Liburan akhir tahun. Dan Alhamdulillah ternyata ada yang mengajak gue untuk jalan-jalan. Bukan sekadar itu, kami bahkan menghabiskan waktu sampai malam tahun baru.
Lai Guanlin, sumbernya.
Anak itu hari ini berpakaian nggak rapi-rapi banget, tapi walau begitu nggak mengurangi kadar kegantengannya. Dia yang menjadi supir. Di jok sebelahnya ada Baejin lengkap dengan hoodie berwarna hitam. Gue, Encum dan Dobleh ada di jok tengah. Pakaian kami nggak mencolok, dan nggak seksi. Di jok belakang, Daehwi dan Jihoon.
Kita memutuskan buat liburan ke Anyer. Dan menginap di vila milik Papa Guanlin. Gratis. Nggak dipungut biaya sepeser pun. Tinggal bawa diri saja. Ada untungnya juga ternyata kehadiran Guanlin.
"Sepi banget nih mobil kayak kuburan." celetukan itu keluar dari mulut Encum, yang berada di sisi kiri gue.
"Setel musik aja," sahut Guanlin.
"Ya di radio aja."
"Dari HP lo aja, sih. Gue denger lo K-Popers garis keras."
"Kata siapa?"
"Temen lo."
Encum ngelirik gue sekilas. Lalu berbisik, "Cerita apa aja ke Guanlin? Gue malu tahu."
"Asal lo tahu aja, tuh anak satu spesies sama lo." gue balas berbisik.
"Maksudnya?"
"K-popers."
Satu detik.
Dua detik.
Tig—
"ANJIR GUANLIN TERNYATA ELO FANBOY?! KENAPA GAK BILANG?! CERITAIN KE GUE COBA LO SUKA SIAPA AJA! GILA SENENG BANGET CUYYY."
Rame, deh, rame.
Guanlin terkekeh. "Iya, gue Fanboy. Suka mah banyak, tapi lebih condong ke NCT."
"YA ALLAH JODOH INI MAH JODOH. FIX."
"Maksudnya?"
"Enggak. Maksud gue kita satu fandom. Haha." Encum ketawa garing. Raut wajahnya senang banget. Mungkin dia bersyukur karena akhirnya ada teman yang bisa diajak mengobrol tentang K-Pop.
"Udah-udah, bahas itunya nanti lagi aja. Mending sekarang kita cari tempat makan dulu," ucap Baejin.
"Nanti bagi nomor Guanlin, ya." Encum kembali berbisik.
--
Kita sampai di vila milik Papa Guanlin sekitar jam tiga sore. Selain karena macet, juga karena kita yang memang berangkat dari kost sudah menjelang siang.
"Hueeekkk."
"Banyak gaya sih, mabok, kan."
"Hueekk."
"Jangan muntah di sini, bego!"
Suara Jihoon yang tak habisnya memaki Daehwi terus saja terdengar. Selama perjalanan, Daehwi mabuk berat. Katanya sih, nggak kuat AC mobil. Pantas sedari tadi anak itu hanya diam.
"Udah masuk buruan ntar malah tambah masuk angin," kata Baejin. Ikut membantu menuntun Daehwi yang wajahnya pucat pasi.
Kita pun masuk ke dalam vila dengan membawa koper masing-masing.
Ukuran vila lumayan besar. Selain itu pemandangan di sini asri banget. Ada dua pohon kelapa di depan. Juga beberapa pohon rindang lainnya yang membuat suasana terasa sejuk.
"Widih, bagus, euy." Jihoon bersuara.
Benar. Saat pintu terbuka, mata langsung dimanjakan dengan rapinya ruang depan. Ada sofa yang terlihat sangat empuk, karpet berbulu, ruangan yang harum, dan terdapat banyak hiasan di dinding.
"Berasa kayak di rumah sendiri," kata Daehwi, yang kewarasannya sudah kembali.
Guanlin menggiring kami masuk. "Dulu gue dan keluarga pernah tinggal di sini, jadi nggak usah heran kalau nemuin foto ganteng gue."
"Iya Aa' ganteng. Ngomul. Mending kasih tau deh, kamar kite ada di mane. Pegel nih buset dah." Dobleh yang hari ini memakai kerudung berwarna biru lengkap dengan kacamata yang bertengger, akhirnya bersuara.
"Oke-oke. Di sini cuma ada 3 kamar. Kamar cewek yang di tengah. Gue mau sekamar sama Baejin aja."
"Ya udah. Kita bebersihan dulu. Setelah itu kumpul sekalian makan malam."
--
Selepas bersih-bersih dan makan malam, kita pun berkumpul di ruang tengah sembari menonton televisi dan membicarakan untuk persiapan besok. Pergi ke pantai.
Jaraknya lumayan dekat kalau dari informasi Guanlin. 10 menit sampai, katanya.
"Gak sabar mau nyebur besok." Daehwi, anak itu sedang memakan biskuit sambil merebahkan tubuhnya dengan kepala yang ia taruh di paha Baejin.
"Kayak bisa berenang aja," sahut Baejin.
"Jangan salah. Dulu gue pernah jadi penjaga pantai."
"Ngaco."
"Banyak bule gak ya, besok." -Jihoon.
"Duh, pikiran lo tuh kenapa bule terus, sih. Ya pasti banyaklah. Cari bareng gue besok," sahut Daehwi, yang kepolosannya telah hilang semenjak bergaul dengan Jihoon.
Gue duduk berhadapan dengan Dobleh. Agak berjaga jarak dengan laki-laki, karena pembahasan kita berbeda.
"Kom, sejak kapan Encum deket sama Guanlin?" Dobleh bertanya. Dengan suara pelan, tentunya.
"Kenapa emangnya?" gue malah balik bertanya. Menyomot keripik kentang.
"Dari tadi gue perhatiin mereka asik banget. Padahal sebelumnya nggak, kan? Lo nggak curiga apa."
Oke, jelas saja Dobleh berbicara seperti itu. Karena sedari tadi Encum mengobrol berdua bersama Guanlin. Lihat saja, jarak mereka dengan yang lain bahkan sangat jauh.
Sejak tahu kalau Guanlin merupakan seorang Fanboy, dan begitu pun sebaliknya, keduanya memang langsung dekat. Mungkin karena obrolan mereka menyambung. Dan tentu saja itu merupakan kesukaan mereka.
Nggak masalah.
"Kan mereka sama-sama K-Popers, jadi lebih nyambung. Gakpapa lah, jarang-jarang juga, kan," jawab gue, mencoba untuk memberi Encum pikiran positif.
"Kenapa nggak gangguin Daehwi lagi?" tanya gue.
Kebiasaannya yang suka ngeganggu Daehwi ngebuat gue heran kalau itu anak nggak kayak biasanya.
"Males. Waktu itu 'kan chatting, eh Daehwi bilang, 'jangan ganggu lagi, gue udah punya pacar'."
Pfftt.
Gue mau ketawa.
Daehwi yang tidurnya masih di ketek Emak gitu, punya pacar?
Gue lihat wajah Dobleh tertekuk. "Daehwi belum punya pacar, Bleh. Sosor aja."
Mata Dobleh berbinar tiba-tiba. "Serius?"
Gue mengangguk.
Nggak lama setelah itu, "DAEHWIII AYLAFYUUUU!"
Sinting.
![](https://img.wattpad.com/cover/156669223-288-k912333.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FANGIRL
FanficCie, yang tadinya suka Reggae, langsung jadi pencinta Korea. Apakah ini sebuah kurma?