X : X

41 6 10
                                    

"Hanya saja kau terlihat sudah menyukai orang lain lebih dari kau menyukaiku."

Pikiranku mendadak kosong dan raut mukaku penuh dengan tanda tanya.

"Apa maksudmu?"

Ia mencoba untuk menghilangkan suasana canggung itu dengan merubah nada suaranya. "Hei, bagaimana bisa dirimu sendiri tidak menyadari hal itu. Kau benar-benar jatuh cinta pada Park Jimin."

"Apa- Park Jimin?" Aku mengernyitkan alisku karena aku tidak begitu mengerti akan apa yang ia coba buktikan.

"Yeah," ia memberikan senyuman yang sedikit menunjukkan rasa sakit dibaliknya.

"Berhentilah bercanda, Jungkook." Aku mencoba untuk melunakkan ekspresiku. "Itu tidak lucu."

Ia menghela nafas berkecil hati, tapi kemudian tersenyum dan melanjutkan. "Cobalah kau berpikir tentang hal ini sendirian. Aku berani bertaruh meskipun aku berada di sebelahmu hari ini, kau memikirkan nama Park Jimin lebih dari 10 kali"

Yah aku pikir hal itu tidaklah salah. Mungkin karena aku telah banyak menghabiskan waktuku bersamanya.

Benarkan?

"Matamu bersinar-sinar setiap saat kau memikirkannya."

Aku tidak bisa melihat mataku sendiri. Tapi jika hal itu benar, aku membayangkan bagaimana hal itu membuat Jungkook merasa tidak nyaman.

"Dan kau mungkin sudah ingin memberitahukan semuanya yang telah terjadi hari ini," ia menutup teorinya yang ternyata memang sangat tepat.

Pikiranku terbuka dan aku bertanya-tanya jika apa yang ia katakan adalah benar adanya. Aku mulai merasa bersalah dan aku pun menunduk. Aku ingin menyangkal semua yang ia katakan akan tetapi aku sendiri, merasa tidak begitu yakin.

Aku tidak menyukai Park Jimin.

Apakah aku menyukai Park Jimin?

Ia tertawa lembut.

"Kau tidak perlu merasa bersalah, perasaan kita memiliki pikiran mereka sendiri." Jungkook mengangkat tangan kanannya untuk mengelus lembut rambutku. Aku tetap menatap tanah dibawahku.

"Hei, jangan bersedih seperti itu. Kau tahu apa? Aku sebenarnya sudah menduga hal ini sejak awal."

Aku menengadah, "Apa? Tapi mengapa?"

"Yah sejak hari pertama di sekolah semuanya, termasuk aku, sudah berpikkiran bahwa kalian ini sebenarnya berkencan. Tapi kemudian terbentuklah Bangtan dan aku menjadi lebih dekat dengan Jimin, dari sana aku baru tahu bahwa kalian berdua sebenarnya hanyalah sabahat dekat."

Aku memperhatikan perkataannya, "Lalu?"

"Meskipun kalian menegaskan bahwa kalian hanyalah sahabat dekat, aku selalu merasa bahwa Jimin menyukaimu. Maksudku seperti.." ia berhenti untuk memikirkan apa yang akan ia ucapkan sebelum akhirnya melanjutkan "Seperti sungguhan. Sebenarnya terlihat sangat jelas."

Perutku bergolak akan kata-katanya. Jimin menyukaiku?

Itu terasa aneh, tapi aneh yang menyenangkan, pikirku?

"Kemudian suatu saat aku mulai menyukaimu juga, tapi aku berusaha menghormati perasaan Jimin dan mencoba untuk menahan diri. Tapi ketika dia menggodamu karena kau menyukaiku belakangan ini, aku berpikir bahwa mungkin asumsiku salah. Dari situlah, aku memutuskan untuk mengajakmu berkencan."

Ia mengacak rambutnya sebelum melanjutkan. "Sejak hari ini, aku menyadari bahwa sebenarnya kalian berdua menyukai satu sama lain. Yah, aku hanya.... tidak ingin merasa menjadi orang ketiga. Apalagi jika salah satu dari kalian adalah teman dekatku." Aku mendengarkan penjelasannya tanpa memberikan respon apapun, rasa bersalah itu kembali setelah aku mendengar kalimat terakhirnya itu.

ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang