya kami menuju ke tempat yang dimaksud. Dia berjalan duluan, memimpin. Jiwa keibuan kalau lagi belanja nih.

Gue menghela napas. Pasti muka gue sudah kucel deh nih. Mana haus. Jadilah gue menelan ludah sendiri, sampai mulut kering.

Kalau tahu bakalan begini, mending gue lebih milih di kost. Ya walaupun cuma mojok di kamar sambil dengarin lagu NCT 127 - No Longer. Itu lebih menyenangkan ketimbang membuang energi buat hal yang nggak berjubaedah.

Ya udahlah ya, mungkin memang nasib gue yang selalu asem. Seasem ketemu mantan tapi nggak disapa. Plak.

Sampailah kami di Hall-5. Di sana sudah ada dua cewek dewasa yang lagi duduk lesehan. Di depannya terdapat sebuat kotak yang berisikan foto-foto member Black Pink.

Eli masih memimpin. Dia berjongkok terlebih dahulu. Kemudian berbicara, "Mau, Kak," katanya dengan intonasi lembut.

Cewek yang memakai kacamata —hanya untuk gegayaan— mengangguk. "Tapi follow akun Instagram aku dulu ya. Lebih bagus kalo sekalian subscribe channel YouTube kita juga, nanti hadiahnya bakal ditambahin," tuturnya, memasang senyum bersahabat.

"Boleh."

Eli menyodorkan ponselnya ke cewek itu dengan raut wajah sumringah. Kemudian Dobleh dan Encum mengikuti. Sedang gue lebih memilih untuk berjaga jarak, dan duduk lesehan. Tangan kanan gue terulur untuk membuka ritsleting tas, dan mengambil sebotol air mineral di dalamnya. Kemudian menenggaknya sampai tinggal setengah.

Dehidrasi Hamba.

Saat dirasa ketiganya telah selesai meminta barang gratisan, mereka pun ikut duduk lesehan di samping gue. Mengeluarkan makanan apa saja yang dibawa. Lantas menyantapnya seperti gembel yang menderita busung lapar.

"Kalian emangnya dari mana, Dik?" kami berempat sontak menoleh saat cewek yang memakai kerudung melontarkan pertanyaan. Dia temannya yang membagikan freebies.

"Dari Pamulang, Kak. Kalau Kakak?" sahut Dobleh, lalu melahap rotinya dengan beringas.

Cewek itu mengangguk-angguk. "Aku dari Bandung. Bela-belain ke sini buat bagiin freebies. Sukur-sukur sih, bisa ketemu Black Pink lagi beli sandal swallow," katanya, lalu terkekeh karena ucapannya sendiri. Gue dan yang lain mau nggak mau ikutan ketawa, walau sebenarnya garing. Heuheu.

"Emang Bias-nya siapa, Kak?" Encum bertanya.

Cewek tadi dengan cepat menjawab, "So pasti Jennie."

Encum ber-oh.

**

Karena sudah hampir setengah jam hanya dihabiskan untuk mengobrol ringan dan memakan camilan, kami memutuskan untuk jalan kembali. Apalagi kalau bukan lanjut mencari freebies.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Tetapi dengan semangat yang membara, ketiga Cecunguk masih tak pantang menyerah.

Gue? Rasanya mau melambaikan tangan aja ke kamera.

Jalanan kian padat oleh para pedagang atau yang hanya sekadar jalan-jalan kayak kami ini. Pundak gue lama-lama terasa panas karena tas yang isinya lumayan banyak. Malah kanan-kiri orang semua. Bau ketek, bau jigong, bau masalalu, jadi satu.

FANGIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang