03. In The Middle

1.7K 365 24
                                    

●  ●

.
.

Kebayakan orang bilang orangtua memiliki paling penting dalam perkembangan anaknya. Tetapi itu menurut mereka, apa yang Jung Kook dan Yuan rasakan pada dasarnya tidak seperti itu. Dari awal ia hanya tahu bahwa Bibi Kwan yang mengurus mereka selama mereka berumur 2 tahun. Saat itu, saat-saat di mana si kembar Jung bermanja-manja kepada orang yang menyalurkan darah kepada mereka.

Mungkin saat itu yang mereka tahu hanya Mama dan papa sibuk bekerja.

"Ma, Yuan tidak bisa mengerjakan bagian ini Mama bisa bantu Yuan? Yuan sedikit tidak mengerti."

Saat itu pertama kalinya Yuan memberanikan diri bertanya pada Mama yang tengah sibuk di depan monitor dengan beberapa lembar kertas juga kaca mata yang tertancap di hidung. "Minta tolong sama Oppa, ya, sayang. Mama lagi sibuk." Tutur kata lembut tidak menepis rasa kekecewaan yang Yuan rasakan. Terkadang Yuan ingin memiliki keluarga yang harmonis seperti teman-temannya, memakan kue kering yang hangat saat musim hujan dalam satu meja yang sama. Bercengkrama di depan Tv seraya menonton serial kanak-kanak di temani satu toples popcorn.

Rasanya itu hanya mimpi.

Dengan wajah yang tertekuk bersama dengan bahu yang merosot Yuan melangkah gontai. Buku yang tadinya di gengam dengan antusias kini di biarkan tergeletak di karpet bulu miliknya yang bergambar unicorn. Kedua ibu jari dan jari telunjuknya saling menaut, mulutnya meloloskan satu isakan kemudian tak lama setelah itu mata bulatnya mulai meneteskan beberapa liquid.

Biasanya kalau begini Yuan pasti akan pergi ke kamar Jung Kook untuk main. Namun sayang, kemarin Dokter Jo mengklaim bahwa Jung Kook terserang demam dan memerkukan istirahat yang cukup. Dan itu menekan arti bahwa Yuan harus menghindar dari kamar Jung Kook kalau tidak mau mengangguk si adik kembarnya.

Suara dentuman pintu terdengar di telinganya. Suara Kakak tertua terdengar begitu kencang, Yuan tahu pasti Kakaknya adu mulut lagi bersama kedua orang tuanya kalau saja Yuan sudah besar seperti Hoseok ada kemungkinan ia juga akan melakukan hal yang sama. Tungkai kecilnya sedikit melangkah ke arah pintu menariknya sedikit mata kecilnya mengintip di celah pintu melihat sang kakak yang menendang vas bunga dengan penuh emosi.

Yuan ketakutan.

Dengan keberanian yang Yuan miliki lantas tangan itu membuka pintu dengan lebar atensi Hosoek kini terpaku pada adiknya yang masih terisak. Hoseok mulai mengatur emosi mengacak rambut dengan frustrasi sebelum berjongkok di hadapan adik kecilnya tersebut, memamerkan senyuman lebar seperti biasa. Senyuman favorit Yuan. Senyuman palsu yang terbaik.

Hoseok mengusap bahu sang adik dengan lembut, "Kenapa?"

"PR, Yuan belum mengerjakannya."

"Kenapa?"

Yuan menunduk lesu. "Mama sibuk, Papa belum pulang. Hyungie bisa bantu Yuan tidak? Yuan takut di marahi Bu guru kalau tidak mengerjakan tugas."

"Ya sudah tunggu sebentar nanti Hyungie bantu."

"Hyungie sini," Hoseok mendekat sesuai intruksi dari tangan kanan Yuan yang melambai meminta dirinya untuk mendekat. Sejemang Hoseok terdiam lantas tersenyum detik berikutnya merasakan kecupan lembut di pipinya, "Terima kasih Hyungie, Yuan sayang Hyungie." Dengan wajah yang memerah Yuan memeluk leher sang kakak dengan erat. Hoseok hanya terkekeh seraya membalas pelukan Yuan.

Hoseok kembali ke kamar adiknya setelah mengganti seragam sekolah dengan pakaian santai. Netranya melirik Yuan tengah berkutat dengan buku gambar dan pensil warna. "Mana tugasnya?"

Yuan sedikit mendongkak tangan kecilnya menutup buku yang cukup besar kemudian ia simpan di meja, ia mengambil buku berukuran kecil bersampul tokoh Disney Frozen. "Ini," Yuan duduk di samping Hoseok mendengarkan penjelasan sang kakak dengan seksama di rasa mengerti Yuan lantas mengerjakan sisanya sendiri.

Hoseok's Homework [END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang