Lani tengah makan malam bersama ayahnya dengan suasana yang tenang
"Apa yang terjadi pada mu belakangan ini Lida?" tanya Brama sambil menatap putrinya tajam
"Tidak terjadi apapun" jawab Lani sambil mengunyah makanannya dengan santai, tidak memperdulikan tatapan marah yang terpancar dari sorot mata ayahnya
"Papa bahkan mendapat laporan kalau kamu selalu mendapat nilai terendah di sekolah" ujar Brama benar-benar marah atas sikap putrinya yang banyak berubah akhir-akhir ini
"Mereka terlalu melebih-lebihkan Dad, nilaiku tidak seburuk itu, aku hanya sering mendapat nilai 3, itu sudah sangat bagus Dad" jelas Lani bangga, karena memang di sekolahnya dulu, Lani selalu mendapat nilai 1 atau 0 di semua mata pelajaran
"Tidak hanya itu, papa juga mendengar kamu sering tidur di kelas dan bolos sekolah, kenapa kamu melakukan semua itu Lida? Kamu benar-benar membuat papa malu, apa Raja yang mengajakmu berbuat buruk seperti itu?" tanya Brama sambil menatap putrinya tajam
"Tidak, aku hanya bosan dengan pelajarannya" jawab Lani santai
"Dan hal yang paling membuat papa marah adalah, papa mendapat laporan bahwa kamu hampir berciuman dengan putranya si Mark itu" ujar Brama benar-benar tidak habis pikir dengan sikap putrinya
"Oh masalah itu, biadalah Dad, anak muda" jawab Lani santai membuat ayahnya semakin geram
"Mulai besok, papa akan mengirimmu ke asrama" jelas Brama tegas, Lani menghentikan kegiatan makannya dan menatap ayahnya tajam
"Aku menolak! Aku tidak ingin masuk ke asrama" tolak Lani dengan tegas
"Saat papa memintamu untuk masum asrama, itu artinya kamu harus masuk asrama, keputusan papa sudah final, dan papa tidak akan merubahnya" jelas Brama tegas, Brama tidak ingin putrinya terus bersikap liar seperti itu
"Tidak! Aku tetap menolak, jika Dad tetap memaksaku untuk masuk asrama, aku lebih baik memilih mati saja" ancam Lani membuat Brama tersenyum meremehkan
"Kamu tidak akan bisa mengancam papa Lida" ujar Brama membuat Lani jengkel, Lani akhirnya mengerti kenapa Lida lebih memilih terlahir dari keluarga sederhana, semua itu karena ayahnya, ayah mereka terlalu mengekang hidup Lida, membuat Lida merasa tertekan
"Baik kalau Dad memang menantangku" ujar Lani langsung memecahkan gelas minumannya, mengambil serpihan gelas itu, dan menggoreskan dengan pelan di nadi tangannya, membuat darah segar langsung keluar dari goresan luka itu, Brama menatap putrinya tidak percaya
"Lida! Apa yang kamu lakukan!" teriak Brama panik, Brama beranjak dari tempat duduknya dan melangkah dengan cepat menghampiri Lani
"Jangan mendekat! Atau aku akan mkin menggores nadi ini dengan dalam!" ancam Lani tegas membuat Brama menghentikan langkahnya dengan wajah panik
"Berhenti Lida!" pinta Brama tegas
"Berjanjilah Dad akan memberikan aku kebebasan, jangan pernah memaksakan kehedak Dad pada ku lagi" pinta Lani membuat Brama mendengus kesal
"Baik papa berjanji, sekarang lepaskan serpihan kaca itu!" pinta Brama dengan penuh harap
"Dad bersumpah?" tanya Lani berusaha memastikan
"Iya Dad bersumpah!" jelas Brama tegas membuat Lani tersenyum senang, Lani kemudian melepaskan serpihan gelas di tangannya
"Raimun, cepat ambilkan kotak P3K!" pinta Brama tegas sambil mendekati putrinya, memegang tangan putrinya yang terluka dengan raut wajah yang cemas
"Aku menyayangi mu Dad" ujar Lani menatap ayahnya penuh kasih sayang, membuat Brama tertegun, Brama menatap putrinya bingung, tidak pernah Brama melihat putrinya seperti iti sebelumnya
Sementara itu di bali, Maura langsung memeluk Lida yang baru pulang sekolah, di peluk seerat itu oleh ibu kandung sendiri, membuat Lida merasa sangat bahagia, Maura melepaskan peluklannya dan menatap putrinya dengan tatapan berkaca-kaca
"Mama mendapat kabar dari kepala sekolah bahwa kamu menjadi peringkat pertama di sekolah, mama juga mendengar kamu mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di london" ujar mamanya bangga, Lida tersenyum senang melihat kebanggaan yang terpancar di wajah mamanya, Lida juga menebak bagaimana wajah ayahnya ketika Lida benat-benar meraih peringkat pertama, meskipun Lida merasa mendapatkan peringkat pertama di sekolah Lani adalah hal yang mudah, karena di sekolah itu Lida tidak memiliki saingan yang berat seperti Bara
"Iya ma, apakah mama mengijinkan ku berkuliah di london setelah selesai SMA nanti?" tanya Lida penuh harap, Lida berharap mamanya tidak akan seperti ayahnya yang selalu mengekang hidup Lida
"Tentu, apapun yang membuatmu bahagia, mama pasti menyetujuinya" jelas Maura mantap, Maura benar-benar bangga karena putrinya sudah berubah menjadi sangat baik, Lida langsung memeluk mamanya erat
"Terima kasih ma, aku menyayangi mama" ujar Lida dengan tulus
"Mama juga menyayangimu sayang" balas mamanya tidak kalah tulus
***Lanii menghampiri Bara dan teman-temannya yang tengah bermain basket, suasana lapangan basket begitu ramai di penuhi siswi-siswi yang tentunya menonton Bara bermain basket
"Bara! " panggil Lani dengan keras saat Bara tengah memasukan bola ke dalam ring, Bara menoleh ke arah Lani
"Apa?" tanya Bara pada Lani yang tengah berdiri di samping lapangan basket
"Ikut main dong" pinta Lani semangat, Lani memang tidak begitu pintar dalam semua jenis mata pelajaran yang memerlukan kepintaran otak, tapi Lani sangat jago dalam hal bermain basket, Bara menatap Lani dengan tatapan meremehkan
"Memang kamu bisa?" tanya Bara heran, seingat Bara, Lida bukanlah tipe cewek yang hobi berolah raga, Bara sangat tau kalau Lida lebih memilih menghabiskan jam istirahatnya di perpustakaan atau di ruang kesenian
"Bisa dong, main basket itu kecil" ujar Lani semangat, Bara masih menatap Lani ragu
"Sejak kapan kamu hobi main basket?" tanya Bara menyangsikan kemampuan Lani
"Sejak lama dong, boleh ya ikutan" pinta Lani penuh harap
"Ok, tapi awas ya kalau kamu sampai pingsan atau cidera, aku tidak sudi untuk menolong" jelas Bara membuat Lani tersenyum senang
"Tenang! Basket itu keahlian ku" jawab Lani mantap sambil bergegas memasuki lapangan basket, bermain basket bersama Bara dan teman-temannya, Bara sedikit takjub saat melihat Lani begitu ahli bermain basket
Bel masuk sekolah menghentikab permainan basket mereka, Lani menyanggul rambutnya secara asal-asalan karena kepanasan, Bara menghampiri Lani masih dengan perasaan heran
"Aku tidak pernah tau , kalau kamu jago bermain basket seperti tadi" komentar Bara membuat Lani tersenyum bangga
"Kan sudah aku katakan tadi, basket itu keahlian ku" jelas Lani bangga, Lani melangkah berjalan menuju kelas nya
Bara mengikuti langkah Lani dari belakang, mengamati penampilan dan tingkah Lani berbeda dari biasanya, selama ini Bagas selalu mengenal Lida sebagai cewek yang selalu jengkel dengan semua sikap Bara, tapi belakangan Bara merasa Lida sangat santai terhadap dirinya, tidak hanya itu, saat pengumuman peringkat semester ini
Bara sangat kaget mendapati Lida menempati peringkat terakhir, dan sikap cewek itu seolah masa bodoh dengan nilainya, Bara juga sering mendengar pembicaraan teman-teman cewek di kelasnya yang menggosipkan tingkah aneh Lida saat mereka sudah kelas 3 ini, Lida sering tidur di kelas, sering bolos , Bara merasa Lida benar-benar menjadi orang yang berbeda
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival Rasa Pacar
RomanceBagi Bara, Lida adalah rival utama Bara dalam meraih juara 1 umum di sekolah mereka, tapi apa jadinya jika setelah menghilang selama seminggu Lida muncul kembali menjadi pribadi yang benar-benar baru, bahkan prestasi Lida yang biasa berada di urutan...