IX : That Fool

37 5 0
                                    

"Lee Jinhee!" Jungkook melambaikan tangannya padaku segera setelah aku turun dari bus.

"Hai, apakah aku terlambat?" Aku berjalan mendekatinya.

"Tidak, hanya saja kita sama-sama datang lebih awal" ia tersenyum.

"Oh dan juga" ia terdiam sejenak "kau terlihat cantik hari ini."

Aku terlalu terkejut untuk menjawab komentarnya. Jantungku berdegup sangat kencang.

"Uh, maksudku, bukan seperti kau tidak terlihat cantik di hari-hari sebelumnya. Hanya saja kau tampak lebih cantik hari ini." kata Jungkook sembari ia mengacak rambutnya.

DAMNIT JEON JUNGKOOK, STAPH.

Aku tertawa kecil, "Terima kasih?"

"Tentu saja," ia tersenyum "Ayo kita pergi. Restoran Italia yang kusebutkan tadi ada di ujung jalan."

Aku berusaha untuk menahan diriku agar tidak menggila sepanjang waktu sembari berjalan di sebelahnya.

Ia mengenakan sweater bergaris-garis merah gitam dan jaket hitam varsity dengan angka berwarna putih dibagian belakang. Dipadukan dengan jeans berwarna hitam polos. Jadi pria ini benar-benar menyukai hitam, putih, dan merah, huh?

Saatkami berjalan, aku menyadari bahwa ia mengenakan boots Timberland yang sama seperti milik Jimin.

"Apakah ada yang salah dengan sepatuku?" tanyanya sembari tersenyum. Oh bodoh, tanpa kusadari, aku telah menatap sepatunya cukup lama.

"Tidak, hanya saja Jimin memiliki sepasang sepatu yang sama seperti yang kau kenakan." Aku membalas senyumannya.

"Ahh, Jimin. Dia terus menerus mengatakan bahwa sepatuku keren semenjak aku mendapatkannya. Sepertinya dia pada akhirnya membeli sepasang untuk birinya sendiri, huh?" Ia tertawa kecil.

"Orang bodoh itu," Aku tertawa kecil sembari menggeleng-gelengkan kepalaku, teringat olehnya.

"Omong-omong, pakaian kita terlihat sama?" ujarnya saat kami melangkah menyebrangi jalan bersamaan dengan pejalan kaki lainnya.

"Yeah, sebenarnya aku mendapatkan sedikit bantuan" jawabku.

"Dari siapa?" Jungkook memandang kearahku, menunggu jawabanku.

"Orang yang baru saja kita bicarakan."

"Park Jimin? Whoa, Aku harus mengakui bahwa dia punya selera yang bagus pada fashion." Sahut Jungkook.

"Fashion wanita," kataku menambahkan. Kami tertawa bersama saat kami membicarakan tentang Jimin.

"Kita sudah sampai," katanya sembari membukakan pintu restoran untukku.

Sesaat setelah kami melangkah masuk, kami disambut oleh harum tanaman herbal dan bumbu-bumbu lainnya. Suasananya nyaman namun berkelas. Tema dari restoran ini adalah vintage, dengan papan dari kayu jat berwarna gelap sebagai lantainya, dan kursi dan meja ukiran kayu berwarna putih. Diatas tiap meja, tergantung lampu kecil yang memancarkan cahaya redup berwarna kuning. Alunan musik jazz yang lembut terdengar dari speaker, membuat suasana menjadi semakin mewah.

Kami memilih meja di dekat jendela. Jungkook menarik kursi untukku sebelum duduk di seberangku.

Benar-benar pria yang sopan.

Setelah mempelajari menu didepan kami untuk beberapa saat dan memutuskan apa yang akan kami makan, kami pun memesan makanan kami. Aku dengan Aglio Olio-ku sedangkan Jungkook dengan lasagna-nya.

Saat kami menanti pesanan kami, hujan mulai turun di luar sana. Aku menatap air hujan yang mengalir turun di luar kaca jendela. Hujannya tidak deras, tapi memberikan kesan yang menyakitkan. Tiba-tiba, aku merasa sedikit menggigil, bahkan didalam sama sekali tidak terasa dingin. Kucoba untuk menghilangkan perasaan yang aneh itu dengan berbicara kepada Jungkook.

ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang