XX : Gone for Good

18 3 0
                                    

Aku mencoba menenangkan diriku dengan mengambil beberapa helaan nafas panjang sebelum memasuki kamar Jimin.

Aku tidak akan kalah darimu, trauma sialan.

Kurasakan gelombang kekuatan datang dari dalam diriku, seperti aliran listrik, mengalir ke tanganku dan mendorong pintu agar terbuka.

Kulihat seseorang meringkuk hangat di balik selimut.

Itu adalah Jimin, ia ada disana..

Ia benar-benar berada disana, tertidur lelap.

Kulangkahkan kakiku mendekati ranjang lalu duduk di tepinya. Ia masih terlelap. Kupandangi ia untuk beberapa saat. Matanya tertutup tapi warna-warni kehidupan terlukis jelas di wajahnya. Kuperhatikan dadanya yang naik turun setiap kali ia bernafas. Aku merasa bersyukur karena telah diberikan kesempatan satu kali lagi.

"Jiminnie.." Aku mengelus rambutnya pelan.

"Hm?" Ia menggumam dan menarik tanganku. Aku tidak berpikir ia akan menarikku seperti ini, membuatku hampir terjatuh menimpanya, untung saja aku bisa menjaga keseimbanganku. Ia menggenggam tanganku erat, seperti anak kecil. Aku bisa merasakan kupu-kupu menari-nari di perutku.

"J-jiminnie, bangunlah,"

Ia tidak memberikan respon apa-apa karena sepertinya ia masih asyik dengan mimpinya. Aku memikirkan cara lain untuk membangunkannya.

"Jiminnie, cepat. Taeyang ada disini!"

"Dimana?!" Ia membuka matany dengan cepat.

"Mataharinya? Sudah terbit." [Taeyang memiliki arti lain yang berarti matahari]

Ia menggerutu dan melepaskan genggamannya pada tanganku, kemudian berbalik dan kembali tidur.

Aku menggoyangkannya dengan lemah lembut sembari berkata "Ayolah Jiminnie.." yang tentu saja tidak mendapatkan respon apapun.

"Bangun bangun, manis. Atau Tuan Oh akan menghukummu lagi.."

"Sialan, kau menakutiku." Ia mengusap matanya kemudian terduduk.

"Selamat pagi juga, Jiminnie. Sekarang ayo mulai harimu!" Aku tertawa kecil.

Setelah menunggunya untuk bersiap-siap sembari memakan sarapan yang dibuatkan Nyonya Park; meskipun aku sudah makan di rumah, kami beranjak pergi ke sekolah. Hari itu Jum'at yang cerah. Matahari bersinar terang dan udara yang terasa hangat. Burung-burung berkicau ramai saat kami melenggang memasuki lapangan sekolah.

-

"LEE JINHEE!" seru Taehyung saat ia mendapatiku menyelinap memasuki runag latihan mereka. Mereka semua sedang duduk di atas lantai yang terbuat dari kayu, sepertinya baru saja menyelesaikan latihan dance mereka, karena kuperhatikan mereka masih terengah-engah.

"Hei kawan-kawan," Aku tertawa kecil.

"Hei! Apa yang membawamu kemari?" Tanya Jungkook.

"Untuk menemuimu," kata Hoseok sambil berdeham, membuat yang lainnya tertawa.

"Diam, ia mungkin merindukan aku." ujar Jimin.

"Aku sudah mengambil semua foto yang harus aku ambil untuk pertemuan klub fotografi hari ini, aku tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan," aku mengangkat bahu.

"Coba aku lihat!" Jimin beringsut mendekatiku.

Kuberikan kameraku padanya. Matanya berbinar saat ia melihat semua foto yang aku ambil hari ini. Ia sepertinya tertarik dengan beberapa foto yang aku ambil.

"Whoa, siapa pria ini? Bukankah ia terlihat begitu menawan," ia terkikik.

Aku ikut melihat foto-foto bersamanya, ia telah me-scroll gallery begitu jauh dan kini ia tengah memperhatikan fotonya dan Yoongi yang aku ambil secara diam-diam dua bulan lalu. Aku kemudian teringat bahwa aku belum menggunakan kameraku sama sekali sejak... hari itu, dan bahkan belum mengganti memory card-nya. Pipiku memerah karena ketahuan memotretnya diam-diam.

ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang