Setelah dua hari berlalu tinggal di desa kecil di Geochang-gun cukup membuat Hoseok ketakutan akan tidak mendapat pekerjaan untuk menambah pundi-pundi uang untuk tabungan yang semakin lama semakin menipis. Namun, tidak ada pekerjaan yang lebih baik selain bekerja serabutan di desa maritim.
Dengan bantuan bibi Kwan, Hoseok akan mulai bekerja mencabut ubi dan memgantarkannya ke kota bersama Suan. Yoon Suan pemuda berusia 27 tahun itu sangat ramah dan memiliki etika baik dalam berbicara. Awalnya Hoseok ragu pindah ke desa, tidak menutup kemungkinan dirinya akan dihina kembali. Prasangkanya salah, mereka malah menyambut Hoseok ramah, menyemangatinya dan Hoseok tidak tahu kalau kakeknya memiliki satu petak tanah yang bisa ia gunakan.
Hari ini Hoseok harus bersiap mengantar Yuan dan Jungkook pergi ke sekolah. Yuan dengan riang bernyanyi seraya memasukan buku kedalam tas pink bermotif unicorn kesayangannya sedangkan Jungkook, anak itu tengah meraut pensil yang patah- acap kali ia menyedot susu pisang yang ada di sampingnya.
Hoseok cukup bersyukur fasilitas di rumah kakek cukup memadai dan cukup untuk mereka bertiga. Hanya saja Hoseok harus mengganti kasur Jungkook karena sudah poyak. Terdengar gemuruh dari luar yang menerjang atap rumah secara bersamaan. Hujan, Yuan dan Jungkook seakan berpikir satu hal yang sama, mereka berdiri meninggalkan aktivitasnya sebelum Hoseok menarik kerah baju keduanya. Nyatanya mengurus bocah berusia 5 tahun itu tidak mudah.
"Ini sudah petang apa yang akan kalian lakukan?"
"Hujan-hujanan dong, Hyung."cecar Jungkook dan di ikuti dengan Yuan yang juga memasang ekspresi selucu mungkin, mata bulatnya binar, pipinya sedikit kembung dan bibir yang mencebik, "Hyungie sekali saja, ya?"
"Tidak. Nanti kalau kalian sakit, bagaimana? Hyungie yang repot."
"Repot sedikit kan tidak masalah, kalau Kookie dan Yuan sakit... Hyung tinggal kasih obat dan buat bubur ayam. Kookie dan Yuan pasti sudah sembuh."
"Mending kalau sembuh, kalau mati bagaimana?" sarkas Hoseok.
Bahu kedua anak kecil itu merosot, wajah keduanya di tekuk tidak mendapat semangat. Keduanya kembali ketempat masing-masing melanjutkan pekerjaan mereka yang tertunda. Hoseok kembali kedapur untuk melihat kacang yang dia rebus beberapa menit yang lalu. Ia terpekik karena suara Jungkook yang begitu nyaring.
"Hyung, hujannya masuk kedalam rumah. Dia marah karena hyung banyak dosa."
Hoseok sempat memutar bola mata mendengar omongan tak habis pikir Jung Kook. Benang merah antara hujan sama banyak dosa apa?
Dilihatnya Yuan yang menadah tetesan air dari atap dan Jungkook yang kocar kacir mencari sesuatu untuk menampung air tersebut. Dengan cepat Hoseok menyimpan ember hitam tepat pada posisinya. Jadwal untuk besok bertambah selain mencabut ubi dan mengangkutnya ke rumah Yoon Suan, dia harus membetulkan atap rumah yang bocor.
Malam tiba kedua tubuh kecil itu sudah terlalap berpetualang dalam mimpi masing-masing. Hoseok menutup pintu kamar Jungkook setelah merasa kalau adiknya itu tidak sedang mimpi buruk selanjutnya kamar Yuan, gadis kecil itu sudah tenang Hoseok hanya perlu mematikan lampu. Dirasa selesai, Hoseok kembali ke kamarnya ia jembali berkutat dengan buku dan mencatan kebutuhan tambahan yang harus di beli.
Sebenarnya uang tabungan dari orang tuanya cukup. Namun Hoseok berinisiatif untuk membeli kebutuhan tersebut dengan uangnya sendiri nanti. Tak hanya itu, Hoseok juga mencatat pengeluaran setiap akhir pekan hanya untuk memastikan kalau perekonomiannya tidak membengkak, ada gunanya juga dia masuk kelas soasial walau hanya 2,5 tahun mendekap di SMA. Ia menutup buku itu beranjak menutup pintu dan mematikan lampu. Besok merupakan hari yang berat setidaknya Hoseok harus menghemat energi barang sejenak.
![](https://img.wattpad.com/cover/172581162-288-k15984.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hoseok's Homework [END)
FanfictionJung Hoseok memainkan beberapa peran dalam hidupnya untuk mengurus adik kembar sebagai warisan mutlak dari orangtuanya. [ᴊᴀɴɢᴀɴ ᴅɪʙᴏꜱᴇɴ-ʙᴏꜱᴇɴɪɴ] June, 9/2019. Cover by dorablehook.