Kebencian yang berlebih sejatinya adalah awal dari rasa cinta yang membuncah – Ario Muhammad
---
Sejauh apa pun engkau menghindar, jika takdir telah menitahkanmu bertemu dengan seseorang yang akan mengubah hidupmu, maka pasti akan terjadi. Tak peduli seberapa kuat ikhtiarmu untuk menjauh, Allah pasti akan mendekatkanmu.
Begitu juga pertemuan Dara dan Amri hari ini, mereka tahu, kejadian mencekam beberapa pekan sebelumnya telah berakhir dengan lambaian tangan dan ucapan terima kasih. Tidak ada lagi tegur sapa, pertemuan-pertemuan kecil, apalagi komunikasi intens. Episode Dara dan Amri sudah berhenti saat lelaki berdarah Melayu itu mengantarkan kepergian Dara dan teman-temannya dari ujung pagar rumah di Brunswick pagi itu.
Maka melihat wajah Dara hari ini seperti rangkaian pertemuan yang tak mungkin datang karena kebetulan. Amri menyadari itu.
"Dara, kok sama Azizah di sini?" Amri yang masih terpaku menatap Dara seketika memindahkan pandangannya kepada adiknya yang duduk di hadapan Dara. Amri berdiri di antara keduanya.
"Eh, Bang Amri kenal Dara?" Azizah yang dari tadi memicingkan mata kebingungan menyaksikan dua orang di hadapannya saling sapa, meminta penjelasan.
"Iya, Azizah. Abangmu menyelematkanku dari empat orang lelaki yang hendak menggangguku di hari pertamaku tiba di Bristol," sebelum Amri mengurai jawabannya, Dara terlebih dahulu menjelaskan panjang lebar kepada Azizah.
"Really? How come?" ekspresi terkejut Azizah tergambar dari kedua bola matanya yang melebar.
"Panjang ceritanya, Azizah. Nanti saja akan Abang ceritakan. Kamu belum menjawab pertanyaan Abang, kenapa bisa bersama Dara di sini?" Amri bergerak mengambil kursi dan duduk di samping Azizah.
Kali ini dia sudah berhadapan dengan Dara. Entah kenapa, jatungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Seakan mengirimkan pesan kepada saraf-sarafnya untuk waspada dengan kecantikan perempuan bernama Dara. Gadis Indonesia itu kali ini terlihat anggun dengan wajah yang lebih cerah dibanding pertemuan pertama mereka.
"Azizah butuh tutor tambahan untuk Science and Math, Bang. Saingan untuk menembus kedokteran UoB [1] sangat ketat, Abang,'kan juga tahu. Makanya Azizah menghubungi Dara untuk menjadi tutor. Kebetulan Dara membuka kesempatan menjadi tutor bagi mahasiswa A-Level dan undergrad [2]," Azizah memandang Amri tenang.
"Ahh ... I see. Sebentar, apakah nama lengkapmu Dara Ayunindya?" Amri seketika teringat dengan sebuah nama yang akan ditemuinya, 30 menit lagi.
Dara yang sejak tadi terdiam menyaksikan dialog Amri dan Azizah seketika menatap Amri. Meminta penjelasan darimana dia bisa tahu nama lengkapnya.
"Iya, benar, Amri. Bagaimana kamu tahu nama lengkapku?"
"Berarti kamu juga ingin melamar menjadi salah satu karyawan part time di Asian Cuisine?"
"Iya," balas Dara cepat.
"Hahaha ... dunia memang sempit. Aku yang akan mewawancaraimu," senyum Amri mengembang. Parasnya terlihat bahagia.
"Hmm ... Azizah sebenarnya menawarkan kepada Kak Dara untuk tinggal di rumah, Bang," Azizah membuka suara.
"Apa? Emang mau? Dia tidak mau seatap sama laki-laki yang bukan mahramnya," Amri membalas sinis.
"Kok gitu sih, Bang," Azizah yang khawatir Dara tersinggung mengingatkan Abangnya.
Dara merasa terpojok, salah tingkah. Lelaki yang baru saja mengejeknya ini adalah calon bos sekaligus kakak dari calon pelanggan. Ia tak bisa berkata apa-apa selain diam seribu bahasa. Dara sadar, ia harus meredam semuanya agar bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk membantu kebutuhan panti.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) ISLAMMU ADALAH MAHARKU - VERSI INGGRIS - Telah TERBIT
RomancePertemuan dua manusia sesungguhnya tidak pernah terjadi tanpa ada alasan dibaliknya. Ada begitu banyak wajah-wajah yang kamu temui setiap hari, namun tak semuanya memiliki warna yang akan membuatmu selalu teringat. Ada yang datang dengan seutas seny...