[20] Apa Lagi Ini?!

1.6K 151 0
                                    

"Dengan ini pengadilan menyatakan kasus tabrak lari di Jl. Nusantara telah ditutup!"

Tuk! Tuk! Tuk!

(NamaKamu) memejamkan kedua matanya berat kala palu diketukan sebanyak tiga kali oleh hakim.

Apa-apaan ini?! Bahkan pelaku yang telah mendapat hukuman bukanlah pelaku yang jelas ia lihat saat kejadian itu.

Tiba-tiba seorang lelaki dewasa menghampirinya dan menepuk pundaknya. "Maaf"

"Untuk?"

"Saya tak bisa membantu banyak. Meski saya sudah menekankan pada hakim perihal apa yang anda sampaikan pada saya waktu itu. Ia tetap tak mau memperpanjang kasus ini. Entah bagaimana semua bukti telah mengarah pada pelaku yang sekarang ditahan itu" Kemudian lelaki ini melirik kearah lelaki dewasa lain yang memakai baju kuning khas tahanan.

"Sekali lagi, saya minta maaf" Lanjutnya. Lalu pergi melenggang meninggalkan (NamaKamu) yang putus asa.

Mungkin Hanif ataupun Zee bisa bilang bahwa yang penting kasus Ibunya selesai dengan cara hukum. Namun tetap saja menurutnya itu tak adil. (NamaKamu) tak ingin banyak. Ia hanya ingin pelaku yang sebenarnya lah yang mendapat hukuman setimpal atas apa yang ia lakukan pada Ibunya yang hingga sekarang belum menunjukkan tanda-tanda ingin membuka mata.

💫

Seorang lelaki lengkap dengan topi dan kacamata bulatnya menjadi salah satu yang hadir dalam persidangan kecil ini. Ia menaikkan kerah turtle neck berwarna merah yang ia pakai hari ini untuk menutupi sedikit wajahnya.

Tak ada yang curiga ataupun menyadari kehadiran ia disini.

Dengan tenang ia meninggalkan tempat persidangan. Setelah sebelumnya melirik gadis yang ada di bangku depan dengan lemasnya. Ingin sekali ia memeluk gadis itu dan mengatakan bahwa ia akan berusaha mendapatkan pelaku aslinya. Namun bagaimana? Ia pun tak tahu harus membantu apalagi.

Yang pasti ia tahu, pelaku yang bertanggung jawab atas kasus ini bukanlah orang sembarang. Karna ia bisa dengan mudahnya menutupi diri dari semua ini.

"Udah?"

Iqbaal hanya mengangguk.

"Yauda, kita langsung ke lokasi sekarang"

Iqbaal hendak memasuki mobil nya, namun langkahnya terhenti setelah melihat gadis itu keluar dari gedung. Gadis itu terduduk setengah terjatuh di tangga. Iqbaal memang tak melihat dengan jelas. Namun ia tahu, ketika kepala gadis itu tertunduk, mata indahnya mengeluarkan setetes air mata membuat Iqbaal menahan diri untuk menghampiri gadis itu.

"Bang, gue boleh minta tolong lagi?"

Sedangkan lawan bicaranya mengerutkan kening karna bingung. "Apa lagi, Bay?"

💫

"Cut! Kita break dulu!"

Iqbaal mengelap keringatnya. Sedangkan seorang kru langsung menghampirinya dengan membawa sebotol air mineral dingin yang langsung disambut senang oleh Iqbaal.

Sambil masih meneguk minumannya hingga setengah, Iqbaal berjalan menuju kursi yang selalu ia bawa ke lokasi sebagai tempatnya beristirahat.

"Ahh, seger!" Serunya setelah menghabiskan sebotol air mineral saking kehausan sejak tadi.

"Ini semua yang lu minta. Profil, riwayat hidup, prestasi, dan sebagainya udah ada lengkap dalam map ini" Ucap Bang Omen sambil melempar sebuah map besar kearah Iqbaal.

Iqbaal dengan sigap langsung menangkap lemparan bang Omen. "Sumbernya bisa dipercaya?"

"Ngeraguin gue ni?" Ucap Bang Omen yang langsung dihadiahi gelak tawa dari Iqbaal maupun dirinya sendiri.

Iqbaal langsung membuka map tersebut. Sibuk membolak-balik lembaran yang ada di dalam map tersebut. Jika dilihat sekilas, isi dari map tersebut seperti sebuah dokumen yang tak sembarang orang bisa memilikinya. Namun mengapa Iqbaal bisa memilikinya?

(NamaKamu) Anggitananda

Nama itulah yang jelas tertulis pada bagian pertama paling atas lembaran tersebut. Seketika pula Iqbaal tersenyum entah mengapa. Bang Omen yang kebingungan pun lantas bertanya, "Ngetawain apa lo, Bay?"

"Cantik" Ucap Iqbaal dengan senyumannya yang kembali merekah.

Bang Omen makin mengernyitkan dahinya ketika mendengar kata cantik yang Iqbaal ucapkan barusan. Karna penasaran, ia pun melihat ke dalam lembaran yang ia lempar tadi. Terlihat lah sebuah foto gadis yang memang datanya lengkap ada di lembaran yang sedang dipegang Iqbaal. Bang Omen yang sadar kata cantik barusan itu untuk siapa pun menggelengkan kepalanya sambil terkekeh.

"Bay.. Bay.."

Namun senyuman Iqbaal terhenti kala membaca salah satu paragraf dari lembaran yang sejak tadi ia pegang.

'Ibu bernama Agustina Rhana dan Ayah bernama Angga Kurniawan. Telah bercerai saat Ananda (NamaKamu) berumur genap 6 tahun. Ayahnya menikah lagi setelah 4 bulan perceraian. Hak asuh jatuh kepada sang Ibu yang tak menikah lagi hingga sekarang.'

Iqbaal tak tahu mengapa. Namun rasanya nama Angga Kurniawan itu tak asing lagi di telinganya. Namun siapa? Ia tak merasa kenal dengan seorang yang ternyata Ayah (NamaKamu) itu. Hanya saja.. Ah, Iqbaal tak tahu.

Dan Iqbaal sendiri baru mengetahui fakta ini. Sekarang ia sadar, pantas saja disaat kondisi Ibunya yang seperti sekarang, Iqbaal bahkan tak melihat keberadaan Ayah (NamaKamu). Ketika membaca dokumen ini sampai habis pun, Iqbaal baru merasa bahwa ternyata tak banyak yang ia ketahui perihal gadis itu.

💫

"Minum dulu, (Nam)" Ucap Zee seraya menyerahkan segelas air mineral yang ia ambil dari dispenser di dalam ruang rawat Ibu (NamaKamu) ini.

(NamaKamu) meneguk air dengan perlahan. Pikirannya kerap kali kosong sejak kepulangannya dari pengadilan. Ia frustasi. Bahkan Hanif, kekasihnya menyuruhnya untuk menyerah saja. Tak ada lagi yang dapat dibantunya. Bang Omen? Ia tetap menjadi mata-mata mengawasi gerak-gerik Steffi. Mengabarinya jika ada sesuatu yang bisa dipakai sebagai bukti. Namun sejak info terakhir yang diberikan padanya soal pembicaraan Steffi dan kepala perusahaan management yang ternyata adalah om nya Steffi sendiri itu, (NamaKamu) tak bisa menjadikan itu sebagai bukti. Ia tahu, pihak kepolisian maupun hakim pun tak dapat menerimanya karna itu saja tidak kuat untuk menunjukan bahwa Steffi lah pelaku yang sebenarnya.

Saat bang Omen menceritakan kejadian itu pula ia meminta maaf. Ia telah menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan bodohnya ia hanya sibuk mendengarkan tanpa mempergunakan waktu itu sebagai bukti. Seperti merekam obrolan mereka misalnya. Ia sungguh terlalu fokus mendengarkan tanpa sadar.

"Gue gak bisa bantu banyak. Cuma bisa selalu ada disamping lo dan terus nyemangatin lo" Ucap Zee mengambil duduk di sebelah (NamaKamu) seraya memeluk tubuh gadis itu dari samping.

To be continue—

Untittled ✖️ IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang