[3] The new me, The same heart

2.3K 207 0
                                    

4 tahun kemudian

"Kita sebenernya mau nonton apa, Nif?" Tanya seorang gadis yang tengah berada diatas motor dengan kekasihnya.

"Katanya hari ini film Dilan udah mulai? Anak cewek kelas aku heboh banget tadi ngomongin itu. Terus aku inget, kamu baca novel itukan?"

Gadis yang ditanya tersentak kaget saat kekasihnya membicarakan soal film Dilan. Ia, ia tahu betul siapa si pemeran yang dinantikan oleh banyak orang itu. Berbeda dengan dirinya, memang benar apa kata Hanif tadi. Ia membaca serial novel Dilan 1990, Dilan 1991, hingga Milea. Ia juga sangat menyukai novel karya Ayah Pidi itu. Namun beberapa bulan lalu setelah pengumuman siapa yang akan berperan sebagai Dilan, rasa nafsunya untuk menonton mendadak hilang begitu saja.

"Ah, gausah lah film lain aja!" Ujarnya

"(Nam).. Gapapa. Tumben loh aku mau diajak kamu nonton film kayak gituan. Kamu nyia-nyiain kesempatan?"

"Kok jadi kayak kamu si yang semangat mau nonton?" Tanya (NamaKamu) cekikikan menggoda. "Padahal kamu ngehina aku lebay mulu tiap nyeritain soal tokoh-tokoh novel yang aku baca" Lanjutnya.

Hanif mendengus mendengar penuturan gadisnya. Memang benar, (NamaKamu) ini sering kali menjadi korban baper dari novel-novel yang ia baca dan berakhir dengan Hanif yang terkena imbasnya seperti, 'Hanif! Awas ya kamu kayak Matt, Masa dia udah jadian sama Mou tapi rangkul-rangkul cewe lain sih!' atau 'Niiif! tauga sii si Nathan tu ya aduh ah suka banget deh!' dan yang lebih parah lagi saat Hanif menjaili nya setelah perjalanan tidak jelas mereka yang hanya muter-muterin kompleks sesuai permintaan (NamaKamu) yang alasannya bosen di rumah itu 'Kayak Dilan dong, walaupun gak jelas tujuannya tapi tetep seneng! Yang penting berduaan sama Milea' sampai akhirnya Hanif muak dengan segala ke baperan gadisnya hingga mengatakan 'Lah aku Hanif bukan Dilan'

"Yaudah ni yakin gak mau? Aku udah ngasi kesempatan loh! Nanti kamu melas-melas lagi minta temenin nonton ke aku" Godanya.

"Ish! Serius Nif, aku lebih tertarik nonton yang lain. Lagipula juga takut mengecewakan gak sama kayak apa yang ada di imajinasi aku pas baca novelnya"

Hanif cuma bisa mengangguk sampai akhirnya mereka tak sadar bahwa motor Hanif sudah terparkir rapih di parkiran salah satu pusat perbelanjaan.

💫

"Cuma film Dilan yang bisa kita tonton hari ini (Nam). 3 studio penuh nayangin film itu semua. Juga kalo kita nonton film yang satu lagi, nanti kita bakal telat pulang. Aku gak mau langgar janji sama mamah kamu"

(NamaKamu) menghela nafas pelan. 'Apa ini? Kenapa takdir rasanya seperti membawaku lagi terlarut dalam masa lalu'

"Yauda deh!" (NamaKamu) tersenyum ceria seakan difikirannya tidak terbesit apapun.

"Yauda aku beli tiketnya dulu ya" (NamaKamu) hanya mengangguk sambil tetap melihat punggung Hanif yang mulai menjauh. Tersenyum hanya dengan melihat punggung kekasihnya.

Hanif itu, entah mengapa (NamaKamu) melihat perawakan badannya persis seperti Iqbaal. Ketika dia tertawa, ketika dia tersenyum, cara berpakaiannya, membuat Iqbaal selalu terlintas dimata (NamaKamu) sampai kadang tak sadar bahwa ia melihat Hanif sebagai Iqbaal. Tapi setelah setahun menjalani hubungan dengan lelaki itu, (NamaKamu) berusaha untuk mencintai Hanif sebagai seorang Hanif, Bukan sebagai seseorang yang ia anggap mirip dengan Iqbaal.

Bohong memang jika (NamaKamu) mengatakan bahwa ia telah melupakan kejadian sekitar empat tahun lalu itu. Nyatanya, ia masih sering men-stalking Iqbaal. Jujur, waktu tahu kabar tentang Iqbaal yang akan melanjutkan studi nya di USA saat itu ia sangat bangga pada Iqbaal. Dan semakin membuatnya tak menyesal memiliki perasaan lebih dari seorang fans pada Iqbaal.

"pintu theatre satu telah dibuka, penonton yang sudah memiliki tiket—"

"(Nam)! Ayo kita langsung masuk"

💫

Film sudah selesai diputar. Selama film berjalan (NamaKamu) selalu tersenyum perih melihat penampilan Iqbaal yang memerankan sosok Dilan. Iqbaal tak mengecewakan, yang (NamaKamu) pikir akan menghancurkan imajinasi nya ketika membaca novel ternyata tidak terjadi. Iqbaal ia anggap sukses dalam memerankan sosok Dilan seperti apa yang ada di imajinasi nya akan sosok Dilan.

Saat Hanif dan (NamaKamu) hendak meninggalkan bangku mereka, terdengar suara dari seseorang yang memakai mic menginterupsi mereka untuk duduk di tempat kembali.

"Penonton sekalian, yang kita tunggu-tunggu telah tiba! please welcome, Iqbaal Ramadhan! Vanesha Prescilla! and others Dilan cast!"

(NamaKamu) tertegun, masih dengan posisi setengah berdiri. Hanif memperhatikannya bingung. Bingung dengan perubahan mimik wajah gadisnya sekarang. Ada yang terasa aneh disini. "Kenapa, (Nam)?" Tanyanya.

"Eng-enggak!"

"Kamu mau pulang aja?"

"Gapapa, nanti aku bilang mamah kita pulang sedikit telat"

Hanif tersenyum mengangguk mengerti. Tanpa sepengetahuan (NamaKamu), ternyata Hanif membeli tiket film nobar bersama cast Dilan. Hanif pikir (NamaKamu) akan menyukainya. Ia memang selalu bilang gadisnya lebay soal novel, namun ia tetap mengerti bagaimana seorang cewek kalau memang mereka sudah menyukai sesuatu itu. Dan menurutnya rencana nya berhasil sesuai dugaannya. (NamaKamu) menyukainya walau Hanif sempat ragu karna perubahan wajah (NamaKamu) yang seakan melihat hantu tadi. Namun Hanif membuang jauh-jauh kecurigaannya.

To be continue—

Untittled ✖️ IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang