[24] angkringan

1.6K 154 5
                                    

"Bosen sama makanan rumah sakiit!" Teriak Iqbaal saat seorang suster membawa senampan makanan ke dalam ruang rawatnya.

Iqbaal meronta-ronta menolak makanan layaknya anak kecil yang tak ingin memakan sayur. Sedangkan seorang dokter wanita yang kelihatan mengenalnya menggelengkan kepalanya.

"Gue ngomong kayak sebagai temen lo ni! Bukan sebagai dokter lu ye, Makan atau gue suntik lu!"

"Ahelaaa teh, jahat amat ama adek sendiri!" Protes Iqbaal.

Wanita berjilbab yang memakai jas dokter masih saja menggelengkan kepalanya. Bahkan hanya karna adeknya ini, tiba-tiba ia diharuskan untuk pindah praktik ke rumah sakit ini oleh pihak management. Memang anak satu ini selalu menyusahkan sejak kecil, pikirnya.

"Tinggal telen aja susah amatsi!"

"Lu ngomong enak!"

"Emang enak!"

"Ah bodo gamau pokoknya!" Tolak Iqbaal yang kesekian kali.

"Yauda sono gausa makan sekalian sama sekali! Biar mati!"

"Kasaarrr" Ucap Iqbaal sambil manyun.

Sedangkan dokter yang ia panggil dengan sebutan 'teh' tadi mengelus-elus dadanya mencoba untuk bersabar menghadapi adiknya sendiri.

"Gue bilangin bunda, mampus lu!"

"Dih, yang ada elo sendiri yang kena kalo lo ngadu!"

"Aaahhh!" Iqbaal merengek lagi.

Karna pusing, akhirnya wanita berjilbab dengan jas putih bernametag Fildza Hasnamudhia itu melenggang meninggalkan ruang rawat ini dengan menutup telinganya. Menghindari suara melengking rengekan dari adiknya sendiri itu.

 Menghindari suara melengking rengekan dari adiknya sendiri itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫

Tok! Tok!

Gadis yang terduduk di sofa kecil di dalam ruang rawat sederhana ini segera menutup novel yang sedang dibacanya. Lalu melirik pintu memastikan apakah benar ada orang yang mengetuk. Setelah ia melihat bayangan seseorang, dirinya pun langsung bergegas hendak membukakan pintu.

"Haii!" Sapa seseorang dibalik pintu dengan penuh semangat.

"Loh?!" (NamaKamu) terkaget melihat pemandangan di depannya.

"Sstt! Gue bosen sama makanan rumah sakit, temenin keluar yuk cari makan!"

"Baal— tapi infus lo" Matanya menelurusi punggung tangan Iqbaal yang sedikit berdarah. Ia meyakini bahwa itu adalah bekas infusan yang sengaja Iqbaal lepas. Bahkan mungkin dilepas secara paksa oleh lelaki dihadapannya ini, pikirnya.

"Ahela, nanti tinggal minta pasang lagi! Gue juga gak kenapa-napa kok sebenernya"

Dengan penuh semangat, Iqbaal langsung menyelipkan kelima jarinya pada renggang kelima jari (NamaKamu) menuntunnya perlahan agar berjalan beriringan dengannya.

Untittled ✖️ IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang