13. Lalat di atas Lotus Putih

900 195 29
                                    

Hai, hai. Lama tak jumpa.

Karena jari ini sering keseleo jadi tandai kalau ada Typo atau EBI yang kurang tepat.

...

Sore hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sore hari.

Di mana Hoseok telah selesai dengan peran seorang ibu. Mengantar, menjemput, membuat makan siang.

Saat ini saatnya Hoseok melakoni peran seorang ayah untuk si kembar. Bekerja dan mengajak mereka jalan-jalan, jalan-jalan di sini tentu bukan playground di pusat kota, taman mini dengan berbagai wahana atau karnaval musim panas. Tidak dan bukan. Kemarin ia diminta kakek Yoon untuk mengajak domba-dombanya memakan rumput.

Tempatnya memiliki struktur tanah bergelombang, terdapat rumput setinggi mata kaki, pohon berdaun lebat dengan tangkai yang meruah. Pohon ginko ikut andil untuk mempercantik meski ia berperan memamerkan keindahan pada musim gugur, terdengar gemuruh mata air tak jauh dari mereka tempati jaraknya hanya lima meter. Angin sore bersepoi riang, cahaya matahari agak kekuningan sedikit oren. Bunga kecil mulai tumbuh menghias padang rumput itu.

"Hyungie, nanti dombanya lari kalau tidak di ikat." Yuan duduk di samping kakaknya merasa lelah setelah bermain kejar-kejaran bersama Jungkook yang kini sibuk mengelus bulu-bulu domba milik kakek Yoon.

Hoseok memutar tutup botol air minum, memberikannya kepada Yuan. "Mereka tidak akan ke mana-mana, Yuan."

"Hyungie yakin?" katanya sebelum menegak air yang di beri sang kakak.

"Yakin, seratus persen." Hoseok berujar yakin dan diangguki Yuan.

Matanya menyipit melihat si bungsu asik menyabut rumput lalu memberikannya kepada domba-domba di sana. Rautnya senang, mata bulat Jungkook menyipit, wajahnya berkeringat sama seperti Yuan.

"Jungkook-ah. Makan dulu!"

Mendengar seruan dari sang kakak bocah itu mengangkat kepala. Tersenyum lebar sembari berlari, duduk dengan cantik, tangannya bergegas untuk mengambil nasi kepal tapi sebelum itu Hoseok menepuk tangannya. Jungkook mengaduh, tatap Hoseok dengan protes.

Anak ganteng kok di pukul-pukul, dasar jahat.

"Cuci tangan dulu, Kookie."

"Tangan Kookie bersih kok, hyung."

"Lah, tadi bekas belai domba, cabut rumput, ngambil upil di hidung, yakin masih bersih?"

"Perut Jungkook tidak akan sakit kok, hyung."

"Tidak akan kan memang belum. Memangnya Kookie mau hidupnya singkat mirip lalat?"

"Lalat kan panjang umur, tuh masih banyak lalat." Polosnya dia menunjuk kumpulan lalat yang menempel pada kepala Chuwy ( Domba imut yang dinamai Jungkook).

"Kata siapa?"

"Kata Kookie."

"Lalat itu cuma hidup dua puluh delapan hari."

"Kasihan lalat. Kenapa hidupnya hanya dua puluh delapan hari?" Yuan berseru di sela decap bibirnya.

"Karena mereka jorok mirip, Kookie."

"Tidak! Kookie ya Kookie, lalat ya lalat tidak sama." Sangkal Jungkook mengebu-gebu.

"Sama kok, sama-sama jorok."

Jungkook berkacak pinggang, tatap kedua kakaknya sebal. Enak saja anak ganteng di samakan dengan lalat, lagipula ia belum mewujudkan cita-citanya untuk menjadi pedagang es krim. Tidak, tidak! Kookie tidak mau cepat mati. "Iya, iya Kookie cuci tangan dulu."

Hoseok mengangguk mempersilahkan Jungkook untuk pergi cuci tangan di pancuran yang di buat warga Geochang-gun. "Tapi Yuan serius hyungie. Hyungie tidak membual, kan?" Yuan memgintimidasi sang kakak, bertanya dengan serius seolah yang Hoseok katakan barusan hanya alibi untuk mengelabui Jungkook tepatnya untuk menakut-nakuti Jungkook dengan metamorfosis seekor lalat.

Hoseok mengeluarkan kimbap dari keranjang makan, lalu menyimpannya satu per satu dalam piring kecil setelah itu ia serahkan pada Yuan. "Tidak Yuan. Itu benar, mereka hanya hidup dua puluh delapan hari, meski hidup mereka singkat. Tetapi, itu tidak sia-sia karena sekali mereka bereproduksi mereka menghasilkan 1000 telur!"

"Kasihan sekali, pasti keluarga lalat sedih."

Hoseok hanya diam, ia asik mengunyah Mandoo matanya sesekali terpejam dan berseru; "eumm...enak sekali."

"Hyungie..."

"Ya?"

"Kalau Yuan meninggal, apa hyungie akan sedih?"

"Kenapa bertanya hal yang seperti itu?"

"Hyungie tidak akan seperti papa dan mama yang meninggalkan kita kan?"

"Yuan, Yuan itu adik hyungie, kakaknya Kookie. Kita ini keluarga, keluarga ini saling menjaga satu sama lain kalau Yuan pergi tentunya kami akan bersedih."

"Terima kasih, hyungie."

Hoseok mengulas senyum palsu termanis. Rasa khawatir menjalar dalam dirinya, tak biasanya Yuan begini.

"HYUNG! si Chuwey kabur!" Teriak Jungkook sewot.

"Hah? Chuwey?"

"Dombanya kabur satu."

"APA?!"

Hoseok berlari terbirit-birit melihat si Chuwey sudah berlari semangat meninggalkan kawanannya. Bahkan Hoseok tak sempat mengunyah mandoo, sampai-sampai ia terbatuk dan makanan itu keluar dari mulut.

Sedangkan di ujung sana Yuan dan Jungkook malah terbahak melihat kakanya berlari, sesekali tersandung rumput liar yang tumbuh.

Hoseok's Homework [END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang