XXVI : Assumptions

56 2 3
                                    

Hari itu adalah hari Minggu yang cerah. Aku baru saja kembali dari gereja sekitar satu jam yang lalu, dan bahkan baru saja kembali berguling diatas ranjangku, tidak tahu apa yang akan aku lakukan untuk menghabiskan waktu setelah itu. Kuambil ponselku, sepi, tidak ada notifikasi terbaru.

Dari Jimin pun tidak ada..

Kuhela nafasku dan kuputuskan untuk melihat-lihat foto yang kami ambil kemarin.

Foto yang kuambil bersama Jimin di Lotte World membuatku tersenyum. Mata kami berbinar-binar dan kami terlihat bahagia.

Yah, kita dulunya bahagia.

Namun kemudian aku tidak sengaja sampai pada foto yang membuat hatiku menghangat. Foto itu adalah foto Jimin yang terlelap di atas sofa.

Aku mendebat diriku sendiri, apakah aku harus menelepon atau setidaknya meninggalkan pesan untuk Jimin atau tidak.

Pada akhirnya, aku tidak melakukannya. Kupikir akan cukup egois jika aku terus-menerus mengambilnya dari keluarganya. Mereka juga berhak mendapatkan waktu untuk bersamanya juga, apalagi setelah apa yang terjadi selama ini.

Aku mengerang lalu melempar ponselku ke sembarang arah di atas ranjang kemudian berjalan keluar kamar. Masih dengan memeluk bantal kesukaanku yang sprainya terasa dingin di kulitku, aku berjalan turun. Ayahku terlihat tengah membenarkan radio tua yang sepertinya baru saja ia temukan di garasi. Sedangkan aku tidak melihat ibuku dimanapun.

"Ayah? Dimana Ibu?" tanyaku.

"Pergi berbelanja."

"Apa?" Aku menautkan alisku, "Tapi mengapa Ibu tidak memberitahuku kalau akan keluar?"

Ayahku tertawa kecil mendengar pertanyaanku sebelum berkata, "Ibu pikir kau tidur."

Aku menjatuhkan diriku diatas sofa dan menutup wajahku dengan bantal yang kubawa. "Tapi aku ingin ikut!"

Masih dengan wajah yang tertutup, aku berbaring dan melanjutkan rengekanku.

"Anakku yang sedang bosan," kata ayahku sebelum melanjutkan, "Mengapa kau tidak memberi makan Ryanghyung dan Ryangha saja?"

Aku segera bangkit dan berjalan menuju aquarium di ruang keluarga kami. Aku melihat dua ikan emas yang berenang mengelilingi aquarium. Ku sebarkan beberapa makanan ikan untuk mereka dan menyaksikan bagaimana mereka berdua melahapnya seketika. Setelah beberapa saat, tidak ada lagi yang tersisa.

Seolah sepperti tidak terjadi apa apa.

Aku pasti sangat bosan karena aku terus menatap kedua ikan itu. Setelah beberapa lama memperhatikan, baru kusadari bahwa Ryangha mempunyai mata yang sedikit lebih kecil daripada Ryanghyun. Tawaku meledak saat aku baru saja menyadari fakta bahwa ayahku menamai mereka dari nama penyanyi favoritku saat aku masih kecil. Ayahku hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkahku.

Tak lama kemudian, ibuku berjalan masuk dengan membawa beberapa kantung belanjaan dan aku yang sedari tadi melihat ikan emas, bergegas untuk membantunya.

"Ibuuu mengapa Ibu tidak memberitahuku kalau Ibu mau pergi berbelanja? Aku bosan.."

"Maaf Sayang, kupikir kau tidur lagi!" Ibu meletakkan beberapa kantung di atas meja sebelum kemudian melanjutkan, "Tapi setidaknya sekarang kau bisa membantu Ibu membuat brownies?"

Aku mengangguk setuju dan bergegas untuk membantunya.

Setelah sekitar satu setengah jam kemudian, brownies yang masih mengepul hangat terletak diatas meja makan, siap untuk dimakan. Ibuku memotong sebagian untuk kami makan. Rasanya enak, apalagi saat aku ikut membuatnya tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang