(TAMAT) ISLAMMU ADALAH MAHARKU - VERSI INGGRIS - Telah TERBIT

(6) SATU ATAP

-Allah yang mencukupkan, Allah yang menguatkan. Setiapdetik napas dan kebaikan yang aku dapatkan, semuanya karena kebaikan dari-Nya.Allah memang begitu, selalu memberi bahagia saat kesulitan mendera.- Ario Muhammad

****

Salah satu keberkahan seorang penghafal Quran adalah kemudahan rezeki yang mengalir dalam hidupnya. Allah telah menjamin kebahagiaan jiwa dan raga para hafiz-hafizah. Dara tahu, sejak ia memutuskan menjadi seorang hafizah, begitu banyak keajaiban yang Allah hadirkan dalam hidupnya. Saat ia terhimpit dalam masalah panti yang menyusahkan, Allah membuka jalan keluar penuh kelapangan tanpa menunggu lama. Sama juga dengan kejadian yang dialaminya dalam 2 pekan terakhir. Ketika kebingungan mencari cara untuk membayar hutang panti asuhan kepada rentenir, Allah berikan jalan kepada Dara untuk mendapatkan pekerjaan sebagai tutor. Lebih dari itu, ia mendapatkan durian runtuh bisa tinggal di rumah mewah keluarga Amri.

Di saat yang bersamaan, Dara mengerti, tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Setiap kejadian yang datang dan pergi dalam hidupnya adalah jalinan cerita yang akan membuatnya bahagia atau menderita. Dia yang akan menentukannya. Dara tak pernah tahu rahasia apa yang Allah siapkan saat mendapatkan kesempatan tinggal di rumah keluarga besar Amri dan Azizah. Namun dia yakin setiap peristiwa di muka bumi ini, selalu ada campur tangan Tuhan yang tak main-main.

Hal paling mendebarkan bagi Dara, tentu saja karena ia akan serumah dengan Amri, pria yang telah membuat perasaannya campur aduk. Kagum dengan keberanian dan kerja keras lelaki itu, namun tertutup dengan rasa benci karena karakternya yang tak sejalan dengan Dara. Pria Melayu yang kali ini sedang berjalanan sejajar dengan Dara terlihat santai dengan gaya cueknya, tak peduli dia baru saja menggoda Dara dengan pengakuan ketampanan dan kekayaan yang dimilikinya.

Kali ini, Amri berdiri di garis pintu utama lalu tersenyum memandang Dara.

"Ayo masuk," perintahnya.

"Terima kasih."

Di hadapan Dara kemudian terhampar pemandangan ruang tamu keluarga Amri yang megah. Di samping kanan pintu utama, berjejer kursi sofa berbentuk L yang bisa diduduki kurang lebih sepuluh orang. Di depannya, ada meja kaca berukuran 1.5 m x 60 cm dengan vas bunga yang dipajang manis di tengahnya. Dua kursi sofa lain kemudian diletakkan setelah meja kaca tersebut. Bagian kanan setelah hamparan sofa ini, ada ruangan berlantai kayu yang memanjang ke arah belakang hingga berbentuk seperti huruf L. Di ujung ruangan ini terdapat meja tenis meja bersama peralatan main lengkap yang bisa dipakai kapan saja.

Di samping kiri pintu utama, berjejeran kursi-kursi kayu bersama meja berukuran sedang. Ada sekitar delapan kursi diatur mengelilingi meja tersebut. Di sampingnya, terdapat pantri berukuran L yang khusus digunakan untuk membuat minuman ringan dan tempat santai saat makan-makan ketika ada tamu datang. Yang paling menakjubkan dari ruang tamu mereka adalah dinding kaca yang langsung memperlihatkan pemandangan di halaman belakang rumah. Hamparan rerumputan hijau yang dipotong rapi terlihat memenuhi halaman belakang setelah sebuah kolam renang berukuran 4 x 8 m. Tidak banyak ornamen lain yang ada di sana selain beberapa meja dan kursi kayu yang sengaja di letakkan di samping kanan kolam renang.

Dara mencoba menguasai raut wajahnya agar tidak terlihat takjub dengan rumah keluarga Amri yang mewah. Dia masih mengelilingi ruang tamu sambil melihat beberapa foto keluarga Amri yang ada di beberapa dinding ruang tamu mereka. Ada foto Amri dan Azizah saat berliburan di Paris, juga keluarga besar mereka dalam balutan pakaian mirip seperti para raja.

"Ayo, kita ke kamarmu, Dara," kali ini Azizah membuka suara. Dara mengalihkan pandangannya kepada Azizah seraya menganggukan kepala.

"Selamat datang di rumah kami. Aku ke kamar dulu, ya. See you around," ucap Amri, ramah. Dara sadar, di luar sikapnya yang cuek dan blak-blakan, lelaki ini sejatinya baik hati.